“Tubuh ini serupa mesin. Sesekali butuh dilatih
sedemikian rupa sehingga selalu prima.”
Saya paham benar ujaran di atas. Namun betapa malasnya saya untuk selalu mengasah diri. Seorang sahabat pernah bertanya, apa olahraga favorit yang sering saya mainkan. Terhadap pertanyaan ini, saya langsung terdiam. Orangtua saya tidak pernah mendidik untuk mencintai olahraga. Sebab gerak tubuh menjadi bagian dari hal yang dilakukan sehari-hari.
Mereka berpikir demikian, sebab itulah dunianya. Tapi buat saya yang hidup di abad yang serba modern ini, olahraga menjadi hal yang amat jarang dilakukan. Saya tidak mengalami saat-saat sebagaimana ayah dan ibu yang sering mendayung perahu. Jadilah saya sebagai generasi yang tak punya olahraga favorit. Saya hanya sesekali saja bermain badminton, atau bersepeda. Itupun hanya sebagai amatiran.
Hari ini, saya memberanikan diri untuk bersepeda. Saya beruntung karena di Athens, Ohio, ada Pak Fauzi, pria asal Palembang, yang bersedia meminjamkan sepeda. Saya menganggap Pak Fauzi seperti keluarga sendiri. Kepadanya, sering saya bercanda atau sesekali jalan-jalan ke Colombus. Sesekali saya menemuinya demi untuk bersilaturahmi atau demi untuk tertawa bersama.
melihat dari sepeda |
orangtua di tepi lapangan |
convocation center |
Dengan sepeda balap itu, mulailah saya menelusuri jalur sepeda. Satu hal yang acungi jempol di sini adalah tersedianya jalur untuk berkeliling dengan sepeda. Jalur ini menyusuri tepian sungai, melintasi lapangan golf, beberapa apartemen, hingga beberapa pusat perbelanjaan. Di kota kecil ini, para pengguna sepeda seakan dimanjakan. Jalur sepeda ini menjadi jalur buat mereka yang ingin berkeliling sekaligus untuk berekreasi. Pemandangan di sepanjang jalur juga amat indah.
Beberapa kali saya singgah memotret. Saat melintasi lapangan softball, saya melihat anak-anak bermain softball. Yang menarik buat saya adalah ketika melihat banyak orangtua yang bergerombol di tepi lapangan. Mereka memberikan motivasi dan dorongan kepada anaknya untuk bermain dengan baik. Di sini, ketika seorang anak bermain bola atau olahraga lainnya, maka orangtua wajib untuk menontonnya. Mungkin ini demi menunjukkan perhatian kepada seorang anak.
Selanjutnya, saya melintasi satu apartemen. Saya melihat ada pesta di situ. Seorang sahabat asal India mengajak saya bergabung. Saya hanya singgah sebentar dan memotret. Tadinya saya ingin menikmati pizza, cuma krena saya lihat jenis pizzanya adalah pepperoni, saya berubah pikiran. Sebab pizza itu mengadung daging babi.
voli pantai |
it's time to party |
pesta |
bir dan pizza |
Di sini, pesta (party) adalah bagian dari denyut nadi kehidupan sosial. Dalam pesta-pesta itu, emua orang menenggak bir. Musim ini adalah musim di mana semua orang suka berpesta. Maklum saja, dengan suhu udara yang lumayan panas, semua orang keranjingan untuk kumpul-kumpul dengan pakaian mini, lalu menikmati pizza dan minuman keras. Saya belum ada keinginan untuk gabung. Saya lebih suka muncul sesaat lalu mengambil gambar. Setelah itu, saya mengayuh sepeda dan kembali menelusuri jalur sepeda.
Kesan saya adalah terdapat banyak hal-hal sederhana yang amat indah disaksikan. Pengalaman menelusuri jalur sepeda ini seakan mengingatkan saya terus-menerus betapa indahnya hidup dalm suasana yang alamiah, udara bersih, tumbuhan hijau, dan perasaan yang mekar ketika melihat bunga-bunga atau melihat angsa yang bermain di tepi sungai. Semuanya memberi kehangatan, dan kebahagiaan, serta petualangan yang tak terduga.
Nampaknya saya ketagihan dan ingin kembali bertualang keesokan harinya. Tapi saat mengingat paper yang belum kelar, niat saya mulai menciut. Yah… apa boleh buat.(*)
Athens, 12 Mei 2012
0 komentar:
Posting Komentar