HIDUP itu penuh dengan keajaiban-keajaiban. Kau tak pernah tahu kapan keajaiban akan turun menyapamu. Sebab keajaiban tak bisa direncanakan. Ia bisa datang sesukanya dan bisa pula pergi sesuka-sukanya. Kau hanya bisa menangkapnya pada kesempatan terbaik yang kau miliki.
Dulunya, aku hanya bisa bermimpi tentang belajar di negeri orang lain. Aku hanya bisa berkhayal, tanpa tahu kapan kesempatan itu akan menyapa. Bahkan ketika para sahabat mengirimkan aplikasi untuk beasiswa, Aku hanya menyaksikannya saja, tanpa sedikitpun keinginan untuk mencoba peruntungan. Aku kerap pesimis saat hendak menjalani sebuah seleksi. Aku sering merasa bahwa diriku bukan tipe orang yang beruntung sebagaimana kisah Aladin penemu lampu wasiat atau Ali Baba yang menemukan gua berisi harta karun.
Dua tahun silam, seorang kawan pernah berbisik bahwa saat dirimu tak pernah mencoba, maka dirimu tak pernah punya kesempatan. Maka selagi ada kesempatan, cobalah berbagai peluang. Saat dirimu mencobanya, maka dirimu punya kesempatan untuk mencetak keajaiban. Kalimat ini serupa mantra yang menyalakan sesuatu dalam jiwaku. Ada inspirasi yang tiba-tiba menyelusup. Barangkali, kehidupan adalah sebuah panggung di mana kita mesti menjemput beragam peluang. Kita mesti menghadapi hidup sebagaimana seorang nelayan yang setia menebar jaring di mana-mana. Tak semua jaring akan menghasilkan ikan, namun dengan cara menebar di mana-mana, ia sedang memperbesar peluang. Ia sedang menebar harapan.
Yah.. Hidup ini ibarat menebar harapan. Mencoba beragam peluang ibarat menabung harapan yang kelak akan berbuah sesuatu. Kau tak pernah tahu kapan jaring itu akan menjerat ikan, namun saat itu datang, kau akan menyadari bahwa semuanya diawali ikhtiar untuk menebar harapan. Semuanya adalah hasil dari kerja keras, serta keberanian untuk menjemput semua peluang. Dirimu telah melempar jaring, dan kelak dirimulah yang akan disapa keajaiban. Sebab keajaiban tak akan hadir pada mereka yang hanya bisa berpangkutangan, mereka yang hanya menunggu, mereka yang hanya memelihara pesimisme, sehingga tak mau melakukan apapun. Keajaiban adalah milik mereka yang menyingsingkan lengan baju untuk melakukan sesuatu, tanpa pesimis, serta berani menebar jarring harapan.
Dua tahun silam, aku menyaksikan film Sang Pemimpi. Bahkan, sebelum menyaksikan film tersebut, aku menuliskan beberapa dialog tokohnya dalam blog ini. Tulisan itu masih tersimpan rapi DI SINI. Nah, aku kutipkan dialog itu secara lengkap:
“Biar kau tahu kal, orang seperti kita tak punya apa-apa selain semangat dan mimpi-mimpi, dan kita akan bertempur habis-habisan demi mimpi-mimpi itu”.
”mungkin setelah tamat SMA kita hanya akan mendulang timah atau menjadi kuli, tapi disini kal, disekolah ini, kita tak akan pernah mendahului nasib kita!!”.
“kita akan menginjakan kaki di altar suci almamater sorbonne! apapun yang terjadi”.
“Kita akan sekolah ke Perancis, menjelajahi Eropa sampai ke Afrika! Apapun yang terjadi!”
Dulunya, aku mencatat dialog dalam novel itu itu demi melecut motivasi. Aku mencatat kalimat itu sebagai sebuah impian yang kulepaskan ke udara. Minimal dengan mencatat impian itu, aku telah maju selangkah ketimbang mereka yang hanya bisa berpangkutangan, tanpa melakukan apapun. Usai mencatat kalimat itu, keesokan harinya aku lalu mengirim aplikasi untuk seleksi beasiswa Ford Foundation. Aku lalu menjalani serangkaian seleksi. Mulai dari seleksi berkas, test Toefl, hingga tes wawancara. Aku melakukan semuanya dengan semangat, namun tak terlalu yakin bagaimana hasilnya. Hari ini, semuanya terjawab. Dalam sebuah form pengumuman di IFP-Ford (bisa dilihat DI SINI), namaku tercatat sebagai satu dari 50 penerima beasiswa untuk tahun 2010. Aku telah melewati test akhir dan menyisihkan ratusan peserta.
Kalau kurenungi berita gembira hari ini, bukankah ini sebuah keajaiban? Bukankah ini adalah jawaban dari impian yang sebelumnya kugoreskan di blog ini? Aku banyak menuliskan impian itu. Salah satunya adalah pada tanggal 19 November 2007 (bisa dibaca DI SINI). Kukutipkan lengkap impian itu sebagai bahan refleksi:
AKU ingin lepas dari rasa lumpuh yang menjerat kedua tungkaiku. Aku ingin menerabas segala sekat yang membelenggu tubuhku. Sekat-sekat itu seakan menenggelamkanku pada pencarian yang tak pernah berujung, sebuah teka-teki yang tak kunjung terpecahkan. Aku ingin memburai kepompong yang menghalangi keinginanku untuk menatap horison realitas. Aku bosan hidup dalam sebuah tempurung kelapa sehingga hanya mengenali kenyataan yang lebarnya tak lebih dari jangkauan tanganku. Terlalu lama aku dibelit rasa mapan dan keangkuhan pengetahuan yang bersemayam di benakku. Aku ingin membalik tempurung itu, menghancurkannya kemudian menatap alam dengan tanpa rasa takut.
Aku ingin merentangkan tangan hingga ke ujung dunia dan menggapai seluruh jejak pencapaian manusia. Aku ingin merdeka dari segala batasan yang hanya meletakkan diriku sebagai titik kecil dari fenomen semesta. Seolah-olah aku hanya sekerat materi yang berbatas. Aku ingin melanglang buana dan menembus segala batas yang sanggup dijelajahi sains serta pikiran kembaraku. Aku ingin lepas dan terbang tinggi dan menembus mega-mega, melihat bumi hingga titik terjauh, melihat langsung bagaimana bumi menyapa pagi, melepas senja, kemudian memeluk malam. Melihat langsung bagaimana bumi membasahi tubuhnya dengan sapuan aneka warna pelangi, sebuah mosaik lukisan semesta.
Bukankah sudah kukatakan bahwa hidup penuh dengan keajaiban?
5 komentar:
mantap Ode. selalu ada jalan buat mereka yang terus menjaga api semangat ntuk terus sekolah. moga api semangat ode juga dapat membakar tungku yang ada dalam mimpiku. seLamat...
selamat kak yus...kami titipkan doa kami bersama ta...
selamat ka yus, satu kata: P.R.O.U.D
saya menitipkan sebuah janji pada Dwi
selamat kak yus...jadi merinding baca ini tulisan..;-)
selamat kak yus..jadi merinding baca ini tulisannn..;-)
Posting Komentar