KITA menyebutnya hybrid journalism demi menyatakan konsep penyatuan dua ranah jurnalistik yakni cetak dan online. Sejatinya berita media cetak disajikan dengan akurasi tinggi, dan selanjutnya menyuplai wacana media online. Namun belakangan ini, justru sebaliknya. Ranah online yang kemudian menjajah ranah media cetak. Berita dan blog justru lebih powerful sehingga media online pun ikut-ikut latah dan mengutipnya.
Saya merasakannya kemarin. Sebuah coretan lepas di blog, tiba-tiba masuk halaman satu sebuah koran. Orang-orang menyebutnya hybrid journalism yakni sintesa online dan cetak, sebab tulisan itu awalnya untuk konsumsi media online. Beberapa teman memberitahu saya tentang konsep ini.
Mereka tak tahu bahwa dalam dunia media, selalu ada berita di balik berita. Mereka tak tahu bahwa pemimpin redaksi yang memuat ulasan itu adalah mantan bos saya saat tugas sebagai jurnalis. Masihkah kita menyebutnya hybrid journalism ataukah kongkalikong dengan pemimpin redaksi media?
0 komentar:
Posting Komentar