Bisakah Saya?

PADA saat seperti ini, saya sering bertanya pada diri sendiri. Mengapa tidak memperdalam bahasa Inggris sejak dulu? Semua orang tahu bahwa bahasa Inggris sangat penting. Tidak saja untuk meningkatkan karier, tapi juga untuk sukses di bidang lain. Bahkan seorang anak kecilpun di negeri ini paham betapa pentingnya bahasa Inggris. Tapi, entah kenapa, tidak banyak yang mau memayah-mayahkan diri untuk mempelajarinya secara intensif. Termasuk saya sendiri yang terus menyadari kebodohan ini.

Padahal, apa sih susahnya meluangkan waktu selama dua jam sehari untuk meng-upgrade pengetahuan bahasa? Entah. Sepertinya sayapun terjangkit virus kemalasan serta penyakit bangsa ini yakni tidak mau berpayah-payah menyiapkan skill dan kompetensi untuk menghadapi hari esok. Saya terjebak pada 'tiba masa tiba akal'. Dan hari ini saya terjebak dengan kemalasan yang dipupuk sejak masa silam itu. Entah, apa saya bisa mendongkrak nilai Toefl dalam enam bulan ini. Bisakah saya?

4 komentar:

Amal mengatakan...

Ini adalah obsesi saya setelah sekian lama dan belum juga kesampaian. Cerita begini. Ada 3 hal yang ingin saya bisa.
Yang pertama, saya ingin skali bisa bermain gitar. Sudah saya coba belajar kepada orang yang menurut saya cukup pantas dijadikan guru. Alhamdulillah saya sukses walaupun baru bisa posisi nada C. Tidak lebih.
Yang kedua, saya juga ingin skali bisa bermain catur. Saya sudah berusaha sedapat mungkin. Saya coba lacak sampe ke internet, bagaimana trik bermain catur bagi pemula. Semua staf saya dulu saya ajak bermain catur dan hasilnya kalah trus dan tidak pernah menang. Tapi anehnya walaupun saya kalah saya tetap merasa puas. Saya membayangkan bagaimana rasanya kalau saya bisa memenangkan permainan walaupun cuman satu papan saja.Kayaknya saya akan gembira skali. Yang ketiga, saya ingin bisa berbahasa Inggris. Sejak masih SMP, SMA, sampe PT, pelajaran ini berulang saya dapatkan. Tapi yah hingga skarang tetap saya tidak bisa atau belum mungkin. Susah skali kayaknya otak ini diajak kompromi mengingat, baik kosa kata maupun aturan2nya yang cukup banyak itu.
Beberapa waktu yang lalu saya bertemu dengan seseorang warga negara Norwegia yang cukup fasih berbahasa Indonesia. Kebetulan dia skarang domisili di tempat saya bertugas skarang. Dia menawarkan kalo mau dia bisa mengajar saya berbahasa Inggris. Dia janji akan bersedia menyiapkan bahan-bahan pelajaran. Dia juga menyampaikan syaratnya bahwa dia tidak akan mengambil bayaran dari proses belajar mengajar ini. Hal ini disebabkan karena dia tidak boleh mendapatkan gaji atau dianggap bekerja di Indonesia. Kalo ini terjadi maka dia bisa ditegur karena melanggar ketentuan imigrasi bagi WNA. Saya sempat berharap. Mungkinkah ini kesempatan saya akan mewujudkan salahsatu dari obsesi saya. Saya hanya berharap semoga bisa.

Tuhan berikan saya kemudahan dan bukakan pintu ilmu agar saya dapat berkomunikasi dengan orang di luar bangsa saya yang berbeda bahasa.

Yusran Darmawan mengatakan...

wow... saya bisa ikut belajar juga. gimana bapaknya izul?

Winarto mengatakan...

Sama seperti saya, terlambat belajar bahasa Inggris

Yusran Darmawan mengatakan...

@ Winarto: mungkin kita sama2 baru belajar. tapi saya yakin anda lebih baik dari saya

Posting Komentar