SAYA membaca buku yang disusun sahabat
Junanto Herdiawan berjudul Shocking Korea
dan Shocking Japan. Buku-buku itu
sangat menarik sebab bertutur tentang pengalaman melihat hal-hal yang unik di
Korea dan Jepang. Kemasannya yang ringan membuat pembacanya tak butuh waktu
lama untuk menghabiskan buku itu. Cukup duduk sore dan ditemani secangkir teh,
buku itu akan tuntas dibaca.
Saya menggemari cerita jalan-jalan seperti
ini. Ada banyak buku yang ditulis tentang perjalanan, namun banyak di antaranya
tak menarik buat saya. Mengapa? Sebab penulisnya berposisi sebagai turis atau
backpacker sehingga laporan yang dibuat adalah reportase tentang tempat-tempat
wisata yang menarik, dengan segala kelebihan dan kekurangannya. That’s it!
Buku karya Junanto ini berbeda. Ia
menuliskan interaksi, pengalaman, serta kesan yang dilihatnya. Dengan bahasa
yang sederhana, Junanto bisa menghadirkan berbagai tradisi unik serta hal-hal
yang menarik di dua negara itu. Usai membacanya, saya tiba-tiba saja
berangan-angan untuk mengunjungi tempat-tempat yang pernah diceritakan oleh
Junanto. Ia juga menyoroti hal-hal unik dan sering luput dari catatan para
pejalan. Ia mencatat tradisi serta masalah yang mendera sebuah bangsa, semisal
bunuh diri, trauma peperangan, ataupun geliat ekonomi.
Sayangnya, Junanto tidak banyak
menghadirkan refleksi atas apa yang disaksikannya. Kalauun ada refleksi,
biasanya hanya bagian kecil dari reportase tentang tempat atau tradisi yang
menarik. Saya menilai bahwa refleksi mestinya menjadi bagian penting dari
sebuah catatan perjalanan. Refleksi di sini bisa berupa renungan, catatan,
kesan, serta perbandingan dengan kenyataan yang sebelumnya disaksikan di tanah
air.
Melalui refleksi, seorang penulis catatan
perjalanan tak sekadar seorang pejalan yang bercerita tentang tempat, namun
juga mencatat kepingan-kepingan makna demi untuk mengayakan nuansa kemanusiaan
pada dirinya. Perjalanan lalu menjelma menjadi sebuah ritus pendewasaan dan
penemuan diri, sehingga ketika kembali ke tanah air, mata seseorang akan
menjadi lebih terang dalam melihat apa yang terjadi, sehingga terbetik sebuah
hasrat untuk berbuat sesuatu, meskipun sesuatu yang sederhana.(*)
0 komentar:
Posting Komentar