Gadis Imut dalam Tubuh Robot Petarung




Tadinya, saya berpikir bahwa film Artificial Intelligence yang dibuat Steven Spielberg adalah film science fiction terakhir yang mempesona. Setelah nonton film Alita: Battle Angel yang diproduseri James Cameron, saya merevisi pandangan itu.

Alita menyajikan efek visual yang begitu megah dan adegan laga yang ditata seperti tari balet. Sepintas ini bukan film animasi sebab semua tampilan visual tampak sangat realistik. Padahal, yang tampil di layar adalah para cyborg dan robot, yang saling bertarung.

Film ini adalah proyek ambisius James Cameron yang pernah membuat film terlaris di dunia yakni Titanic dan Avatar. Di satu media, James Cameron bercerita kalau rencana film ini sudah ada di kepalanya sejak tahun 2000, namun ditundanya karena harus menyutradarai film Avatar.

Selain itu, Cameron menganggap teknologi film saat itu belum mumpuni untuk membuat film Alita. Dia harus menunda proyek itu lebih 10 tahun hingga dianggapnya teknologi sudah memungkinkan untuk mewujudkan mimpinya untuk membuat film animasi yang seakan menyatu dengan dengan realitas. Dia lalu berkolaborasi dengan sutradara Robert Rodriguez.

Sosok Alita seperti gadis remaja imut, namun tubuhnya adalah robot. Jika saja tak melihat matanya yang berukuran besar, sebagaimana karakter dalam komik Jepang, barangkali saya tidak akan berpikir bahwa ini animasi. Ketika melihat adegan pertarungan robot yang begitu realistis, saya mengira ini beneran.

Film ini memang berawal dari komik Jepang (manga) berjudul Gunnm yang dibuat Yukito Kishiro. Setting kisah adalah tahun 2563, ketika banyak manusia berinteraksi dengan robot. Malah banyak manusia yang menjadi cyborg, separuh tubuhnya adalah robot. Lanskap cerita mengingatkan saya pada film Elysium.

Bumi masih dihuni manusia, meskipun dipenuhi sampah. Sebagian manusia, khususnya kelompok kaya dan berkuasa, membangun satu kota di langit. Di sana, manusia terpilih mengontrol kehidupan di bumi yang dipenuhi rongsokan dan sampah.

Kisah Alita bermula ketika Dr Dryson Ido menemukan serpihan kepala robot di satu rongsokan. Dia lalu menghidupkan robot itu dan memberinya tubuh. Robot perempuan remaja itu terbangun dalam kondisi tak mengenal siapa dirinya. Ido memberinya nama Alita demi mengingatkan pada anak perempuannya yang telah tewas.

Sampai di sini, saya teringat komik Astro Boy yang digambar Osamu Tezuka. Robot kecil itu diperlakukan seperti anak oleh ilmuwan yang menemukannya. Bedanya, ingatan Alita pelan-pelan terkuak saat dalam situasi kritis dirinya harus berkelahi dan menghadapi lawan-lawan yang sangar.

Alita adalah tipe perempuan muda yang culun, namun begitu gesit dan lihai ketika bertarung. Terlihat ringkih dan rapuh, namun dia melayani semua adehan pertarungan tanpa sedikit pun mundur. Dalam banyak pertempuran, dia pelan-pelan mengingat masa lalunya sebagai seorang prajurit pasukan khusus yang dahulu berperang di bumi.

Saya sangat menikmati banyak adegan pertempuran yang dibuat sangat realistis. Pembuat komik dan film ini menghadirkan satu dunia baru di era masa depan. Di sini, ada adegan motorball ala balapan liar yang diikuti Anakin Skywalker dalam film Star Wars, di mana pesertanya bisa saling membunuh. Ada pula mastermind yang bisa mengendalikan para robot demi membunuh Alita.

Para robot musuh Alita digambarkan bengis dan berkelahi dengan sadis. Di tengah banyak laga yang dihadapi Alita, terselip kisah cinta antara Alita dengan seorang pemuda. Kesemua kepingan kisah itu kian melengkapi pertarungan Alita yang keras dan bisa membuat dirinya setiap saat tewas.

Hingga akhirnya, terkuak satu kepingan fakta kalau Alita menguasai satu teknik beladiri yang sudah punah selama 300 tahun. Dia adalah bagian dari laskar yang dahulu hendak menyerbu kota di atas bumi, yang menindas semua warganya.

Saya melihat film ini adalah gabungan dari kisah Astro Boy, Star Wars, Elysium, Artificial Intelligent, Avatar, dan juga perjuangan ala Braveheart.

Di beberapa media online, banyak yang mengkritik kisahnya yang kurang mengeskplor karakternya. Wajar saja sebab film ini kan tidak melulu drama, selain itu masih akan ada sekuel atau kelanjutannya.

Saya justru sangat menikmatinya. Saya memberi jempol untuk semua adegan laga dan pertarungan di sini. Hanya saja, perlu disampaikan kalau film ini memang bukan untuk anak-anak sebab banyak adegan kekerasan. Bagi yang menggemari adegan laga dan tempur antar robot, film ini adalah juara.

Tak percaya? Nontonlah.



0 komentar:

Posting Komentar