koteka |
Entah apa yang dilihatnya pada diri ini. Setiba di warkop dekat Pantai Waisai Torang Cinta (WTC), anak muda itu mendekati saya. Kami langsung akrab.
Namanya Baco. Dia berasal dari Maros, Sulsel. Di Raja Ampat, komunitas Bugis tersebar di mana-mana. Tak hanya di jalur politik dan birokrasi, tapi juga menguasai sektor bisnis dan dagang.
Baco bekerja sebagai tour guide. Dia mengajak saya untuk ikut petualangan yang akan menaikkan adrenalin. "Kaka kalau ikut saya, pasti akan bikin semua cewek puas?" Saya terkejut. Hah?
Dia mengajak saya untuk mencari Akar Kuat, yakni akar yang bisa meningkatkan gairah seksual. Kulit akar akan diiris tipis2, kemudian dicampur di minuman. Khasiatnya? "Kaka pu barang langsung keras. Biar digantung dua kelapa, tara akan layu."
What? Emang ada orang bodoh yang mau gantung dua kelapa di kemaluan?
Saya ingat sewaktu ke Banjarmasin. Seseorang menawarkan saya ramuan bernama Tongkat Ali. Khasiatnya sama persis dengan Akar Kuat. Rupanya, di banyak budaya, terdapat banyak herbal yang bisa menambah gairah laki-laki. Entah benar atau tidak. Saya belum pernah mencobanya.
Baco juga mengajak saya untuk mendatangi Tugu Kemaluan Raja Ampat. Lokasinya di Teluk Mayalibit. Sebenarnya, ini adalah stalaktit, cuman bentuknya mirip kemaluan. Ditambah lagi ada banyak mitos dan cerita2 mengenai tugu ini.
Di antara mitosnya adalah orang yang menaruh koin di batu itu, diyakini punya kemaluan sekeras batu.
Saya ingat pengalaman di Amrik. Orang bule suka melempar koin di kolam2 atau akuarium sembari "make a wish" atau menyampaikan permohonan. Permintaannya bisa apa saja, bahkan hal yang mustahil, misalnya ganti presiden.
Tapi, bisa jadi Baco benar juga. Para bule yang menaruh koin di situ mungkin berharap punya barang sekuat batu. Benarkah? Saya tak ingin mencari tahu.
Demi tak mengecewakannya, saya mengajak untuk melihat-lihat koteka. Saya tanya, bagaimana cara memastikan ukuran koteka tanpa harus mencobanya. Gampang itu, katanya. Cukup lihat ibu jari kaki. Kalau besar, berarti butuh koteka yang besar.
Diam-diam, saya melirik ke kaki.
(Upsss, saya yakin pria yang membaca tulisan ini langsung mengecek ibu jari kaki. Guys, jangan terlalu percaya. Ini hanya candaan ala Papua. Jangan dipercaya.)
0 komentar:
Posting Komentar