DEREK REDMOND


Dia diprediksi akan menjadi juara lomba lari 400 meter. Dia, Derek Redmond, pelari asal Inggris yang memecahkan rekor lari di tahun 1985. Bahkan tahun 1987, dia kembali memecahkan rekor tersebut. Tahun 1988, harusnya dia berlaga di Olimpiade Seoul, tapi batal karena cedera.

Olimpiade 1992 di Barcelona adalah kesempatan terbaiknya. Dia siap menjadi juara kembali. Dia berlari sekencang mungkin saat pistol ditembakkan ke atas. Dia mengejar target setelah latihan selama berbulan-bulan.

Baru 150 meter berlari, kakinya sobek. Dia mengalami cedera. Dia tak sanggup berlari sehingga terduduk di lapangan. Semua temannya telah jauh meninggalkannya lalu mencapai garis finish. Dia hanya bisa menangis kesakitan.

Tapi dia perlahan bangkit. Dia memang tak punya kesempatan menang. Tapi dia tidak ingin meninggalkan Olimpiade tanpa mencapai garis finish. Dalam keadaan terpicang-pincang dia mulai berlari.

Pelatihnya menerobos ke lapangan. Pelatih yang juga ayahnya itu mengabaikan larangan pihak sekuriti. Dia mendekati anaknya yang berlari dalam keadaan pincang.

“Kamu tak harus melakukan ini Nak?” katanya.

“Tidak Ayah. Saya harus menggapai garis finish,”

“Kalau begitu, mari kita lakukan bersama-sama.”

Sang Ayah memeluk anaknya kemudian sama-sama berlari kecil. Menjelang garis finish, sang ayah melepaskan rangkulannya, kemudian menyilahkan anaknya untuk menggapai finish. 

Sebanyak 65 ribu penonton sontak berdiri dan memberikan standing applause melihat adegan yang mengharukan itu. Pertandingan bukanlah soal siapa menang dan kalah. Terpenting adalah menyelesaikan pertandingan, menuntaskan apa yang sudah dimulai.

Derek Redmond memang tak membawa pulang medali. Ia tak juara. Tapi ia telah menunjukkan karakter juara, yakni mereka yang berusaha menggapai garis akhir. Para juara adalah mereka yang menyelesaikan semua tugasnya tanpa menyerah, meskipun menghadapi sakit dan luka. 

Ayahnya pun tak kalah hebat. Dia tak mau menyaksikan luka dan sakit yang dihadapi anaknya. Mulanya dia ingin anaknya keluar lintasan agar cederanya tidak semakin parah. Namun melihat sikap mental anaknya yang tetap bertanding, dia memberi dukungan penuh. Dia berlari sambil memegang anaknya, dan membantunya ke garis akhir.

Jika kehidupan adalah arena di mana setiap orang menumbuhkan karakter, maka selalu saja ada karakter pemenang dan karakter pecundang. Para pecundang adalah mereka yang mudah mengeluh, suka mencari alasan dan menyalahkan orang lain. Sementara para pemenang adalah mereka yang selalu berlari hingga akhir, menginspirasi, dan punya karakter menggerakkan orang lain.

Orang hebat bukanlah mereka yang selalu menggapai kemenangan. Tapi mereka yang setiap kali jatuh, selalu bisa bangkit dan berlari. 

Kisah Derek Redmond menginspirasi banyak orang. Penyanyi Josh Groban bersenandung: 

You raise me up, so I can stand on mountains

You raise me up to walk on stormy seas

I am strong when I am on your shoulders

You raise me up to more than I can be

Puluhan tahun setelah apa yang terjadi di Barcelona tahun 1992, publik hanya mengenang nama Derek Redmond, bukan juara di lomba lari 400 meter. Karakter hebat akan terus melintasi zaman dan abadi dalam ruang indah di hati semua orang.


0 komentar:

Posting Komentar