SETIAP kali membaca berita tentang tanah air, saya selalu
berharap akan ada berita baru tentang Jokowi - Ahok. Betapa tidak, di tengah
berita-berita politik di tanah air yang runyam dan penuh intrik, berita tentang
Jokowi - Ahok memberikan serangkum angin sejuk bahwa ada sesuatu yang berubah
di tanah air.
Segala ucapan dan tindakan yang dilakukan Jokowi selalu saja
membersitkan ketenangan bahwa ada sekuntum harapan yang sedang bersemi di
negeri kita. Di tengah politisi yang sibuk dengan tengkar kata dan saling
meremehkan, Jokowi membisikkan optimisme bahwa di negeri kita, geliat perubahan
mulai terasa.
Memang, Jokowi belum bisa dievaluasi sebab ia baru sebulan
menjabat, akan tetapi, ia telah membawa satu harapan dan keyakinan, sesuatu
yang nyaris hilang selama puluhan tahun repubik ini berdiri. Sekian lama kita
mengenyam kemerdekaan, namun kita seolah kekurangan stok pejabat yang bisa down
to earth dan membersitkan optimisme sebagaimana Jokowi.
Kita memang telah lama kehilangan kepercayaan pada dunia
politik. Selama ini kita hanya disodorkan dengan politisi yang itu-itu saja.
Bagi saya, politisi bukan sekadar mereka yang menjalankan amanah rakyat di
sidang parlemen, namun juga mesti mengemban peran untuk hadir di tengah-tengah
sedih dan nestapa yang menikam masyarakat kita.
Ketika masyarakat dirundung nestapa karena banjir atau
macet, mesti ada sosok yang datang dan memadamkan sedih itu sambil menguatkan
optimism bahwa masalah seberat apapun bisa kita tuntaskan, sepanjang kita punya
solidaritas dan saling menginspirasi. Pada titik ini, saya sangat mengapresiasi
apa yang dilakukan Jokow - Ahok.
Mereka hadir laksana oase di tengah gersangnya dunia politik
Indonesia. Baik di kancah lokal maupun kancah nasional, kita selalu saja
dhadapkan dengan politisi yang bisanya hanya mengandalkan pencitraan. Kita
kekurangan stok politisi yang datang mengetuk rumah kita bukan saat hajatan
pemilihan kepala daerah (pilkada). Kita seakan dipaksa memilih seseorang yang
sama sekali tidak kita kenal. Kita hanya tahu kiprahnya melalui CV atau melalui
selembar foto yang dipasang di jalan-jalan raya.
saat Jokowi membagikan kartu Jakarta Sehat (foto: Kompas.com) |
Kita hanya dihadapkan dengan mereka yang mengatasnamakan
partai atau ideologi, namun setelah terpilih, maka peran dianggap selesai.
Ideologi hanya jadi slogan, tanpa dijelmakan dalam kebijakan. Celakanya, tak
ada satu mekanisme untuk menagih atau mempertanyakan kembali apa-apa yang
pernah dijanjikan.
Sebagai rakyat, mungkin kita adalah rakyat yang paling hebat
sedunia. Kita tak pernah mempertanyakan ulang tentang janji-janji para politisi
dahulu. Bahkan, sudah beberapa kali pemilihan presiden, kita selalu saja diberi
janji-janji tentang kesejahteraan, namun tak pernah sedikitpun kita tagih
janji-janji tersebut. Di satu daerah di Sulawesi, ada pemimpin yang menjanjikan
pendidikan dan kesehatan gratis. Akan tetapi ketika terpilih, rakyat hingga
kini masih terbebani. Ketika ditanya prestasi, maka dengan mudahnya ia mengutip
angka-angka pertumbuhan ekonomi serta angka kemiskinan. Padahal, angka itu
belum tentu merefleksikan kinerjanya. Angka-angka itu mengabaikan segala daya
dan upaya para rakyat yang hendak keluar dari rimba kemiskinan.
Revolusi Jokowi - Ahok
Bagi saya, kehadiran Jokowi - Ahok telah membawa satu
revolusi dalam dunia politik Indonesia. Mereka telah memberi gebrakan yang
semoga saja bisa memberikan efek bagi dunia politik kita hingga ke pelosok.
Mereka telah mempopulerkan wacana kerakyatan yang disampaikan bukan saat
kampanye, namun saat sedang menjabat. Saya sunggguh bahagia saat mendengar
Jokowi akan menata kampung kumuh, memperbaiki got, serta berniat membangun
transportasi massal.
Di luar itu, Jokowi - Ahok telah menghadirkan revolusi besar
dalam dunia politik Indonesia. Lewat keseimbangan antara ide dan praksis,
mereka telah membuka banyak rahasia dalam politik hingga menjadi wacana publik.
Saya mencatat beberapa hal baru yang mereka bawa, yakni:
Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) |
Pertama, Jokowi - Ahok telah menunjukkan kepada kita
semua bahwa politik bukan semata soal pencitraan. Politik adalah kerja keras
yang 'berdarah-darah' ketika dihadapan pada upaya sejauh mana memahami
keinginan rakyat. Dengan gaya 'blusukan', Jokowi telah menunjukkan bahwa
persoalan tidak bisa dipahami hanya dengan duduk di belakang meja. Persoalan
harus dipahami dengan cara melihatnya secara langsung di jantung persoalan
tersebut. Dengan cara ini, ia bukan saja melihat persoalan, namun juga
menangkap denyut nadi esensi persoalan yang mengaliri tubuh republik ini,
kemudian bisa menjadi inspirasi untuk merumuskan apa yang terbaik.
Selama ini kita sering beranggapan bahwa para pejabat itu
adalah mereka yang hidup di dunia atap langit. Kita beranggapan bahwa ada
semacam benteng yang menbatasi antara kita dengan mereka. Kita di bumi, dan
mereka di langit. Ketika Jokowi berkunjung ke masyarakat, maka terbukalah tabir
tentang sosok pejabat. Ternyata dirinya adalah manusia biasa yang hari-harinya
juga dipenuhi dnegan berbagai persoalan. Ternyata dirinya juga kesulitan
mewujudkan mimpi, namun dirinya telah menunjukkan ikhtiar yang luar biasa untuk
berbuat sesuatu, meskipun dirinya belum lama duduk di kursi jabatan.
Kedua, Jokowi - Ahok telah menunjukkan satu aspek
yang nyaris hilang dari republik ini yakni transparansi. Selama ini, kita sebagai
rakyat tak pernah paham proses-proses lobi serta negoasiasi dalam pengambilan
keputusan. Kita sebagai rakyat diperlakukan sebagai obyek yang tak boleh tahu
rapat-rapat para pejabat kita. Ketika Ahok memublikasikan hasil rapat melalui
Youtube, maka ia telah membuka satu katup penting yang selama ini tertutup
rapat dalam dunia politik kita.
Sudah lazim bagi kita semua bahwa politik ibarat sebuah
panggung pertunjukan. Senada dengan Erving Goffman, politik memiliki dua sisi
yakni panggung depan dan panggung belakang. Panggung depan adalah apa yang
ditampilkan di hadapan publik. Di sini, sikap ramah dan santun diperlihatkan
bahwa seolah semua baik-baik saja. Namun dipanggung belakang, kita tak paham
bahwa di situ ada perkelahian, pertempuran, serta saling berebut jatah proyek.
Melalui apa yang dilakukan Ahok, kita jadi tahu tentang
panggung belakang politik kita. Kita jadi tahu bahwa ternyata dalam rapat-rapat
pemerintah, terdapat negosiasi, serta saling tekan demi lahirnya keputusan.
Ketegasan Ahok dalam rapat itu memberikan harapan akan terciptanya transparansi
serta keterbukaan pada publik untuk langsung melihat apa yang terjadi di dunia
politik.
Ketiga, politik tidak menjadi sebuah menara gading.
Politik menjadi satu menara api yang memancarkan cahaya ke mana-mana. Meskipun
baru sebulan, Jokowi - Ahok telah mengeluarkan kartu Jakarta Sehat yang
ditujukan kepada seluruh rakyat Jakarta. Pada titik ini, politik memancarkan
cahaya yang menerangi segala kegelapan hati publik bahwa di tengah kesulitan
kehidupan, satu persoalan telah teratasi. Bahwa di tengah mahalnya segala jenis
barang, rakyat kecil bisa terbantu dengan kartu tersebut. Bahwa di tengah
kelangkaan pejabat yang melihat rakyat, keduanya menunjukkan bahwa mereka tidak
sedang meninggalkan rakyat.
Semoga saja langit tak pernah lelah mengirimkan awan untuk
memayungi langkah keduanya. Semoga saja keduanya bisa berbuat lebih, yang tidak
hanya dirasakan bagi warga Jakarta, namun seluruh rakyat Indonesia yang tengah
mengalami kerinduan atas sosok yang benar-benar peduli wong cilik.
Athens, 21 November 2012
BACA JUGA:
0 komentar:
Posting Komentar