Tantangan Menulis di Winter Quarter


TEMAN-teman di Respect kembali menerbitkan buku. Kali ini buku berjudul Tafsir Ulang Sejarah dan Budaya Buton. Judulnya memang agak ambisius sebab seolah hendak menjawab banyak hal. Judul ini agak bombastis. Tapi saya justru salut dengan pemilihan judul ini. Sebab teman-teman telah memulai sesuatu yang tidak mudah, namun terus dilakukan secara spartan agar vitalitas kebudayaan Buton lebih terjaga.

Sejatinya, buku ini sudah lama selesai dicetak. Kalaupun baru diedarkan, ini semata disebabkan kendala teknis. Kami anak-anak muda yang sering ragu dan takut mengambil langkah. Kami amat hati-hati dan ingin memastikan bahwa apa yang kami lakukan tidak akan merugikan banyak orang, atau tidak merugikan satu pihak.

Melihat buku ini, saya tiba-tiba saja merasa kembali 'panas.' Saya ketagihan untuk menggarap sebuah buku dan tiba-tiba saja dibakar api semangat. Dalam proses seperti ini, apapun hasilnya jadi tidak penting. Sebab yang amat penting adalah proses ketika digarami semangat menulis, dibakar api semangat melahirkan karya, serta kebahagiaan ketika karya tersebut dipajang di toko buku.

Karya ini telah melecut semangat saya untuk menulis. Mudah-mudahan saya bisa menulis karya yang lebih serius di winter quarter ini. Semoga kado tersebut bisa jadi jejak pencapaian setelah pindah ke sini, tempat baru yang kian menantang buat saya. Saya memang merencanakan sesuatu yang berbentuk karya. Saya tak ingin terjebak dengan desain akademik di bangku perkuliahan. Saya ingin menyeriusi sejumlah proyek pribadi, mulai dari peningkatan kapasitas (membaca sebanyak mungkin), menulis di media massa (saatnya saya kembali menembus media-media cetak), serta membuat buku. Ini tantangan yang mesti saya wujudkan. 

Semoga Yang Maha Menggenggam tak henti melepaskan genggamannya demi pencapaian semua cita dan harapan di masa depan. Amin!

0 komentar:

Posting Komentar