DIA seorang pemetik uang. Hari-harinya
adalah mencari uang sebanyak-banyaknya. Dipikirnya uang itu serupa buah dalam
satu kebun yang bebas dipanen oleh siapa saja, tanpa peduli apakah itu di kebun
sendiri ataukah di kebun orang lain. Uang menjadi tujuan sekaligus titik akhir
dari segala orientasi. Uang harus berada dalam genggaman, tak peduli dengan
cara apa menggapainya. Kadang, ia menggandakan uang.
Ia mencari jalan pintas agar uang itu bisa
segera datang. Ia akhirnya berhasil mendapatkannya. Diajaknya beberapa orang
untuk membantunya. Setelah uang datang, tak ada lagi persahabatan. Ia mengklaim
dirinyalah yang berjasa. Di hadapan uang, tak ada pertemanan. Yang ada adalah
majikan dan pekerja. Majikan berhak menindas pekerja.
Untuk sesaat ia kaya-raya. Akan tetapi,
pelan tapi pasti teman-temannya meninggalkannya. Tak ada yang mau bekerja pada
seorang kemaruk sebagaimana dirinya. Perlahan, ia tak lagi bisa mengembangkan
sayap. Orang-orang menghindarinya. Padahal, andaikan ia mengembangkan
kerjasama, maka dia akan semakin kuat dan kokoh. Padahal, teman-teman itulah
yang membuat dirinya besar.
Pada akhirnya, uang memang bisa membeli
masa kini. Namun tak selalu bisa membeli masa depan. Uang hanyalah buah dari
satu benih yang pernah ditebar dan dirawat dengan penuh cinta. Buah itu memang
manis dan menggiurkan. Pantas saja jika banyak yang mengejar-ngejarnya.
Namun sungguh keliru mereka yang terus-menerus
mengejar buah tersebut. Sebab ada masa ketika buah itu akan habis dan lenyap
tak bersisa. Para pencari buah kerap gigit jari ketika buah yang dicarinya
habis dimakan satu per satu. Para pencari buah mengira buah akan selamanya
bertahan. Mereka alpa kalau buah itu bisa membusuk, kehilangan kesegaran,
hingga lapuk di telan usia.
Para pencari buah harus banyak belajar
pada para penanam buah. Para penanamlah yang merawat pohon sejak masih
berbentuk benih. Mereka yang menyirami, menumbuhkannya dengan penuh cinta,
serta setia menjaganya dari berbagai tanaman penganggu. Mereka pernah melalui
hari-hari yang dicemooh, namun tetap sabar merawat pohon itu. Pada masanya
kelak, pohon itu akan menyediakan banyak buah-buah manis yang merupakan hasil
kerja keras serta ketabahan menjalani semua proses menanam.
Terserah pada kalian hendak memilih
menjadi penikmat buah ataukah menjadi penanam pohon. Terserah pada kalian,
hendak menjadi pencari uang ataukah penanam uang. Jika menjadi penikmat, maka
uang menjadi segala-galanya. Uang akan menadi tujuan utama, sebagai kompas ke
mana kehidupan bergerak. Akan tetapi ada masa ketika uang itu akan
meninggalkanmu dan terbang tinggi dan mencari sosok lain.
Jika kamu menjadi seorang penanam, maka kamu akan setia dengan semua proses. Kamu akan menjadi pribadi yang selalu
mencintai pekerjaan, serta menjaga segala nilai-nilai seperti persahabatan,
solidaritas, kasih sayang, dan cinta kasih. Kalau kamu punya nilai-nilai itu,
uang akan mengkutimu laksana anak sungai yang terus mengalir. Uang hanyalah
akibat dari kesabaranmu menjaga semua nilai itu. Uang hanyalah buah dari apa yang kamu kerjakan dengan sepenuh hati.
Lantas, kamu memilih yang mana?
0 komentar:
Posting Komentar