Seusai Menonton Cobra Kai


Hanya butuh sehari semalam untuk menuntaskan season 1 dan 2 serial Cobra Kai di Netflix. Serial ini adalah kelanjutan dari film Karate Kid yang begitu kondang tahun 1980-an hingga abadi di benak penontonnya. 

Bahkan ketika film itu di-remake dan dibintangi Jackie Chan, hingga laris manis, tetap tidak mengubur kenangan versi aslinya.

Saya menyaksikan Karate Kid di tahun 1990-an di layar TVRI, langsung tergurat di pikiran. Saya masih ingat jurus bangau yang dipakai Daniel LaRusso di partai final untuk mengalahkan Johnny Lawrence, remaja kaya yang suka mem-bully. 

(Jangan2 Daniel LaRusso orang Buton karena namanya pakai La. Just kidding.)

Tentu saja, saya terkenang pada Sensei Miyagi, yang diperankan Pat Moritta. Dulu, Pat Moritta membintangi serial Ohara di TVRI.

Serial Cobra Kai dibintangi para pemeran dalam Karate Kid. Serial ini mengambil setting 30 tahun setelah film legendaris itu. Daniel LaRusso sudah menjadi pengusaha showroom mobil yang kaya. Sedangkan Johnny Lawrence hidup menggelandang, sering mabuk, dan gagal dalam karier.

Di episode awal, saya pikir serial ini masih hitam putih. Ternyata tidak. Penonton diajak untuk melihat sisi lain dari Johnny Lawrence. Dia sering di-bully ayah tirinya yang kaya. Dia menemukan bahagianya saat menjadi karateka di dojo Cobra Kai, namun gurunya mengajarinya untuk menjadi anak yang brutal.

Sementara Daniel LaRusso menjadi sosok kaya yang agak arogan. Dia tidak setenang ajaran gurunya Miyagi yang dulu menganjurkannya untuk meditasi. Daniel LaRusso menjadi sosok pekerja kantoran yang suka mengulang-ulang kemenangannya atas Johnny di kejuaraan karate.

Kisah makin menarik saat Johnny kembali membangkitkan dojo Cobra Kai. Dia merekrut anak-anak yang sering di-bully dan terabaikan di sekolah. Dia memiliki visi dan mimpi yang baru.

Pemain serial ini tidak hanya mereka. Tapi juga anak-anak mereka, serta para remaja kekinian. Mereka akrab dengan gadget, suka pesta, serta sering melanggar aturan. Orang tua jaman now harus lebih ekstra memantau anaknya sebab banyak bully dan hinaan di sekolah itu.

Yang membuat saya menyukai serial ini adalah nostalgia tahun 1980-an. Keren banget saat melihat Johnny ke mana-mana sembari memakai baju Metallica. Bahkan dia menyuruh muridnya untuk mendengarkan lagu Guns N Roses. 

Bagian yang saya tunggu di sini adalah sondtrack film Karate Kid yakni The Glory of Love yang dinyanyikan Peter Cetera. Saya punya banyak kenangan atas lagu yang populer di tahun 1980-an dan 1990-an ini. 

Ternyata, lagu The Glory of Love muncul di Season 2, episode 8. Begitu mendengarnya, saya merinding membayangkan si dia (ah, sudahlah). Sayang Season 3 akan tayang di Netflix tahun 2021. Padahal serial ini lagi seru-serunya. Saya malah berencana untuk nonton dua kali. 

Buat Anda yang sedang jatuh cinta dan kangen dengan suasana tahun 1980-an, saya kutipkan sebait lagu The Glory of Love dari Peter Cetera:


I am a man who will fight for your honor

I'll be the hero you're dreaming of

We'll live forever

Knowing together

That we did it all for 

the glory of love


0 komentar:

Posting Komentar