Messianisme Ala Batman Begin

TADI aku singgah melepas kepenatan di mall. Aku melihat di etalase, ada DVD film Batman Begin. Ada gambar pemeran Batman (Michael Caine) yang dikelilingi begitu banyak kelelawar.

Aku ingat seminggu yang lalu saat menyaksikan film itu. Sejak dulu, sosok Batman adalah sosok yang paling misterius bagiku.

Sejak lecil, aku suka baca berbagai komik dari superhero. Mulai dari Superman, Batman, Spiderman, Wonder Woman, ataupun The Flash.

Aku menghafal dengan baik berbagai kisah dan latar belakang para superhero itu. Aku tahu persis bagaimana kiprah Superman, yang merupakan alter ego dari Clark Kent. Aku juga hafal bagaimana perjalanan Peter Parker yang merupakan alter ego dari Spiderman.

Anehnya, kebanyakan dari profesi para super hero ini adalah wartawan. Apakah ini pertanda kalau wartawan adalah profesi yang selalu dekat dengan kejahatan? Profesi dari orang yang suka menyerempet bahaya.

Entahlah.Kembali ke Batman. Entah kenapa, sejak dulu, aku selalu menganggap mistrius sosok ini. Kisah komik yang kubaca, selalu menempatkan Bruce Wayne (alter ego dari Batman) sebagai sosok yang tidak jelas pekerjaannya.

Digambarkan sebagai pemuda yang kaya raya. Tapi tak pernah kutemukan bagaimana kisah tentang kekayaannya atau alasan kenapa memilih sosok kelelawar sebagai lambang dan ikon dalam menumpas kejahatan.

Tapi Batman jelas berbeda dengan super hero yang lain. Baik Superman, Spiderman, The Flash, atau Wonder Woman mendapatkan kekuatan dari sesuatu yang tidak tampak. Metreka memiliki kekuatan di luar dari kemampuan manusia normal. Tak heran, jika mereka begitu perkasa dalam aksinya.

Film Batman Begin yang diperankan Michael Caine ini menjawab semua pertanyaanku di masa kecil.
Ternyata, kekayaan itu berasal dari warisan orang tuanya yang merupakan miliader di Kota Gotham. Ia besar dalam semangat balas dendam pada pembunuh ayah dan ibunya.

Kelelawar adalah hean yang paling ditakutinya dikarenakan ada trauma di masa kecil. Benda itu dipilih dengan harapan agar semua musuhnya jadi takut pada dirinya sebagaimana dirinya takut pada kelelawar.

Bagiku Batman dan cerita hero lainnya tak jauh berbeda secara substansial. Semua cerita hero itu menggambarkan setting sosial yang sama. Asumsinya adalah ada masyarakat dengan tatanan yang ambruk kemudian datang seorang pahlawan untuk menyelamatkan itu.

Setahu saya, ada keinginn yang sifatnya mendasar dalam diri manusia yang merindukan hadirnya sosok pahlawan. Sosok yang bisa menggiring manusia untuk melewati masa gelap gulita menuju masa yang terang benderang.

Sosok itu ada dalam berbagai rupa di setiap zaman dan kebudayaan. Jika di Jawa di sebut Ratu Adil, di Makassar di sebut Tollo', di kalangan Kristen di sebut Messiah. Semacam kepercayaan akan hadirnya kembali Isa Al Masih dan menegakkan tatanan sosial yang adil.

Menurutku, sosok itu melintasi zaman. Kalau dalam Islam, setahuku disebut sebagai Mahdiisme. Semacam keyakinan akan turunnya Imam Mahdi di akhir zaman dan kemudian menghancurkan seluruh salib dan memproklamirkan kembali Islam sebagai satu-satunya agama yang benar.

Bagiku, Mahdiisme adalah sebuah postulat akan kerinduan dasar manusia. Meskipun berbagai arus besar dalam Islam menolak istilah ini, namun aku tetap menganggapnya sebagai keyakinan akan hadirnya rasul baru di muka bumi dan menegakkan tatanan sosial yang ambruk.

Jadi, baik Batman, Superman, Spiderman, adalah kerinduan manusia akan sesuatu. Kerinduan manusia modern akan lahirnya sosok yang luar bisa, rasul yang bisa menggiring manusia dari zaman gelap menuju abad yang terang benderang.

0 komentar:

Posting Komentar