SEORANG kawan di Respect telah menjadikan diriku sebagai bahan lelucon di fesbuk. Niatnya memang cuma bercanda. Tapi terasa sebagai olok-olok atas pilihan hidup yang sedang kujalani. Mulanya aku menganggapnya biasa saja. Tapi setelah orang-orang terdekat ikut menertawakan, lama-lama mulai terasa janggal. Mungkin ada baiknya untuk sementara aku undur diri dulu dari fesbuk. Di tempat itu diriku mulai jadi bahan olok-olok, sesuatu yang mulai terasa tidak nyaman. Padahal aku sedang menikmati bulan madu dengan fesbuk. Tapi tak apa. Sesekali aku harus belajar hidup tanpa fesbuk.(*)
Search
Pengunjung Blog
...
Tentang Saya
blogger l researcher l communication practitioner l lecturer l teacher l IFP Fellow l ethnographer l anthropologist l academia l historian wanna be l citizen journalist l Unhas, UI, and Ohio Mafia l an amateur photographer l traveler l a prolific author l media specialist l political consultant l writerpreneur l social and cultural analyst l influencer l ghost writer l an avid reader l father l Kompasianer of the Year 2013 l The Best Citizen Reporter at Kompasiana 2013 l The 1st Winner of XL Awards 2014 l The 1st Winner of Indonesian Economic Essay Competition 2014 l
Arsip Blog
-
▼
2010
(341)
-
▼
Agustus
(25)
- Saatnya Menuntaskan Kerjaan yang Tersisa
- Mencari Sumber “Ilmu Api” Kepenulisan
- Pasangan Cilik
- Sudahkah Anda Berfesbuk Hari Ini?
- Bisakah Saya?
- Berendam di Air Jatuh
- Dunia Fesbuk, Dunia Lainnya
- Minggu Penuh Tantangan
- "Karena Hidup Penuh dengan Keajaiban"
- Ode buat Istriku
- Nasib Tragis Para Peminat Ilmu Sosial
- Nyanyi Sunyi Bung Hatta
- Keep Your Hand Moving
- Sensasi jadi Headline (4)
- Pasangan narsis
- "karena hidup adalah sebuah pilihan"
- Hidup Tanpa Fesbuk
- Happy Ramadhan
- Nikmatnya Nikah Bugis
- Makassar Demam Mal
- Avatar Aang dan Rasul Baru
- Saatnya Bermeditasi
- Ijab Kabul
- Majalah dan Buku Baru
- Film Inception yang Sukar Dipahami
-
▼
Agustus
(25)
0 komentar:
Posting Komentar