Cinta yang Menaklukan Kata



LELAKI itu bernama Veer. Ia telah ditahan dalam jeruji besi selama 22 tahun. Sepanjang hari ia membisu, tanpa ada yang tahu apa sebabnya. Ia dituduh sebagai seorang mata-mata yang menyelusup ke Pakistan. Dua negeri: India dan Pakistan, adalah dua bersaudara yang saling mencurigai. Benarkan Veer seorang intelijen? Entah. Selama 22 tahun, ia menyimpan misteri yang tak bisa dijabarkan siapapun. Di penjara itu, kata-kata dikalahkan oleh sunyi senyap. Ia hanya duduk sambil menyentuh sebuah gelang, yang terus dipegangnya hingga lembaran hari terus berganti. Misteri apa yang tersimpan pada gelang itu? 

Suatu hari, seorang pengacara idealis datang untuk menangani kasusnya. Ajaib! Veer tiba-tiba saja mau bersuara. Maka terurailah sebuah kisah cinta yang lama terpendam. Ia seorang pemimpin squadron angkatan udara India. Demi cinta, ia menerobos perbatasan. Ia mengorbankan segala hal demi sebuah nama yang terpahat di dasar hatinya. Ia ikhlas menjalani apapun, demi wanita yag wajahnya telah memenuhi seluruh atmosfer kehidupan. Ia laksana lilin yang ikhlas ditelan cahaya api demi menghadirkan setitik cahaya di kegelapan hati kekasih hatinya. Apakah cintanya bersambut? Lantas, misteri apa yang disimpannya selama 22 tahun? 


*** 


PEREMPUAN itu bernama Zaara. Ia putri seorang politisi hebat Pakistan. Demi ambisi dan karier, ayahnya menjodohkannya dengan putra seorang politisi lainnya. Ia rela menerimanya. Semua baik-baik saja. Hingga suatu hari, ia menyeberang ke India demi mengantar abu jenazah perempuan yang lama menjadi pengasuhnya. Ia akhirnya bertemu keping hatinya yang lama lenyap. Ia tersentuh dengan pria itu, yang dengan lirihnya bersedia menjadi awan yang kemudian lenyap oleh hujan, sekadar untuk menghadirkan senyum di wajahnya. 

Namun cinta itu tidak seindah kisah dalam negeri dongeng. Keluarga Zaara menolak kisah cinta itu. Zaara adalah korban dari sistem sosil yang berhamba pada ambisi dan kekuasaan. Ia juga bagian dari sistem sosial yang tidak memberi ruang bagi suara seorang perempuan, sebagaimana dirinya. Di tengah keterbatasan itu, Zaara dalam dilema antara ambisi keluarga dan cinta sejatinya. Di sisi lain, ia punya sejumput mimpi-mimpi tentang sekolah buat perempuan dan anak-anak, yang hari-harinya adalah keriangan serta gelak tawa. Zaara menginginkan hidup bersama pria yang rela menerjang badai demi dirinya. Pria itu bernama Veer. Namun, ini adalah kisah 22 tahun silam. Seperti apakah kisah di masa kini? 


*** 



SAYA agak terlambat menyaksikan film India berjudul Veer Zaara ini. Padahal, film ini dibuat tahun 2004. Tapi tetap saja film ini membuat saya sampai terharu. Kisahnya memang agak biasa, bagi para kritikus (yang suka menjelek-jelekkan satu karya, namun tak bisa menghasilkan satu karyapun). Akan tetapi dari tema sederhana itu, saya justru tertarik pada kemasan tentang cinta yang hadir sebagai ruh utama film ini. 

Cinta memang tema klasik dalam film. Cinta menjadi benang merah yang memintal semua adegan, menyelipkan isu politik dan kekuasaan di situ, demi menyampaikan sekeping cinta yang digdaya. Cinta yang perkasa. Cinta yang menjadi cahaya kecil yang menerangi seseorang selama 22 tahun di dalam pengapnya penjara. Cinta yang mengatasi segala diam seribu bahasa. Cinta yang menaklukan kata. Juga cinta yang membara di hati seorang wanita yang kemudian meninggalkan negerinya demi menjaga hangatnya api cinta. Film ini memang mengharu-biru dan menguras air mata.

Pantas saja jika pada tahun 2004, film ini menjadi film Bollywood yang terbanyak ditonton. Film ini telah diganjar banyak penghargaan, termasuk the Most Popular Film Award pada ajang National Film Awards di India. Saya menyukai pemerannya Shahrukh Khan dan Pretty Zinta (saya paling suka memandang senyum dan lesung pipinya. Cantik!). Permainan keduanya serupa dua keping puzzle yang kemudian disatukan. Keduanya klop. Hanya dengan melihat sorot matanya, kita bisa tahu bahwa keduanya memendam perasaan yang cukup lama. 

Usai menonton film ini, saya tiba-tiba saja bertanya pada diri, jika saya dalam posisi Veer, apakah kelak saya bersedia menjadi sebatang korek yang kemudian habis ditelan api demi menghadirkan cahaya senyum di wajah seseorang gadis?