TIDAK semua orang memahami logika ilmu sosial. Banyak orang yang menganggap ilmu sosial serupa ilmu alam yang punya kebenaran mutlak. Padahal dalam ilmu sosial, setiap kebenaran adalah sebuah penghampiran, bukan kemutlakan. Setiap peminat ilmu sosial mesti memahami kaidah-kaidah berpikir konstruktivisme dalam menelaah setuiap gejala sosial. Dalam konstruktivisme, setiap kebenaran selalu bergantung pada perspektif seorang individu dalam menginterpretasi, memahami, dan menjelaskan sebuah realitas. Setiap individu memiliki alam pikirannya sendiri, sehingga melihat kebenaran dnegan cara terpisah-pisah.
Olehnya itu, kebenaran selalu bersifat sementara, sebab apa yang kita sebut kebenaran mutlak tak akan pernah ditemukan. Upaya mendekatinya adalah dengan cara memahami setiap kepingan kenyataan, kemudian menggabungkannya dengan kenyataan lain.
Salah satu kisah yang bisa menjadi perumpaan tepat adalah kisah 11 orang buta yang hendak menjelaskan gajah. Mereka lalu dipersilahkan menyentuh gajah, kemudian menjelaskan seperti apa bentuk gajah. Bagi yang menyentuh belalai, akan menganggap gajah serupa ular. Sementara mereka yang menyntuh telinga akan mengaggap gajah seperti daun lebar, pemegang kaki gajah akan menganggap gajah serupa pohon. Semua orang buta memiliki asosiasi sendiri tentang apa yang disebut gajah.
Olehnya itu, kebenaran selalu bersifat sementara, sebab apa yang kita sebut kebenaran mutlak tak akan pernah ditemukan. Upaya mendekatinya adalah dengan cara memahami setiap kepingan kenyataan, kemudian menggabungkannya dengan kenyataan lain.
Salah satu kisah yang bisa menjadi perumpaan tepat adalah kisah 11 orang buta yang hendak menjelaskan gajah. Mereka lalu dipersilahkan menyentuh gajah, kemudian menjelaskan seperti apa bentuk gajah. Bagi yang menyentuh belalai, akan menganggap gajah serupa ular. Sementara mereka yang menyntuh telinga akan mengaggap gajah seperti daun lebar, pemegang kaki gajah akan menganggap gajah serupa pohon. Semua orang buta memiliki asosiasi sendiri tentang apa yang disebut gajah.
Apakah mereka salah? Tidak. Mereka punya kebenaran masing-masing. Mereka tetap benar sepanjang apa yang disentuhnya merupakan pengalaman sendiri yang kemudian diceritakan kepada orang lain. Mereka belajar mengenali kenyataan, kemudian menjlaskan dengan perspektifnya. Tentu saja, yang mendekati kebenaran adalah sosok yang bisa menggabungkan berbagai kenyataan tentang apa yang disentuhnya, dengan apa yang disentuh temannya sendiri. Dengan cara menggabungkan banyak data, maka kebenaran akan lebih terkuak.
Inilah yang disebut logika dalam ilmu sosial.(*)
Inilah yang disebut logika dalam ilmu sosial.(*)
0 komentar:
Posting Komentar