Sorry, It is Condolences!

NAMANYA Ralph. Saya tak tahu persis nama lengkapnya. Orang-orang di Milford Cincinnati memanggilnya Paman Ralf. Usianya 74 tahun (boleh jadi lebih). Ia mengaku keturunan Italia, berbeda dengan kebanyakan warga Milford yang merupakan keturunan Irlandia yang pindah ke Amerika pada puluhan tahun silam. Ia sangat ramah kepada siapapun. Usai menghabiskan malam di Cincinnati, saya menginap di rumahnya, tepatnya di lantai dasar.

Ia menghabiskan hari bersama istri tercintanya. Saat saya berbincang dengannya, ia sangat antusias saat memperlihatkan foto-foto keluarganya. Ia memperkenalkan istri, anak, hingga cucu-cucunya. Ia juga menyebutkan bahwa pada hari ketika kami berbincang adalah hari spesial sebab tepat 54 tahun usia perkawinannya.

Spontan saya mengucapkan kata “Congratulation.” Tapi wajahnya datar saja. Malah dngan ekspresi sedih ia mengatakan, “It is condolences.” Saya sempat heran karena setahu saya, kata condolences dikemukakan untuk menyatakan kedukaan. Padahal, pada malam sebelumnya, saya sempat bertemu istrinya. Lantas, berduka atas apa?

Saya menyimpan pertanyaan itu. Nanti setelah bertemu keponakannya, barulah saya dapat jawabannya. Bagi seorang Italia, lelaki identik dengan playboy dan petualangan, persis seperti gambaran dalam film Cassanova. Kehebatan seorang lelaki dilihat dari sejauh mana ia menaklukan wanita. Sehingga ketika seorang lelaki hanya bertahan pada satu wanita selama lebih 50 tahun, maka ia akan merasa sangat berduka.

Pantas saja ia mengucapkan kata concolences sebagai pertanda hidupnya yang statis dan hanya jalan di tempat. Ia tak lagi bangga menyebut dirinya sebagai keturunan Italia dikarenakan dirinya yang hanya setia pada satu wanita selama lebih dari 50 tahun. Apakah ia seorang yang setia? Entahlah. Yang jelas, saat bertemu teman-teman perempuan saya, ia begitu gembira dan suka bercerita. Malah, ia agak genit saat berbincang, sehingga teman saya menyebutnya sedang “puber ketiga.”

Saat hendak berfoto, ia langsung memeluk beberapa teman perempuan di situ. Wah… Saya hanya bisa menatap geli. Di usia setua itu, di saat dirinya sudah mengenakan tongkat, ia masih saja seperti anak muda yang senang berdekatan dengan gadis.-gadis. Saat teman-teman mengucapkan selamat merayakan ultah perkawinan, ia langsung berbisik. “It’s condolences.” Tiba-tiba saja, saya langsung teringat lagu Tua-Tua Keladi yang dinyanyikan Anggun C Sasmi. Iya khan?

1 komentar:

Patta Hindi Asis mengatakan...

baru tau kalo lelaki Italia 'setia' (setiap tikungan ada)... lirik lagunya Gigi-My Facebook-ini cocok untuk mister itu kanda..."Terpikir hati untuk mendua.Tapi nurani tak bisa mendua".

salam

Posting Komentar