Dia tak banyak bicara. Dia hanya senyam-senyum di Tik Tok. Sesekali bibirnya menggumam saat bernyanyi. Tapi, itu sudah cukup membuat banyak gadis cantik histeris dan klepek-klepek. Banyak perempuan mengunggah video duet bersamanya.
Lelaki itu Marlon Abraham. Dia sering disebut sebagai pria paling manis dari Ambon Manise. Ada yang menyebut manisnya bisa bikin diabetes. Kulitnya tidak putih. Dia coklat agak gelap. Kumis tipis berbaris. Rambut keriting. Tapi senyumnya bikin orang jatuh hati.
Penampilan Marlon beda jauh dengan para personel boyband Korea yang punya rahang lembut, rambut lurus, kulit putih bak pualam dan bibir merah bergincu. Wajah personel boyband Korea seperti kanak-kanak. Tampak polos, tak berdosa.
Marlon adalah anti-tesis. Dia menampilkan sosok lelaki timur yang punya rahang kokoh. Nyong Ambon ini tampil apa adanya. Dia seorang laki-laki matang yang dadanya bidang dan sedikit kekar. Dalam beberapa video, dia tampak kelelahan dan berkeringat. Kancing bajunya terbuka. Bulu dadanya tampak. Gadis2 histeris. Please Marlon, marry me!
Daya tariknya ada pada kulit gelap, rambut keriting, serta senyum manis yang sungguh menawan. Lesung pipinya mengingatkan pada Shahrukh Khan. Dia menjadi ikon kegantengan. Para selebriti mengidolakannya. Dia diundang masuk televisi dalam berbagai format siaran, ada talskhow, komedi, dan juga musik.
Tidak mengejutkan jika selebriti Nikita Mirzani membikin acara televisi di mana dirinya bersandar di kasur bersama Marlon. Baru beberapa menit tayang, ada adegan sejumlah gadis menghambur ke ranjang. Semua ingin bersama Marlon, nyong Ambon yang ganteng ini.
Saya tertarik melihat ketampanan, juga kecantikan khas timur. Sayangnya, makna ketampanan itu ditenggelamkan oleh kolonialisme. Puluhan tahun dalam cengkeraman kolonialisme, orang Indonesia melihat cantik dan ganteng seperti melihat penjajahnya. Ganteng dan cantik adalah berkulit putih, bermata biru, berambut pirang.
Konsep-konsep ini yang kemudian dieksploitasi oleh kapitalisme, di mana banyak produk pemutih, pelurus rambut, pemirang rambut, hingga lipstik merah merona. Berbagai produk kecantikan ibarat hamba yang melayani semua titah para pemodal.
Konsep-konsep ini kian menyingkirkan mereka yang tinggal di timur. Kulit gelap terpinggirkan. Padahal sebelum kedatangan orang Eropa sebagai penjajah, kulit gelap pernah menjadi standar kecantikan dan kegantengan, sebagaimana tercatat dalam banyak naskah-naskah kuno.
Di timur, mereka yang berkulit gelap sering kali minder saat datang ke barat. Malah sering dicurigai. Komika Arie Kriting, yang berasal dari Wakatobi, bercerita pengalamannya saat kuliah di Jawa. Semasa kuliah, setiap kali ada penyusunan panitia kegiatan, orang-orang timur selalu jadi seksi keamanan. “Mereka lihat orang timur selalu seram dan mata melotot,” katanya.
Berkat internet, proses pembalikan anggapan itu sedang terjadi. Saya kagum melihat banyaknya orang timur yang tampil di Youtube dan Tik Tok yang segera populer ke mana-mana.
Bukan hanya Marlon yang jadi standar kegantengan, saya tertarik melihat anak muda Papua yang membikin lagu-lagu Papua dalam kemasan rap atau hip hop. Mereka menampilkan sisi timurnya dengan penuh gembira. Bahkan mereka menyampaikan suara-suara perlawanan serta sisi lain Papua melalui musik.
Jangan terkejut, konten anak Papua itu menyebar ke mana-mana, bahkan ada konten yang viral di India, Myanmar, dan Thailand. (Saya akan bahas di tulisan lain).
Berkat internet, publik tanah air lebih mengenal karakter pria timur selalu mempesona. Kulit gelap itu menjadi berkilau. Rambut keriting itu jauh lebih orisinal dari rambut keluaran salon-salon ternama. Jangan lupa, pria timur selalu romantis. Lihat saja lagu Kaka Main Salah yang dinyanyikan Marlon, yang bikin histeris cewek-cewek:
"Kaka su jaga nona
Dari dulu dulu e
Terpaksa kaka mundur
Jauh jauh e"
0 komentar:
Posting Komentar