Saat Menari Minang dengan Baju Aceh di Amerika


SAYA bukanlah seorang penari. Seumur-umur, saya tak pernah menari. Naik ke atas panggung sekalipun, bisa dihitung dengan jari. Namun, di tanah Amerika Serikat (AS), saya tiba-tiba saja masuk tim penari untuk tarian tradisional Indonesia. Mulanya saya menolak. Namun dikarenakan jumlah mahasiswa Indonesia terbatas, mau tak mau, saya tergerak untuk mencoba. Ini bukan soal tarian. Ini soal mengenalkan nama bangsa ke panggung internasional. 

tampilan layar Indonesian Night (foto: Rashmi Sharma)

Teman-teman mahasiswa Indonesia di Athens ingin menampilkan tarian dan kesenian tradisional pada acara Indonesia Night 2012. Acara ini dikemas menjadi pagelaran seni yang kolosal dan dihadiri ratusan warga Athens. Apalagi, dari tahun ke tahun, Indonesia Night seakan menjadi menu yang selalu ditunggu-tunggu warga di kota kecil ini. 

Berbekal kenekadan, saya menjalani latihan selama sebulan. Rata-rata, kami yang akan menari, belum punya pengalaman sebelumnya. Malah, ada dua dari anggota penari itu yang berkebangsaan Jerman dan Cina. Padahal, tari yang akan ditampilkan adalah tari saman, asal Aceh. Belakangan, tari ini direvisi dan digantikan dengan tari indang. Tapi, gerakannya dimodifikasi sehingga mirip tari saman. Apakah sulit? Buat saya yang sama sekali tidak pernah nari, jelas gerakannya amat sulit. 

saat menari (foto: Rashmi)
bersama teman-teman seusai menari (foto: Yuyun Sri Wahyuni)

Saya kian grogi ketika seorang sahabat asal Amerika latin hendak membuat film dokumenter, dimana saya menjadi salah satu subyek dalam film tersebut. Sejak latihan, mereka mengikuti ke manapun saya bergerak. Mereka mengambil gambar, kemudian mewawancarai saya dalam bahasa Inggris. Saya jelas grogi. Namun, saya bertekad untuk menuntaskan semua proses ini dengan baik. (Saya akan menceritakan tentang ini pada tulisan lain). 

Tari indang ini adalah tarian khas dari Pariaman, Sumatra Barat. Konon, tarian ini menggambarkan paduan yang aduhai antara Islam dan tradisi lokal di Minangkabau sejak abad ke-14. Peradaban Islam diperkenalkan pedagang asal Aceh melalui pesisir barat Sumatra, dan selanjutnya menyebar ke Ulakan, Pariaman. Di Pariaman sendiri, tari indang memiliki banyak jenis-jenis nyanyian maqam, iqa’at, dan avaz, serta ditarikan dengan instrument musik gambus. Makanya, tarian ini menunjukkan tangga-tangga pendakian spiritual. 

Dahulu, terdapat tujuh orang lelaki yang meramaikan tari ini. Mereka dipimpin guru yang disebut tukang zikir. Dari tradisi ini bisa diketahui kalau indang merupakan manifestasi budaya Islam di Minangkabau yang nuansanya kental dengan tradisi surau. 

Belakangan, lagu ini amat identik dengan lagu badindin dengan irama khas. Konon, lagu ini pertama diperkenalkan biduan Tiar Ramon dan Elly Kasim. Penarinya tidak cuma lelaki, namun juga berpasangan dengan perempuan sehingga tari ini menjadi lebih dinamis dan energik.  

mahasiswa Indonesia di Selandia Baru
yang juga menampilkan Tari Indang

Semalam, bersama teman-teman, saya ikut menari indang. Kami sama-sama bukan berasal dari Sumatra Barat. Makanya, kami belajar menari Indang melalui youtube. Menarik juga untuk diamati kalau situs jejaring sosial di interet telah membantu kami untuk mendefinsikan ulang makna tarian tersebut serta memperkuat buhul identitas keindonesiaan kami di negeri jauh.

Satu masalah yang dihadapi adalah kami tidak punya pakaian khas Sumatra Barat. Namun kami memiliki pakaian khas Aceh, yang sering dipakai untuk menari saman. Mengingat sejarah Islam di Minangkabau yang mata airnya berasal dari Aceh, kami memutusan untuk memakai pakaian Aceh. Namun spirit tari tersebut tetap kami pertahankan. 

Semalam saya amat grogi menarikannya. Apalagi, tarian ini sangat mengandalkan kekompakan. Mungkin ini manifestasi dari spirit kolektivisme dan kebersamaan di tanah Minang. Mungkin pula ini manifestasi dari adat dan tradisi Minang yang amat kaya dan menjadi nafas bagi segala kehidupan masyarakatnya. 

Entah tarian saya bagus atau tidak. Saya hanya melakukan dengan sebaik-baiknya. Yang jelas usai menari, saya mendengar tepuk tangan membahana dan menyebabkan gedung itu gemuruh dengan tepuk tangan. Bukankah ini pertanda kalau tarian saya dan temen-teman sukses memikat khalayak? 


Athens, Ohio, 25 Februari 2012


bersama si kecil Adit (foto: Yuyun)