Menemukan Rahasia di RAJA AMPAT




“Jangan Mati Sebelum Menginjakkan Kaki di Raja Ampat’

TADINYA, aku menganggap kalimat itu hanyalah provokasi agar orang-orang datang berkunjung ke Raja Ampat. Namun setelah melihatnya langsung, aku sungguh terkesima. Raja Ampat jauh melebihi ekspektasi tentang pulau tropis yang pemandangannya lembut. Raja Ampat serupa kepingan surga yang jatuh di bumi Papua, bumi yang dihuni manusia Papua yang berkulit hitam dan berambut keriting. Ajaib, selama di sana, aku berhasil menemukan rahasia mengapa gugusan pulau ini sedemikian menakjubkan.

***

SUARA vokalis Edo Kondologit mengiringi perjalananku dari Sorong ke Raja Ampat. Di kapal cepat bernama Marina, lagu Edo menjadi lagu yang menemani perjalanan. Liriknya membuat nuraniku basah. Aku memang pernah mendengar lagu ini. Namun entah kenapa, saat berada di Papua, lagu ini terasa magis dan menjadi suara lirih nurani orang Papua.


Tanah Papua tanah yang kaya
surga kecil jatuh ke bumi
Seluas tanah sebanyak madu
adalah harta harapan

Tanah papua tanah leluhur
Disana aku lahir
Bersama angin bersama daun
Aku di besarkan

Hitam kulit keriting rambut aku papua
Hitam kulit keriting rambut aku papua
Biar nanti langit terbelah aku papua

Oooh, Oooh,

Tanah Papua tanah yang kaya
surga kecil jatuh ke bumi
Seluas tanah sebanyak madu
adalah harta harapan

Tanah papua tanah leluhur
Disana aku lahir
Bersama angin bersama daun
Aku di besarkan

Hitam kulit keriting rambut aku papua
Hitam kulit keriting rambut aku papua
Biar nanti langit terbelah aku papua


Liik itu menjadi gerbang untuk mengenali Papua. Sejak pertama menginjakkan kaki di bumi ini, batinku langsung tertawan. Di mataku, Papua tidak sekadar hutan-hutan luas dan flora yang padat, rimba raya yang menjadi surga bagi banyak kehidupan, yang di sela-sela pepohonan terdengar lirih suara burung cenderawasih dan kuskus yang melintasi pepohonan. Papua bukanlah sekadar semesta tempat 

Namun, Papua adalah dua keping surga yang jatuh ke bumi. Satu keping tersimpan di atas bumi, menjadi jamrud hijau yang memancar di sela pepohonan. Sedang satu keping lagi terbenam di dasar laut menjadi pertama biru yang menjernihkan laut, menghidupkan karang-karang, lalu menjadi rumah bagi ikan-ikan hias yang berseliweran.

Sejak pertama memasuki Raja Ampat, atmosfer pariwisata laut kental terasa. Di Pelabuhan Waisai, aku menyaksikan patung dua lumba-lumba sedang berenang. Tak jauh dari situ, terdapat tugu selamat datang yang disangga oleh berbagai binatang laut. Siapapun yang masuk akan menyadari bahwa Raja Ampat mendedikasikan dirinya sebagai kawasan wisata perairan.


Sebagai kabupaten, usia Raja Ampat masih amat muda. Usianya baru 12 tahun. Akan tetapi pembangunannya sangat pesat. Ibukota Raja Ampat di Waisai tertata dengan sangat rapi. Saat melintas, aku menemukan fakta bahwa jalan-jalan sedemikian lurus, lebar, dan panjang, yang mengingatkanku pada jalan-jalan di Amerika Serikat.

Mungkin karena usianya yang masih muda, Raja Ampat mudah ditata. Kata beberapa orang, sebelum pemekaran, Raja Ampat adalah pulau sepi yang dihuni hanya sedikit orang. Dahulu, gugusan pulau sekitar Raja Ampat tak pernah dilirik orang sehingga pulau ini tetap bersih dan menawan. Posisinya yang jauh dari pusat kekuasaan telah menyebabkan pulau ini juga steril dari tangan-tangan kotor para pembuat kebijakan yang barangkali hendak mencari keuntungan di pulau ini. Benar sekali slogan Bupati Raja Ampat, tentang “membangun dari tiada menjadi ada.”

Sejak mekar, perlahan-lahan, Raja Ampat mulai ditata. Berbagai lembaga internasional turun tangan untuk menata Raja Ampat menjadi destinasi wisata terbaik di dunia. Ruang kota dibenahi. Regulasi dibuat agar menjaga keanekaragaman hayati. Penduduk ikut dilibatkan untuk menjaga konservasi. Mereka sama-sama menanam tekad untuk mewariskan bumi Raja Ampat yang kaya kepada anak cucu.

Yang membuat kesan pertama amat kuat di ibukota ini adalah penataan ruang kotanya yang sejuk dengan banyak taman. Di banyak tempat terdapat taman kota, yang selalu menampilkan patung hewan laut seperti lumba-lumba, hiu, ataupun ikan pari. Nampaknya, ikan pari adalah maskot wilayah ini. Aku melihat banyak patung ikan pari. Bahkan di dekat Pantai WTC, yang merupakan singkatan dari Waisai Torang Cinta, terdapat satu balon besar berbentuk ikan pari. Saat datang dan memotret, ternyata ikan ini juga menjadi maskot dari lembaga Konservasi Internasional yang sejak lama telah mengadvokasi kebijakan agar ikan ini dilindungi undang-undang.



Sungguh beruntung, ada banyak sahabat yang menemaniku selama di Raja Ampat. Misi kedatanganku ke situ bukanlah untuk berwisata. Misiku adalah membentuk Komunitas Informasi Wisata (KiTA) yang nantinya akan menjadi wadah bagi warga Raja Ampat untuk mengumpulkan segala informasi tentang wilayahnya. Nantinya, informasi itu akan disebarkan melalui banyak saluran media. Semoga saja komunitas ini kelak bisa tetap bertahan dan bisa memberikan makna bagi para pelancong yang hendak menemukan pencerahan dan hikmah di sepanjang perjalanannya.

Rahasia Raja Ampat

Dalam berbagai brosur wisata, Raja Ampat mengandalkan keindahan bawah laut dan keanekaragaman hayatinya di wilayah seluas 9,6 juta are. Mereka yang datang disarankan untuk diving. Ada sekitar 537 spesies koral dan 699 spesies hewan lunak lainnya di bawah perairan Raja Ampat. Jika anda beruntung, anda juga bisa melihat ikan pari manta dan penyu di sekitar tempat ini. Anda tidak harus menyelam ke dalam untuk bisa menikmati keindahan bawah laut Raja Ampat, dari pesisir pun anda bisa menikmatinya. Cukup pakai snorkel dan anda bisa mulai berenang di pesisir pantai.

Formasi pulau ini juga sangat indah, dan ini merupakan salah satu daya tarik wisata bahari Raja Ampat. Jika anda tidak berani menyelam, anda tetap bisa menikmati keindahan pulau ini dari luar. Berbagai elemen menarik menyusun kepulauan ini, misalnya hutan yang lebat, spesies tumbuhan langka, gugusan batu kapur yang eksotis, dan sarang penyu di sekitar pantai. Saat musim kawin ribuan penyu bisa muncul di sekitar pantai untuk bertelur.

Ada 4 pulau utama yang menyusun kawasan Raja Ampat, yaitu Bantanta, Salawati, Waigeo, dan Misool. Sebenarnya masih ada banyak lagi pulau-pulau kecil yang terdapat di daerah ini. Langsung saja datang ke tempat ini jika ingin melihat keindahan wisata bahari Raja Ampat.

Seteah datang sendiri ke Raja Ampat, aku tiba-tiba saja menemukan RAHASIA mengapa Raja Ampat begitu menakjubkan. Rahasianya tidak terletak pada pantai-pantai indah itu, atau pada paus ataupun ikan hiu serta penyu yang selalu melintas dan berumah di situ, juga tidak terletak pada surga bawah laut eksotis yang tak ditemukan di manapun.



Rahasia mengapa Raja Ampat sedemikian eksotik justru terletak pada manusia-manusia yang menghuni wilayah ini, yang dengan kesederhanaannya justru menyimpan kearifan yang mencengangkan. Mereka yang mendiami Raja Ampat adalah orang-orang hebat yang punya kekuatan hati untuk menerima semua orang dengan tangan terbuka. Selama di sana, aku amat banyak dibantu orang-orang baru yang kemudian menjadi sahabat dekat. Aku bertemu para nelayan yang kemudian menjadi guru-guru konservasi. Mereka tak saja menjaga laut, tapi juga menegakkan marwah seluruh bangsa Indonesia tentang negeri maritim yang kaya dan seharusnya dijaga dengan seluruh energi terbaik. Mereka menghidupkan kawasan, menjadi jantung dari seluruh kegiatan wisata.

Mereka memberikan isyarat bahwa selalu ada keajaiban di Raja Ampat. Keajaiban itu terletak pada senyum tulus, hati yang hangat dan selalu membuka pintunya, serta pada kecintaan mereka pada bumi air Raja Ampat.


Waisai, Raja Ampat, 22 November 2014

0 komentar:

Posting Komentar