Hellbound

 


Sejak serial Winter Sonata, drama Korea perlahan menyebar ke seluruh dunia. Dulu, temanya identik dengan cinta-cintaan, dua hati yang terpisah, hingga cinta bersemi saat kanker darah menyerang.

Kini kisahnya lebih kompleks. Lihat saja Squid Games yang kisahnya bermuara pada konflik kelas antara kaum kaya dan kaum miskin, dalam satu skema permainan mematikan.

Terbaru, lihatlah Hellbound. Serial ini tayang di Netflix sejak Jumat kemarin. Kisahnya coba bermain di wilayah antara nalar dan supranatural, antara surga dan neraka, batas antara iman dan rasio, hingga bagaimana konsepsi dosa dan pendosa.

Ceritanya, ada orang yang dihampiri satu sosok serupa bayangan. Sosok ini dianggap malaikat. Sosok itu memberitahukan kapan orang itu akan meninggal, serta akan masuk ke neraka.

Pada hari H, datang tiga sosok monster berwarna hitam, serupa Hulk berwarna hitam, yang lalu menyerang, membanting-banting, hingga membakar manusia itu. Setelah itu, tiga monster akan menghilang.

Semua aksi monster itu bisa dilihat semua orang. Aksi itu direkam dengan kamera ponsel sehiingga videonya menyebar di media sosial. Publik resah menyaksikan hukuman dari Neraka yang hadir di bumi.

Dalam situasi di mana semua orang tidak punya jawaban megenai apa yang terjadi, muncul sosok yang mengaku telah memperingatkan semua orang sejak lama. Dia mengklaim tahu persis suara Tuhan dan mengapa hukuman itu dijatuhkan ke manusia.

Dia punya konsep tentang dosa, serta konsekuensinya, yakni neraka. Dia membuat daftar siapa saja yang dihakimi monster itu, lalu apa saja dosa yang telah dilakukannya.

Mereka yang pernah membaca uraian sosiolog Emile Durkheim, pasti tidak akan terkejut menyaksikan serial ini. Kata Durkheim, agama tumbuh dari tengah-tengah masyarakat. Sebab fakta sosial selalu lebih kuat dari fakta individu.

Dalam kisah Hellbound, sejumlah orang membentuk keyakinan baru yang disebut The New Truth. Mereka membentuk satu institusi keagamaan, yang mengelola semua ketakutan manusia menjadi iman dan keyakinan. Mereka membuat ritus dan pemujaan. Bahkan mereka membentuk jamaah.

Seiring waktu, muncul kelompok garis keras yang hendak mengambil alih peran monster dari neraka. Kelompok yang menamakan dirinya Arrowhead ini ingin menegakkan sesuatu yang diklaim sebagai perintah Tuhan. Saat ada orang yang dianggapnya menyimpang, mereka akan menghakimi.

Namun, apa yang dianggap sebagai perintah Tuhan itu selalu merupakan interpretasi dan penafsiran. Bagian akhir dari Hellbound menampilkan kejutan. Perintah langit itu bisa berbeda. Manusia hanya berusaha memahami perintah langit, dan belum tentu pemahaman itu benar. Manusia hanya bisa mengira-ngira, hanya bisa menghampiri. Pemahaman bisa sangat terbatas.

Saya melihat Hellbound berusaha memotret, lalu mengolok-olok perilaku kita sebagai umat beragama. Drama ini sukses menampilkan fenomena masyarakat modern yang mengalami krisis nilai sehingga mencari jawaban atas berbagai hal, yang tidak selalu bisa ketemu.

Saya pikir, drama ini hendak mengkritik histeria orang beragama yang selalu merasa tahu persis apa pesan langit. Iman yang sejatinya merupakan pengalaman individual berubah menjadi pengalaman kolektif.

Di era informasi, masyarakat terjebak dalam bias konfirmasi dan mengira realitas hanya seperti apa yang dibayangkan. Padahal realitas itu justru sangat kompleks. Daripada  berusaha memastikan orang lain masuk neraka, lebih baik menyiapkan diri kita untuk terhindar dari neraka.

Sutradara Yeon Sang-ho, yang pernah membuat Train to Busan, berharap serial ini tidak hanya dikonsumsi, tapi bisa memberi makanan bagi pikiran. Dia ingin serial tidak sekadar ditonton, tapi bisa didiskusikan lebih jauh. Sebab fenomena itu ada di sekitar kita.

Yang saya lihat, serial Korea semakin cerdas. Menonton Squid Games serasa membaca buku mengenai ironi kapitalisme. Sedangkan Hellbound, kita seakan menyaksikan genesis munculnya agama, dan perilaku umat beragama yang merasa telah menemukan kebenaran.

Untunglah pembuat Hellbound ada di Korea. Serial ini pun tak spesifik membahas agama tertentu. Jika saja di Indonesia, barangkali pembuatnya tak bisa tidur nyenyak. Banyak hal bisa terjadi.


0 komentar:

Posting Komentar