Salah satu nikmat memiliki sahabat di mana-mana adalah
selalu saja ada banyak orang yang mengirimkan buku. Seminggu silam, seseorang
mengirimkan buku mengenai filsafat timur yang berjudul The Dance of Change.
Saya suka sampulnya, yang terdapat kaligrafi indah Yin dan Yang, sebagai simbol
dari maskulinitas dan feminimitas, dua sisi yang ada pada setiap manusia.
Pada bagian dalam buku, sang pengarang, Jusuf Sutanto,
menjelaskan maksud kaligrafi itu adalah SABAR. Apa kaitan sabar dan kehidupan?
Dalam filsafat Tionghoa, sabar adalah posisi aktif ketika seseorang
terus-menerus menyempurnakan dirinya.
Seperti belajar ilmu pedang, kesempurnaan adalah hasil dari
proses (fruit of direct experience), bukan sesuatu yang harus dikejar
(something to grasp). Maka hidup harus dilihat sebagai sesuatu yang terus
mengalir. Hidup adalah proses untuk terus belajar dan memperkaya endapan
pengalaman. Hidup adalah gerak untuk menggapai kearifan demi merawat bumi dan
menyelamatkan peradaban manusia di masa depan.
Ah, tiba-tiba saya teringat kata-kata Ali bin Abi Thalib.
Bahwa kearifan itu berceceran di mana-mana. Tugas seorang Muslim adalah
mengumpulkan dan menyerap semua ceceran kearifan dan hikmah itu demi memperkaya
pengalaman batin kita, demi menajamkan visi tentang hidup yang lebih baik.
0 komentar:
Posting Komentar