Hati, Logika, dan Mimpi......


Seorang kawan mengatakan,“ “Live with your heart. Let your heart leads your logic.” Pernyataan ini menarik untuk didiskusikan. Aku setuju dengan pertanyaan kalau hati akan memandu logika kita. Bagiku, hati laksana samudera bening yang di dalamnya terdapat nurani. Nurani selalu memberikan informasi pada manusia tentang dimensi etika yaitu perkara baik dan buruk.

Nurani selalu menyediakan jawaban nilai terhadap apapun yang dihadapi manusia. Sayangnya, kita sering mengabaikan dimensi hati atau nurani ini, dan sibuk menuruti apa kata hawa nafsu kita yang bersumber di perut. Kata Anand Khrisna, kita terlalu patuh pada keinginan perut dan tidak mau menuruti apa kata hati kita. Akibatnya, fisik kita hanya memanjang ke samping dan bukan ke atas. Maksudnya, tubuh yang memanjang ke samping hanya bertambah lemak, laksana hewan pengerat yang kian gemuk. Hewan itu bisa mengikuti hasratnya untuk pindah-pindah, namun tubuhnya begitu tambun dan gampang jatuh terseruduk. Bandingkan dengan sebatang pohon, yang statis di satu tempat, namun tumbuh ke atas dan akarnya menghujam ke bumi. Mungkin, analogi pohon inilah, prototipe dari manusia yang punya karakter

Selanjutnya, kawan itu mengatakan “Mimpi yang susah diwujudkan, kecuali dengan greater effort.“ Nah, inilah letak masalahnya. Impian yang begitu tinggi, bisa menjadi motivasi besar sekaligus penjara bagi manusia. Seakan-akan ada rasa tidak puas bagi diri kita sehingga memancangkan mimpi yang begitu tinggi. Sehingga, kita kehilangan momen-momen penting di mana kita bisa mengecap kebahagiaan. Mereka yang mengejar mimpi dan bahagia, ibarat ikan yang selalu mencari air, padahal air itu selalu melingkupinya. Mungkin benar juga kata Gandhi, mimpi itu bisa menjadi sumber petaka ketika kita tak mampu untuk menggapainya.

Namun, dia bisa bermakna positif jika itu dilihat sebagai cita-cita yang ingin digapai bersama. Tak perlu greater effort. Namun, kita cukup membuat perencanaan yang matang. Kita harus membuat rencana dan upaya yang realistis sesuai kemmapuan kita. Nggak usah terlalu dipaksain. Namun, yakinlah kalau realitas (kenyataan) bisa kita prediksi tahapan-tahapannya. Dan yang paling penting adalah kita tidak tetap bahagia dan tidak boleh kehilangan momen-momen indah dari kerja keras kita.

So, tetep ada hubungan antara mimpi, logika dan hati. Logika akan menuntun kita untuk menerawang menuju impian. Selanjutnya, impian akan memotivasi kita untuk berupaya menggapai mimpi. Dan hati, akan selalu mengingatkan kita kalau-kalau kita melakukan sesuatu yang salah. Hati akan selalu menjaga kita untuk tetap berada di right way demi menggapai impian.


0 komentar:

Posting Komentar