Alif Ba Ta

 
Jika saja tak ada internet, maka hidupnya tak lebih dari seorang buruh yang bisa mengoperasikan kendaraan jenis forklift, truk garpu, di kawasan industri Pulo Gadung. Jika tak ada Youtube, dia hanya anak muda pemalu yang cuma berani saat menjadi sopir alat berat.
 
Nama lengkapnya Alif Gustakhiyat. Di ranah Youtube, pria usia 31 tahun asal Ponorogo ini kondang dengan nama Alif Ba Ta. Dari kamar kos yang kusam, dia mengejutkan dunia dengan permainan gitar aliran fingerstyle. Sentuhan jemarinya serupa dewa yang bisa mengubah setiap petikan menjadi melodi indah.
 
Jika saja dia hidup di masa belum ada internet, kemampuannya akan jadi bakat terpendam. Dia akan jadi intan yang terkubur di dasar lautan. Namun berkat internet, sentuhan bermusiknya yang dihasilkan dari kamar kos yang kusam telah menyentuh hati warga dunia.
 
Musisi dunia mulai membicarakannya. Brian May, dewa gitar yang bermain untuk Queen selama beberapa dasawarsa malah mengunggah video Alif Ba Ta saat meng-cover lagu Bohemian Rhapsody di akun Facebook miliknya.
 
Video Alif yang memainkan lagu Love of My Life juga pernah diunggah pada akun resmi Facebook Queen. Musisi dunia lain yang terkesan dengan permainan Alif adalah Synyster Gates. Gitaris grup band Avenged Sevenfold ini mengunggah aksi Alif tersebut di Instagram Stories miliknya, lengkap dengan kata-kata pujian.
 
Alif juga pernah mendapatkan pujian dari gitaris luar negeri lainnya seperti, Alexandr Misko, Fun Two, dan Igor Presnyakov. Di tanah air, dia dikagumi Addie MS, Dewa Budjana, Anji Drive, Ahmad Dani, Bimbim Slank, Iwan Fals, dan Ariel Noah.
 
Saya lihat di satu video di Youtube, banyak orang speechless menyaksikan bagaimana dia memainkan melodi pembuka lagu Sweet Child of Mine milik Guns N Roses hanya dengan satu tangan. Dia memainkan lagu Hotel California sama indahnya dengan lagu yang dimainkan grup musik Eagles dalam formasi lengkap. That’s incredible!
 
Dia tidak hanya meng-cover lagu berbahasa Inggris, dia pun memainkan Tum Hi Ho dan Kal Ho Na Ho yang segera dibahas para vlogger cantik di India. Lagu Kiss the Rain karya Yiruma, pianis asal Korea, bisa dimainkannya dengan menyayat hati sehingga mengundang tangis sejumlah gadis di negeri ginseng itu. Sebagai penggemar drakor, Kiss the Rain yang dimainkan Alif adalah favorit saya.
 
Setiap video yang diunggahnya, segera akan muncul banyak video reaksi dari para netizen di seluruh dunia. Di Youtube, kita sering menyaksikan banyak warga dunia membicarakan permainannya. Banyak orang termasuk para gitaris di luar negeri bisa menangguk likers dan untung hanya dengan membicarakan dirinya.
 
Dunia internet memang mengagumkan. Tidak saja membunuh televisi dan berbagai format media mainstream. Internet ibarat cahaya yang menyoroti mereka yang selama ini luput dari pandangan publik. Internet ibarat dewa keadilan yang memberi panggung yang sama bagi orkestra besar ratusan pemusik di gedung opera dengan seorang Alif Ba Ta yang bermain musik di satu rumah kos lusuh, di depan alat peraga abjad dan huruf alif ba ta.
 
Ada banyak perusahaan penyedia konten di kota-kota besar. Banyak selebriti hadir di internet dengan kostum mahal, serta panggung yang megah. Namun tidak semua bisa mendapatkan like dan subscriber apresiasi sebagaimana Alif Ba Ta. Tidak semua punya power sebagaimana Alif.
 
Kontennya memang sederhana. Di semua videonya, dia tidak pernah bicara. Malah dia tidak pernah menatap kamera. Dia hanya bermain gitar di satu kamar kusam. Background-nya hanyalah tembok dan alat peraga abjad serta huruf hijaiyah. Justru konten sederhana itu menjadi kekuatannya.
 
Kekuatannya ada pada konten yang orisinil, keberanian mencoba hal baru dari berbagai genre, serta permainan gitar sekelas dewa yang memukau. Di tangannya, gitar menghasilkan bunyi-bunyi yang bisa mengaduk-aduk emosi mereka yang mendengarnya.
 
Alif orangnya humble. Dia tidak pernah berniat pamer. Jika niat pamer, dia akan mendatangi para siswa sekolah musik yang coba sok-sokan di hadapan orang yang tak bersekolah musik.
 
Andai itu terjadi, saya bayangkan, adegan dalam film Good Will Hunting ketika seorang mahasiswa pascasarjana mempermalukan seorang pembersih lantai di depan seorang gadis melalui kutipan2 buku ekonomi. Tiba2 datang pembersih lantai lain yang ternyata jauh lebih memahami semua buku ekonomi dan membuktikan betapa plagiatnya mahasiswa pasca itu. “You wasted $150,000 on an education you coulda got for $1.50 in late fees at the public library.”
 
Dengan potensi dan talenta seperti itu, saya berharap dia tidak ikut-ikutan demo yang lagi marak. Cukup demo musik, dunia akan mengaguminya. Semoga selalu sehat agar bisa menghibur warga dunia yang ekonominya sedang megap-megap.
 
Selamat pagi Indonesia.
 


0 komentar:

Posting Komentar