DUA pekan lagi, penyanyi legendaris Bob
Dylan dijadwalkan akan menerima hadiah Nobel bidang sastra. Namun hingga kini,
ia belum menunjukkan antusias, atau minimal rasa gembira, atas hadiah besar
yang bakal diterimanya atas dedikasinya. Malah, ia semakin menyulut kontroversi
saat mengatakan tidak tahu hendak membawakan pidato apa di acara tersebut.
Publik menadapat kesan kalau ia tidak akan datang di acara itu. Bahkan dirinya
tak menganggap Nobel penting.
Sejak terpilih sebagai pemenang nobel
sastra, kontroversi terus mencuat. Dirinya dianggap bukan seorang penulis,
melainkan seorang musisi. Tapi, Dylan sudah terbiasa dengan kontroversi. Sejak
awal mencipta lagu, lirik-liriknya memang selalu kontroversial. Ia mengkritisi
banyak ketidakadilan melalui lirik-lirik hebat yang mengendap di kepala banyak
anak muda.
Komite Nobel menganggapnya berjasa dalam
memberikan kontribusi dalam menciptakan gaya menulis puitis baru dalam tradisi
lagu Amerika Serikat. Kemampuan Dylan dalam menulis lirik memang tak perlu
diragukan lagi. Berkarya sejak 1959 hingga sekarang, ia dikenal dengan
lirik-lirik naratif bernuansa protes politik hingga lagu-lagu balada yang
menyentuh sanubari.
Sejumlah pihak tak setuju dengan
kemenangan Bob Dylan. Mengapa? Sebab lirik lagu dianggap kurang
"sastra" oleh sebagian orang. Meski lirik-lirik lagunya dianggap luar
biasa menyentuh banyak orang, karyanya dianggap tak terpisahkan dari balutan
nada yang dibawakannya. Beberapa orang menganggapnya kontroversial. Jika
seorang Bob Dylan menang Nobel Sastra, bisakah penulis seperti JK Rowling
memenangkan Grammy?
Kolumnis The New York Times, Anna North, memberikan
kritik atas kemenangan Bob Dylan. Meski Dylan merupakan seorang penulis lirik
yang brilian, baginya Bob Dylan bukanlah seorang "penulis". Dylan
dianggapnya sebagai seorang pemusik yang punya legenda dan kisah
sendiri. "Tulisan Dylan tak bisa dipisahkan dari musiknya. Dia
menjadi hebat karena dia adalah seorang musisi yang hebat. Ketika komite Nobel
memberikan hadiah itu kepada seorang musisi, mereka batal untuk menghormati
seorang penulis," katanya.
Akan tetapi, banyak pula yang menganggap
Dylan seharusnya sudah lama memenangkan hadiah nobel bidang sastra. David
Gaines, profesor bidang sastra Inggris di Universitas Southwestern, mengatakan,
Dylan memang pantas mendapatkannya. Ia mengatakan:
"Saya rasa Dylan selalu sukses
menggabungkan kata-kata, pikiran, gambar, kekuatan berkisah, dan membuat sebuah
kalimat menjadi abadi. Jadi ini (kemenangan Dylan) membuat makna kesusasteraan
menjadi lebih luas, bukan cuma novel dari era kakekmu saja," ujar David
Gaines kepada ABC News belum lama ini.
Jika pemberian penghargaan itu berlangsung
mulus pada Desember mendatang, Bob Dylan merupakan penulis lagu pertama yang
menerima penghargaan bergengsi itu.
The Swedish Academy, yang membuat
keputusan tahunan mengenai pemenang Hadiah Nobel Kesusastraan, menyatakan, Dylan
dihargai karena “menciptakan ekspresi-ekspresi puitis baru di dalam tradisi
lagu Amerika yang luar biasa.”
Kerumunan orang-orang yang berkumpul
menunggu pengumuman di Stockholm, Swedia itu menyambut dengan sorak sorai keras
sewaktu nama Dylan dibacakan. Ia pernah disebut-sebut sebagai calon pemenang
Nobel pada tahun-tahun sebelumnya tetapi tidak pernah dianggap sebagai calon
kuat.
Penyanyi dan penulis lagu berusia 75 tahun
yang terlahir dengan nama Robert Allen Zimmerman itu memulai karier musiknya
pada tahun 1959, dengan tampil di kedai-kedai kopi di Minnesota. Dylan lahir di
Duluth, Minnessota pada 24 Mei 1941, dan dibesarkan di tengah keluarga kelas
menengah Yahudi. Ia belajar sendiri memainkan alat musik gitar, harmonika dan
piano.
Karya-karya paling terkenal Dylan berasal
dari era tahun 1960-an, ketika lagu-lagu seperti Blowing in the Wind menjadi
‘lagu kebangsaan” bagi gerakan anti-perang Vietnam dan hak-hak sipil. Ia juga
meraih Penghargaan Pulitzer pada tahun 2008 karena kontribusinya bagi musik dan
budaya Amerika.
Jika tak ada aral melintang, Dylan akan
menerima hadiah uang 960 ribu dolar sebagai pemenang Nobel Kesusastraan.
Seluruhnya ada enam pemenang Nobel, masing-masing akan menerima medali emas dan
piagam dalam upacara resmi di Stockholm pada 10 Desember mendatang.
0 komentar:
Posting Komentar