Berendam di Air Jatuh

pose dulu ahh....
KETIKA Anda merasa gerah di tengah siang terik di bulan puasa, apa yang Anda lakukan? Boleh jadi Anda akan ngabuburit atau jalan-jalan demi 'membunuh' waktu sehingga tanpa sadar waktu berbuka menjelang. Dalam bahasa Sunda, ngabuburit adalah jalan-jalan menjelang buka puasa.

usai berendam
Tapi saya mengartikan lain. Ngabuburit adalah mekanisme dalam yang disediakan kebudayaan agar mereka yang berpuasa sanggup bertahan hingga saat berbuka puasa. Ketika lapar dan haus mencekik, maka ber-ngabuburitlah orang-orang agar melupakan sejenak lapar itu hingga saatnya berbuka. Demikian defenisi saya.

Kemarin, perut saya keroncongan. Sayapun melakukan ngabuburit. Tapi, bukannya sekedar berjalan-jalan atau diistilahkan 'cuci mata'. Tapi saya memilih berendam di satu telaga di tengah hutan belukar di dalam kota Bau-Bau. Nama telaga ini adalah kawasan Tirta Rimba. Tapi warga Bau-bau lebih suka menyebutnya Air jatuh sebab di sini terdapat air jatuh yang indah pemandangannya. Letaknya di dalam kota, sekitar 10 menit perjalanan dari rumah saya. Di sini, suara airnya gemuruh sebagai nyanyian alam yang abadi.

segarnya.....
Saya menikmati saat-saat ketika berendam. Gemuruh air, rasa dingin yang menjalar dari kaki hingga ubun-ubun adalah hal-hal yang membuat saya betah di sini. Saya juga menikmati saat berenang menembus air terjun. Di balik air terjun itu terdapat semacam gua kecil sehingga saat kita berdiri di situ, air terjun serupa tirai yang menutupi dinding gua. Jangan tanya bagaimana nikmatnya berdiri di situ. Luar biasa!
melompat dari balik air terjun

Tak terasa sejam berlalu. Di samping telaga, ada sosok manis yang memanggil-manggil agar segera bersiap-siap. Waktu berbuka sudah dekat. Anda tahu siapa sosok manis itu? Dialah istriku tercinta.(*)

1 komentar:

dwi mengatakan...

so sweet!!!!saya juga jadi fotografer ta di'..hihihihi

Posting Komentar