Merindukan Belanda

suasana pedesaan negeri Belanda
HARI ini semua teman-teman peraih beasiswa IFP-Ford Foundation yang hendak ke Belanda mulai sibuk. Mereka mulai menyiapkan semua berkas-berkas yang dibutuhkan. Berkas mereka akan segera dikirim ke beberapa kampus di Belanda. Saya dan kawan-kawan yang tidak berniat ke Belanda hanya bisa iri. Belum ada pemberitahuan kapan saya dan teman-teman lain mesti memasukkan berkas.

Kawan-kawan yang hendak ke Belanda berjumlah 17 orang, lebih banyak dari tahun-tahun sebelumnya yang cuma di bawah 10 orang. Mereka mengincar sejumlah kampus favorit yang berlokasi di tempat strategis seperti Leiden, Utrecht, Gronongen, Wageningen, atau Amsterdam. Mereka akan bergabung dnegan para penerima beassiwa Ford yang sudah lebih dahulu berada di sana. Belanda memang tempat terbaik untuk memperdalam pengetahuan humaniora, sejarah, antropologi, dan penataan kota. Mereka yang ingin memperdalam pertanian juga mengincar Belanda. Kota-kota di negeri tulip itu sangat kaya dengan atraksi kultural, kesenian dan sejarah. Saya pun menginginkan agar suatu saat bisa menginjakkan kaki ke negeri itu. Namun, karena suatu alasan, saya lalu mengalihkan tujuan studi.
 
suasana kampus Utrecht Universiteit
Di saat menyaksikan persiapan mereka, saya sering bertanya pada diri, sebenarnya apa yang hendak didapatkan dengan beasiswa ini? Setiap orang bisa punya jawaban sendiri. Demikian pula saya sendiri. Saya harus selalu menanyakan ini kepada diri agar keberangkatan nanti tidak sia-sia. Saya tidak ingin narsis dan berbangga diri dengan kesempatan serta pengalaman yang akan diperoleh. Saya ingin melakukan sesuatu yang berbeda. Tanpa bermaksud sok idealis, saya melihat beasiswa sebagai jalan terang untuk menggapai sebuah visi atau cita-cita.

Beasiswa ke luar negeri bukan sekadar pengalaman untuk belajar dalam iklim multikultural, namun kesempatan untuk melakukan sesuatu buat bangsa ini. Belajar di luar negeri adalah jalan pulang untuk menemukan timbunan kekayaan pengetahuan di negeri lain untuk di bawa pulang dan disentesakan dnegan pengetahuan lokal kita hingga kita beranjak maju. Bukan berarti kita harus mengikuti jalan bangsa lain, namun dengan cara mempelajari pengalaman bangsa lain, kita bisa menemukan efek-efek dinamik dalam diri kita untuk terus maju dan berkembang. Mungkin itu yang ingin saya temukan.(*)

0 komentar:

Posting Komentar