Makassar Demam Mal

MAKASSAR sedang demam mal. Di mana-mana berdiri mal terbaru. Entah, apakah ini fenomena tingginya konsumsi di kota ini, ataukah ini didorong visi pemerintah yang hendak menggiring warganya suka belanja. Buktinya, banyak mal yang tidak laku. Tapi hampir tiap tahun selalu saja ada mal baru yang dibuka. Sebagai warga, saya terheran-heran. Ada apakah gerangan?

Kita simpanlah dulu jawaban atas pertanyaan ini. Semalam saya singgah ke sebuah mal paling mewah yang baru saja diresmikan. Namanya Mal Trans Studio yang terletak di pintu masuk kawasan Tanjung Bunga. Saya tercengang-cengang saat memasuki mal yang dimiliki pengusaha Chairul Tandjung (pemilik grup Bank Mega dan Trans TV) ini. Inilah mal terbesr di kawasan timur Indonesia. Interiornya juga sangat indah. Barangkali setara dengan Mal Pondok Indah di Jakarta. Bahkan jika dibandingkan dengan Senayan City atau Plaza Senayan –dua mal papan atas di Jakarta--, Mal Trans Studio masih lebih baik.




Di lantai dasar, terdapat kolam yang memanjang sehingga mirip sungai dan mengitari mal. Konon, setiap jam ada atraksi air mancur di kolam tersebut. Saya jadi teringat atraksi jam boneka di plaza Senayan setiap jamnya. Uniknya, pada beberapa tempat yang dilalui kolam tersebut, terdapat tempat makan yang didesain eksklusif. Bahkan ada tempat makan yang bentuknya seperti kapal phinisi dan sebuah mercu suar. Kapal tersebut menjulang tinggi hingga menjangkau lantai tiga dan empat. Di dalamnya terdapat meja kursi yang eksklusif. Saya hanya bisa membayangkan kira-kira berapa biaya untuk makan di kapal itu. Mungkin tak terjangkau isi dompetku.



Saat berjalan-jalan di dalam mal ini, kembali saya hanya bisa tertegun. Hampir semua gerai yang terpajang adalah gerai internasional dengan merek-merek berkelas. Saya teringat sewaktu jalan-jalan di Plaza Senayan. Saat itu saya langsung menggumam, betapa beruntungnya mereka yang berseliweran dan wara-wiri belanja di sini. Sementara saya hanya bisa merenungi nasib, betapa tidak beruntungnya saya yang hanya jadi penonton di mal semahal ini.



Tapi itu dulu, sebelum saya banyak membaca buku motivasi. Sekarang, saya hanya bisa melihat dengan sinis sembari berkata, “Mereka punya kebahagiaannya sendiri. Dan saya pun punya kebahagiaan sendiri yang susah mereka pahami, namun bisa saya rasakan.” Salah satu kebahagiaan itu adalah ketika menulis dan berbagi sesuatu di blog ini. Tul gak?

0 komentar:

Posting Komentar