Tangis Menyayat di London

8 Juli 2005

Malam ini aku serius mengamati CNN. Hatiku tercekat menyaksikan betapa teror terus hadir silih berganti dan melukai bangunan kemanusiaan yang paling dalam.

Kemarin, bom meledak di beberapa stasiun kereta di London. Ledakan itu ikut mengoyak tubuh manusia yang berada di sana. Histeria dan kesakitan membahana dan menyayat di udara kota itu.

Kesedihan dan kegembiraan menjadi dua sisi mata uang yang hadir silih berganti di situ. Baru sehari, London larut dalam bahagia karena terpilih sebagai kota yang akan menyelenggarakan Olympiade di tahun 2012, kini kesedihan kembali menyayat.

Sewaktu kecil, ibu selalu melarang bila aku kebanyakan tertawa. Katanya, tertawa yang berlebihan bisa mendatangkan kesedihan. Bahwa di alam ini ada dua unsur yang saling melengkapi. Masing-masing tersusun dengan begitu rapi dan sifatnya komplementer.

Demikian pula pada diri manusia. dua unsur itu ada dan menjadi bagian tak terpisahkan. Ada senang dan tawa. Lao Tze menyebutnya sebagai tao. Ada dua unsur yaitu yin dan yang. Kata Lao Tze, dua unsur itu ada di alam semesta dan juga inheren dalam diri manusia.

Aku ingat dalam komik Batman, si manusia kelelawar, ada tokoh dengan dua wajah yaitu two face. Makanya, tokoh ini memilik karakter yang tak terduga. Bisa menjadi periang dan bisa juga menjadi seorang peneror yang sadis.

Kembali ke London. Barangkali di situ, tertawa menjadi unsur yang berlebihan. Aku menyaksikan beberapa gambar dari AP Photo, betapa kegembiraan dirayakan dengan penuh gegap gempita. Lapangan penuh manusia dengan memakai baju dengan warna mencolok. Ada balon yang beterbangan diiringi terompet yang menggemuruh.

Sehari berikutnya, ada kesedihan yang terpancar. Radio terus menampilkan iringan musik penuh kesedihan. Nyanyian itu terus terdengar dengan lirih di berbagai televisi.

Kota London seakan terbenam dalam kesediahan. Sesuatu yang sebelumnya tak diduga. Yah, Tuhan punya skenario dan rencana tersendiri di situ.

Berbagai pemimpin dunia memberikan reaksi. Kebetulan, pemimpin dari delapan negara industri terkemuka juga ada di situ. Kelompok itu disebut G-8. Gabungan negara industri maju dan terdepan.

Negara-negara itu ramai mengutuk itu di sela-sela demonstrasi yang meneriakkan isu pemanasan global, kemiskinan, serta teror AS di negara dunia ketiga.

Bahkan Presiden AS sendiri ikut mengutuk peristiwa itu. Ia menyebut itu dilakukan kelompok Al Qaeda? Apakah itu betul? Entahlah.

Belakangan ini aku kian gamang melihat AS. Baris paling berkesan dari karya Noam Chomsky adalah ketika ia menuliskan AS sesungguhnya maling yang teriak maling. Meneriakkan terorisme tapi juga melakukan tindakan teror.

Konstalasi dan kisruh di dunia internasional tak juga mampu mengenalkan manusia pada relasi yang lebih sejajar dan adil. Selalu saja ada aspek kepentingan ekonomi dan politik yang bersemayam di balik setiap tindakan.

Marx benar tatkala menyebut ini sebagai distingsi antara negara dan masyarakatnya. Keynes malah melangkah lebih jauh dan menuding ini sebagai konsekuensi dari intervensi negara dalam setiap lapangan ekonomi.

Abad ini adalah abad di mana segala ketakutan harus diintrodusir demi mengekalkan sebuah kebijakan atas nama negara. Apapun perang, selalu diawali dengan ketakutan yang bertubi-tubi demi sebuah pengabsah atas nama memberantas ketakutan.

Realitas kian mengalami pengaburan, kata Baudrillard. Mekanisme pengaburan itu bekerja lewat berbagai tahapan dan aspek ideologis lewat wacana dan dunia sosial.

Satu abad berlalu sejak Descartes memberikan pencerahan sains, namun tetap saja tak menghadirkan watak zaman yang jauh lebih adil. Mungkin, kita harus kembali di abad mitos, tatkala mitos dan pamali masih cukup efektif untuk meredam seluruh gejolak sosial. Entahlah

0 komentar:

Posting Komentar