Pernahkah kamu mengajak
ibumu ke kampus?
AKHIR pekan lalu, kampus dipenuhi dengan
para ibu. Di sepanjang tempat, saya menyaksikan demikian banyak mahasiswa
ataupun mahasiswi yang berjalan-jalan bersama ibunya. Para ibu tersebut sengaja
diundang oleh pihak kampus untuk meramaikan Mom’s Weekend yang diadakan setiap
tahunnya. Kota kecil Athens penuh dengan kegiatan demi menyambut para ibu.
Ketika saya singgah ke satu restoran, saya
menyaksikan semua meja penuh dengan para ibu dan anak-anaknya. Mereka saling
tertawa bersama, bercerita, dan sama-sama berbahagia. Setahun silam, roommate
saya yang warga Amerika juga mendatangkan ibunya saat Mom’s Weekend. Anda bisa
bayangkan, roommate saya itu adaah pria tinggi besar dengan janggut dan
cambang. Tiba-tiba saja, ibunya datang ke apartemen kami. Dan keesokan harinya,
mereka berjalan keliling kampus. So sweet!
spanduk "welcome Moms!" |
Di saat melihat para ibu itu, saya
tiba-tiba saja membayangkan tentang ibu saya. Selama saya belajar di
Universitas Hasanuddin dan Universitas Indonesia, kedua orangtua saya tak
pernah menerima undangan untuk datang ke kampus demi menyaksikan aktivitas
anaknya, tempat tinggal, serta kebiasaan selama di kampus. Hanya sekali
orangtua saya menerima undangan, yakni saat hendak wisuda. Selain itu, tak
pernah ada undangan dari kampus kepada mereka.
Di tanah air kita, kampus menjadi
institusi yang sangat berjarak dengan keluarga. Kampus tak pernah peduli bahwa
mahasiswa berasal dari latar sosial tertentu, bahwa para orangtua menitipkan
anaknya kepada pihak kampus untuk kelak dimanusiakan, bahwa para orangtua
menanam harapan agar kelak sang anak bisa menjadi anak yang bermakna bagi
masyarakat dan bangsa.
Nah, seberapa pedulikah kampus dengan
orangtua kita? Nampaknya tidak. Boleh jadi, kampus hanya berpikir bagaimana memaksimalkan
sumbangan pendidikan, atau barangkali duit dari orangtua kita. Kampus tak ingin
tahu siapa keluarga serta orangtua kita sebab keberadaan mereka tidak penting.
Mereka hanya diundang saat wisuda. Itupun ritualnya adalah pidato para pejabat
kampus yang seragam dan seakan-akan menjelaskan keberhasilan mereka dalam
mendidik sang anak. Apakah benar mereka sedang mendidik?
Makaya, ketika melihat mahasiswa dan ibunya,
saya tak hentinya mengagumi. Bagi saya, tradisi ini sangat humanis sebab para
ibu sengaja datang demi mengetahui aktivitas anaknya. Kampus lalu menyambut
mereka dengan seabrek kegiatan, yang intinya adalah mendekatkan jarak dengan
orangtua, sekaligus memberikan pernyataan bahwa para orangtua itu menitip
anaknya di tempat yang tepat.
menyambut para ibu |
Saya kembali belajar tentang peran
keluarga yang mendorong kesuksesan seorang anak. Mustahil kesuksesan jatuh dari
langit begitu saja. Kesuksesan selalu dimulai dari motivasi serta pengharapan
dari titik terdekat yakni keluarga. Dan kampus-kampus di Amerika tahu betul
bagaimana memaksimalkan dukungan keluarga demi melejitkan prestasi dan potensi
anaknya. Untuk itu, mereka mengundang para keluarga untuk ke kampus.
Nah, saya tiba-tiba dihujam pertanyaan.
Mengapa kampus-kampus di tanah air hanya mengundang para ibu saat wisuda? Apakah
kampus-kampus kita peduli dengan orangtua kita?
Athens, 9 April 2013
0 komentar:
Posting Komentar