Empat tahun lalu, saya melihat pengumuman tentang lomba menulis XL Awards, yang diadakan operator seluler XL. Saya tergoda dengan hadiah juara pertama yakni sebesar 20 juta rupiah. Saya pikir ini lomba menulis artikel pendek yang hadiahnya paling besar.
Dikarenakan saat itu ekonomi keluarga sedang morat-marit, saya memutuskan ikut. Saya ingin juara. Saya kirim artikel sepanjang dua halaman setengah setelah sebelumnya saya perkuat. Seingat saya, jumlah pesertanya ratusan orang.
Setelah sebulan berlalu, seseorang dari XL menghubungi saya. Ternyata saya menang. Nama saya ada di banyak media nasional (klik link DI SINI). Saya tersanjung.
Seseorang bertanya, apakah rahasianya? Ada kiat menang lomba yang bisa dibagikan? Saya pikir tak ada salahnya berbagi. Biar makin banyak orang yang menang lomba. Hehehe.
Ilmu pertama yang diterapkan ketika ikut lomba adalah kenali siapa yang mengadakan lomba. Jangan mentang-mentang tertulis lomba menulis artikel, maka Anda akan sembarang kirim artikel. Jika lomba itu diadakan operator seluler, usahakan cari ide yang sedikit nyambung dengan mereka.
Beberapa lomba menulis sengaja dibuat untuk memuji-muji sponsor. Kalau Anda bisa menemukan artikel yang nyambung sama sponsor. Ada unsur memuji, atau minimal menyenangkan sponsor, maka Anda punya peluang juara.
Lantas, apa tulisan itu harus selalu memuji? Gak juga. Ibarat makan obat, maka Anda harus punya dosis yang tepat. Memujinya juga harus proporsional dan punya alasan kuat. Mesti ada argumentasi logis mengapa pujian atau apresiasi itu muncul.
Nah, tempo hari saya membagikan kiat tentang perlunya memiliki satu ide yang unik dan menarik. Ternyata, ide saja tidak cukup. Sebab ide ibarat tunas gagasan yang harus dipupuk dan dirawat sehingga kelak menjadi tumbuhan yang kokoh.
Saat itu, saya menemukan ide tentang seorang anak muda yang memilih pulang kampung dan menjadi nelayan. Dia tak ingin jadi nelayan biasa. Dia lalu men-download aplikasi fishfinder yang membantunya untuk mengenali di mana posisi plankton. Dia tinggal datang dnegan perahu, menebar jaring, terus kembali dengan timbunan ikan. Dia menginspirasi nelayan lain.
Ide ini saya dapatkan ketika bermain domino dengan beberapa sahabat fasilitator di Kementerian Kelautan. Tapi, saat itu saya tidak langsung menulis. Kalau hanya menulis nelayan muda maka tidak menarik. Saya ingin perkaya ide itu dengan melihat banyak hal menarik di sekitarnya.
Saya lalu mencari artikel jurnal, termasuk laporan riset mengenai para nelayan di Kepulauan Spermonde, Sulawesi Selatan. Selama beberapa hari, saya merenung untuk kembangkan ide. Setelah proses membaca dirasa cukup, maka saatnya menulis.
Saya terinspirasi pada antropolog Clifford Geertz yang membahas emik dan etik dalam penelitian. Emik adalah kenyataan sebagaimana dipahami masyarakat lokal. Sedangkan etik adalah kenyataan sebagaimana dipahami peneliti.
Kata seorang guru, emik itu adalah pengalaman dekat. Sedangkan etik adalah pengalaman jauh. Seorang peneliti yang sedang menulis laporan harus pandai2 mengombinasikan dua pengalaman ini.
Ada saat di mana dia menggambarkan sesuatu dengan detail sebab dirinya hadir di situ. Namun ada saat di mana dia melihatnya dari kejauhan, membandingkannya dengan kenyataan di tempat lain. Bisa juga membandingkannya melalui literatur.
Dalam konteks menulis, saya lebih suka menyebutnya zoom in dan zoom out. Ketika Anda hendak memotret, ada saat di mana Anda menggunakan zoom in, sehingga obyek foto jadi lebih dekat. Tapi ada saat di mana Anda bisa menggunakan zoom out sehingga bisa dilihat hal-hal di sekitar obyek foto.
Menulis dengan pendekatan zoom in dan zoom out ini bisa membantu kita agar tidak hanya memahami satu kenyataan, tapi bisa mendialogkannya dengan banyak hal yang ada di situ, maupun di tempat lain. Dengan cara demikian, kita bisa lakukan refleksi mendalam sehingga tulisan bisa menjadi lebih kaya dan bergizi.
Apakah sulit? Tidak. Gampang kok. Menulis itu ibarat berenang. Anda tak akan pernah pandai kalau hanya mempelajari semua teori renang. Anda harus berani lompat ke kolam lalu menggerakkan tangan dan kaki.
Tapi, kalau tetap tenggelam, jangan salahkan saya yaa...
BACA: Kisah Ajaib Mantan Pembom Ikan
0 komentar:
Posting Komentar