Hidup Tanpa Fesbuk

SEORANG kawan di Respect telah menjadikan diriku sebagai bahan lelucon di fesbuk. Niatnya memang cuma bercanda. Tapi terasa sebagai olok-olok atas pilihan hidup yang sedang kujalani. Mulanya aku menganggapnya biasa saja. Tapi setelah orang-orang terdekat ikut menertawakan, lama-lama mulai terasa janggal. Mungkin ada baiknya untuk sementara aku undur diri dulu dari fesbuk. Di tempat itu diriku mulai jadi bahan olok-olok, sesuatu yang mulai terasa tidak nyaman. Padahal aku sedang menikmati bulan madu dengan fesbuk. Tapi tak apa. Sesekali aku harus belajar hidup tanpa fesbuk.(*)

0 komentar:

Posting Komentar