DUA minggu yang lalu, saya agak kesal saat mengurus visa di Kedutaan Amerika Serikat (AS). Saat itu, saya mendapatkan lembar kuning (yellow notice) sehingga batal berangkat pada tanggal 21 Agustus. Saat itu saya gelisah dan dipenuhi rasa jengkel karena telah mengalami diskriminasi. Mestinya saya sudah ikut orientasi perkuliahan di Ohio pada 25 Agustus lalu. Mestinya saya sudah mulai bejalar dalam iklim yang multikultur. Mestinya saya sudah mulai menjalani hari-hari sebagai mahasiswa internasional. Hari-hari saya adalah kekesalan.
Tapi kini, saya justru mensyukuri kegagalan itu. Kegagalan itu justru mendatangkan bahagia. Ternyata ada hikmah besar di balik kegagalan itu yakni saya bisa merayakan momen indah Lebaran itu bersama anak istri di kampung halaman. Meski hanya beberapa hari, saya masih bisa menyanyikan lagu pengantar tidur buat bayi yang baru berusia sebulan. Saya masih bisa bersama mantan kekasih, seorang istri yang ikhlas menambatkan nasibnya pada setiap langkah kaki ini.
Apa sih makna berkumpul bersama keluarga? Bagi saya, keluarga adalah tempat diri kembali dari kepenatan perjalanan menyusuri lorong kehidupan. Sebuah keluarga adalah oase yang memadamkan rasa haus akan kasih sayang pada satu perjalanan kehidupan. Saat bersama keluarga, saya diingatkan terus akan tanggungjawab serta peran sebagai seorang suami dan ayah. Sekaligus menjadi momen penemuan diri saya kembali.
Putri saya, Ara, kini berusia sebulan. Setiap melihat sosoknya, saya sedang melihat diri saya kembali di masa silam. Inilah diri saya sekitar tiga dekade silam, dan betapa hebatnya kerja-kerja orangtua yang telah melahirkan, merawat, dan membesarkan diri saya hingga mencapai titik ini. Kini, saya seolah memulai kembali siklus penciptaan manusia hingga membesarkannya dalam balutan cinta dan kasih sayang. Kesadaran saya diketuk bahwa hidup ini butuh oase demi membasuh sejenak hati yang penuh debu-debu perjalanan kehidupan. Saya mendapat kesadaran itu berkat hasil kurang bahagia saat mengurus visa.
Kini, saya sedang bersiap-siap untuk perjalanan yang baru. Visa studi ke Amerika Serikat sudah keluar. Saya mesti bersiap melakukan perjalanan internasional yang pertama ke negeri yang saat ini disebut-sebut sebagai negeri terkuat. Saya akan menempuh perjalanan sehari semalam setelah sebelumnya transit di Singapura dan Jepang.
Ada rasa deg-degan mengingat situasi serba baru yang bakal dihadapi. Tapi ada rasa penasaran serta hasrat kuat untuk memenangkan tantangan baru yang akan dihadapi. Ada rasa gembira yang menyesak di dada kala membayangkan betapa lamanya saya memimpikan ini. Ada juga rasa haru saat menyadari inilah jawaban dari mimpi dan doa yang pernah saya dengungkan di malam hari, beberapa tahun silam. Untuk menjemput mimpi itu, dan demi keluarga tercinta, saya siap untuk menghadapi semua tantangan di depan mata. Semangat!
1 komentar:
slamat idul fitri kanda yus, maaf lahir bathin, smga keberkahan selalu tercurah...patta sekluarga
salam hangat
Posting Komentar