DIDASARI keinginan untuk mencari bacaan
alternatif, saya membaca buku bertemakan marketing (pemasaran). Buku pertama
yang saya baca adalah Wow Selling, yang ditulis Hermawan Kertajaya. Ternyata,
para pelaku pemasaran menulis dengan gaya bahasa yang mudah dipahami, tidak
jlimet, penuh dengan contoh dan kiat-kiat praktis, serta mudah dipraktikkan.
Para pemasar adalah penulis hebat yang membangun argumentasi dari bukti konkrit,
yang digali dari fenomena keseharian.
Yang bikin saya terkejut, ternyata rahasia
dari ilmu pemasaran itu tidak terletak pada berbagai strategi yang dipelajari
di kampus, namun justru ada di sekitar kita. Rahasianya telah ditanamkan oleh
orangtua kita sejak kecil. Hah? Gimane
ceritanye?
***
LELAKI itu, Joe Girard, dikenal sebagai
sales mobil paling tangguh di Amerika Serikat. Tak ada satupun yang bisa
melampaui apa yang dilakukannya. Ia bisa menjual hingga enam mobil dalam
sehari. Bayangkan, dalam sebulan ia bisa menjual mobil hingga 180 mobil.
Bayangkan pula, berapa komisi yang didapatkannya.
Joe Girard amat percaya diri ketika
ditanya rahasianya. Ia mengatakan, sekali seseorang mmbeli mobil padanya, maka
orang itu pasti akan datang kembali. Kalau tak datang lagi, maka ada dua
kemungkinan, yakni (1) pindah dari Amerika Serikat, (2) pindah ke planet lain.
“Sebab sekali orang tersebut transaksi dengan saya, pasti akan mencari saya kembali saat hendak membeli mobil,” katanya dengan yakin.
Kisah Girard saya temukan dalam buku Wow
Selling, Salespeople are the real marketeers. Dalam buku ini diurai rahasia
Girard. Ternyata, ia selalu berusaha mengenali siapapun konsmennya, menghapal
nama mereka, lalu secara rutin merawat pertemanan. Ia secara rutin mengirimkan
kartu ucapan kepada semua yang pernah dikenalnya. Saya tahu betul bahwa tradisi
mengirimkan kartu sangat bermakna bagi orang Amerika.
Girard melakukan itu pada setiap orang
yang dikenalnya sekali dalam sebulan. Tak hanya itu, ia juga tak
sungkan-sungkan untuk menelepon dan menyampaikan selamat ulang tahun. Ia punya
daftar lenkap tentang nama dan tanggal ulang tahun. Ia berusaha menghafal
hal-hal kecil tentang pelanggannya. Mulai dari jumlah dan nama anak, alamat
rumah, hingga nama anjing yang dipelihara pelanggan. Setiap bertemu, ia akan
menjadikan semua informasi itu sebagai pintu masuk untuk berdialog. Hebat khan?
Tak hanya Girard, saya juga menemukan
beberapa kisah menakjubkan. Di antaranya adalah kisah Joe Kamdani, pendiri Data Script, office supplier terbesar di Indonesia. Ia pernah berkunjung ke Mayo
Clinic di Florida karena sakit jantung. Ketika hendak operasi, Joe sempat ragu
dan ingin mendapatkan second opinion. Saat menyampaikan itu ke pihak klinik, ia
lalu diberikan daftar rumah sakit, serta di mana saja ia bisa memeriksakan
diri. Pihak klinik mengurus semuanya, dan tidak meminta tips. Joe terkesan
sebab pihak klinik mengabaikan hukum persaingan. Pihak klinik lebih
mengutamakan kenyamanannya.
Saat hendak operasi, Joe diberi daftar
tiga orang dokter yang bisa diilihnya. Malah, ia bisa mewawancarai para dokter
itu. Ia akhirnya memilih dokter yang dianggapnya ramah dan menyenangkan.
Apalagi, dokter itu punya prestasi bagus dalam hal operasi. Seusai operasi yang
sukses, Joe kemudian menjadi pemasar gratis atas klinik itu. Mengapa? Sebab ia
merasa puas dengan kebaikan dan kenyamanan yang diberikan pihak klinik.
Hermawan Kertajaya menyebut tindakan
klinik itu sebagai Wow Selling. Pihak klinik menolak bayaran untuk hal-hal yang
tak perlu, semisal sekadar berkonsultasi. Makanya, semua konsumen yang datang
selalu puas, dan akan merekomendasikannya kepada pihak lain. Inilah bentuk
promosi yang paling ampuh.
Para pemasar modern tidak lagi seperti
para penjual obat yang selalu bercerita tentang kehebatan obatnya yang tidak
punya cacat. Pemasar modern justru bercerita segala kelemahan produknya di
sela-sela promosi tentang kekuatan produk. Para pemasar saat ini lebih
mengutamakan pelayanan, kenyamanan, serta merebut hati para calon konsumennya.
***
BUKU ini bercerita tentang pemasaran serta
kondisi masyarakat. Saya belajar banyak hal. Di antaranya, konsumen hari ini
adalah tipe konsumen yang selalu mencari informasi tetang satu produk sebelum
membelinya. Mereka lebih mudah percaya pada saran dan rekomendasi dari orang
lain, ketimbang bahasa para pengiklan.
Konsumen hari ini akan mencari informasi
melalui google, sebelum memutuskan untuk membeli sesuatu. Makanya, para
pebisnis akan berusaha membuat semua konsumennya nyaman, senang, serta puas
dengan pelayanan, sebab sang konsumen itu bisa menjadi pemasar yang baik.
Ketika mereka tak puas, maka mereka bisa saja menyebarkan ketidakpuasan itu
melalui media sosial.
Argumentasi di buku ini sangat kuat sebab
didasari oleh proses trial and error di lapangan. Yang saya suka dari buku ini
adalah banyaknya bukti-bukti yang disusun secara rapi sehingga menguatkan
argumentasi. Cara berpikir penulis buku mengikuti logika induktif, memulai dari
hal yang khusus, kemudian membangun beberapa konsep dan penjelasan. Saya sangat
menikmati gaya menulis dan aliran argumentasi di buku ini.
Inti dari Wow Selling itu dirumuskan
secara sederhana;
Satukan kata dengan perbuatanTambahkan kejutan bagi pelangganAjari pelanggan untuk tumbuhRawat pertemanan
Yang saya rasakan, prinsip-prinsip ini
bukanlah hal yang baru. Saya teringat pada ajaran orang tua dan masyarakat kita
untuk selalu berkata jujur, tidak menyakiti orang lain, berusaha membahagiakan
siapapun, serta menyayangi siapa saja. Inilah kaidah-kaidah moral yang
diajarkan oleh masyarakat kita secara tradisional.
Kehebatan para marketeers adalah kemampuan menyerap semua nilai-nilai kebaikan itu
ke dalam segala tindakan promosi. Maka para pemasar hebat adalah mereka yang
memahami para pelanggannya dengan amat baik, membangun pertemanan yang saling
menguatkan, lalu meletakkan nilai-nilai persahabatan itu di atas segala hal
yang menyangkut materi.
Ternyata kunci menjadi marketeers hebat ada pada nilai-nilai
tradisional kita, seperti selalu berkata jujur, menghormati semua orang,
berusaha membahagiakan orang lain, ataupun menyayangi yang lebih tua. Di kampung
saya, prinsip-prinsip untuk menghargai orang lain itu diajarkan pada semua
anak. Prinsip solidaritas serta selalu ‘menyediakan bahu bagi siapapun yang
galau’ adalah bagian dari nilai-nilai bersama yang tumbuh di masyarakat kita,
bukan sesuatu yang harus dipelajari di kampus-kampus.
Tak disangka, kearifan kultural kita itu
menjadi rahasia dari para pemasar hebat. Ternyata rahasia mereka bukan pada
buku-buku teks tebal yang dipelajari di kampus, melainkan ada di sekitar kita. Rahasia
untuk jadi pemasar hebat terletak pada kebaikan dan ketulusan hati, yang
kemudian membuat orang lain selalu ingin bersama kita. Inilah bagian dari
kecakapan yang tak dipelajari di kampus-kampus, namun ada di kearifan
masyarakat kita yang selalu meletakkan harapan pada siapapun.
Rahasia itu justru ada pada setiap kalimat
nenek kita yang selalu memandangi dengan penuh bahagia, atau pada setiap baris
kasih sayang yang ditiupkan ibu kita di saat kita hendak terlelap. “Nak,
jadilah orang baik agar kelak kamu berguna bagi orang lain.”
0 komentar:
Posting Komentar