Tak usahlah banyak berharap pada si Nazaruddin itu. Tak usahlah melambungkan harapan yang begitu tinggi tentang pemberantasan korupsi yang menyeret tokoh-tokoh terkenal itu. Kita sama paham bahwa Nazaruddin tidaklah besar dari komunitas yang berpanas-panas di siang hari demi sebuah tuntutan. Kita tahu bahwa Nazaruddin tak pernah digarami samudera pergerakan yang menjebol bendungan angkara murka. Nazaruddin tidak pernah keluar dalam keadaan menyala-nyala setelah dipanggang dalam kawah candradimuka penderitaan rakyat.
Nazaruddin hanyalah seorang pemburu rente. Ia mengejar dan menimbun kekayaan dalam sebuah gunung kemewahan. Ia hanyalah sosok muda yang pragmatis. Hidungnya telah lama diasah untuk mengendus di mana uang bertebaran. Dan ke sanalah ia beserta komplotannya. Tak masalah jika saling sikut antar sesama teman. Yang penting keuntungan bisa direguk sama-sama, meskipun kelak sang kawan itu membiarkannya menjadi martir di medan pemberantasan korupsi. Nazaruddin hanyalah pengusaha karbitan yang mengandalkan proyek-proyek kerjasama dengan rezim berkuasa. Demi rezim yang dibelanya itu, ia adalah hamba yang setiap saat patuh mengabdi.
Kawan yang baik..
Tak usahlah melambungkan asa pada pria yang hobinya adalah berpindah-pindah negeri dengan pesawat carteran itu. Di zaman seperti ini, sosok seperti Nazaruddin bertebaran di lembaga politik dan pemerintahan. Nazaruddin tidaklah sendirian. Ia bersama banyak orang yang membentuk jejaring, menjadi kerikil yang menghambat gerak perubahan sosial, bersama menjadi pemburu keuntungan yang selalu mengatasnamakan masyarakat banyak. Mereka telah mencatut nama kita. Mereka menyebar uang di ajang pemilu demi legitimasi nama kita semua. Setelah itu mereka mulai melupakan kita semua. Nama kita hanya disebut sebagai pemanis di balik setiap mega proyek raksasa. Mereka hidup berlimpah, dan di sini, kita dalam keadaan miskin kere. Mengapa pula drimu harus melambungkan harapan pada pria itu?
Jika hari ini si Nazar itu bagai kucing kepanasan, itu disebabkan dirinya sedang menghadapi persekongkolan tingkat tinggi sebagaimana yang pernah dilakoninya. Ini dunia mafia. Ketika anda di dalamnya, anda akan dilindungi oleh seluruh mafia lain dengan senjata terkokang. Ketika anda coba membongkar rahasia di dunia itu, maka semua senjata akan mengarah ke dirimu. Si Nazar itu manusia tak beretika yang hendak melempar bom bunuh diri buat meledakkan semuanya. Ia tak seperti mafia-mafia Sisilia yang rela ditembak mati demi menjaga sumpah persaudaraan Omerta. Nazaruddin hanyalah seorang pengincar peluang yang kemudian terjerat oleh satu konsporasi tingkat tinggi. Jika hari ini ia meradang, itu adalah pertanda kesendiriannya. Ia bermain dnegan api yang kemudian membakar dirinya.
Kawan yang baik..
Marilah kita melupakan pria koruptor itu. Kita hanya bisa mencatat isyarat alam bahwa di negeri ini kejahatan korupsi berlangsung secara struktural, dikelola dalam satu jejaring dalam kekuasaan, dikerjakan dengan amat canggih dan senantiasa menyebut-nyebut nama kita sebagai rakyat. Si Nazar itu telah membuka topeng yang selama ini dikenakan anak-anak muda yang selalu menyebut dirinya sebagai tonggak perubahan. Si Nazar itu telah membantu kita untuk memahami bahwa seorang politisi yang nampak santun dan sederhana, ternyata hanya sosok yang tergiur kuasa, memperkaya diri dengan barang-barang mewah, hingga menaiki tangga kuasa dengan cara menyuap. Si Nazar itu telah membuka sedikit demi sedikit permainan yang pernah dilakoninya hingga membakar dirinya perlahan-lahan.
Maka biarkanlah dia seperti kucung kepanasan. Biarkanlah dia panik dan berkirim surat kepada presiden. Biarkanlah ketakutannya perlahan membuka tabir kesalahannya. Biarkanlah ia bersimpuh di hadapan penguasa agar diri dan keluarganya selamat. Biarkanlah ia memainkan sandiwara demi sandiwara demi menyelamatkan dirinya.
Dan biarlah kita di sini memandangnya dari kejauhan. Biarlah kita di sini duduk diam, tanpa melambungkan harapan kepadanya. Biarlah kita menyaksikan aksara demi aksara politik yang kelak menguatkan satu proyek sandiwara kuasa yang menjemukan sebagaimana opera sabun. Biarlah kita duduk tenang di sini, di posisi pijak kita sebagai rakyat kecil di luar kelambu kuasa. Kita diam, tapi tidak benar-benar diam. Kita terus mencatat dan menyaksikan episode penghancuran cita-cita para pendiri negeri ini. kelak catatan itu akan menggugah, mengiris nurani masyarakat hingga bergerak bersama demi menumbangkan rezim keangkuhan itu.
Masihkah dirimu percaya pada si Nazar itu?
2 komentar:
terlalu panjang,. mungkin orang lain akan suka membacanya jika singkat padat dan jelas
bukan mau paranoid bang, tetapi si nazar merupakan 'barang' yang cukup membahayakan seperti bom. Artinya dia memang sengaja dijadikan alat dan 'digerakkan' seperti robot oleh aktor dibalik layar. Dari alur penangkapannya, sudah ada yang tidak beres, diduga intervensi pengaruh asing (seperi CIA amerika) sangat kuat. dan yang semakin membuat aneh adalah bahwa rakya dan elit pemerintahan 'diajak berantam' atau diadu domba dengan testimoni dia yang mulai menciut tentang keterlibatan tokoh elit dalam sejumlah kasus korupsi...
sudahlah nazar dihukum mati saja, demokrat diperiksa dan dibekukan, serta negara harus bebas dari amerika dan CIA.
selesai,..
titik..
solve problem yang relevan menurut saya
tx
www.abadiorkes.blogspot.com
Posting Komentar