Di satu siang yang cerah, beberapa kawan mengajak saya untuk reunian sesama alumni SMP 3 Baubau di Pulau Buton. Datanglah saya dengan ruang gembira di resto de leuit, Bogor.
Dahulu, kami sekolah di pulau kecil, jauh dari pusat peradaban kota-kota besar. Di masa itu, kami jalan kaki ke sekolah, menempuh jarak yang tidak singkat. Kami pun tak mengenal berbagai jenis les dan bimbingan, sebagaimana anak jaman now.
Tapi saya perhatikan, semua kawan2 saya malah sukses di bidang masing-masing. Semua menemukan arena untuk berkiprah.
Sebagai orang kampung yang tinggal di kota, saya mulai memikirkan banyak hal. Di kota, banyak yang mengira bahwa bisa menyekolahkan anak di tempat mahal dan mewah adalah cara terbaik untuk menyiapkan masa depan yang cerah.
Banyak orang yang terlalu protektif dan melimpahkan anaknya dengan fasilitas. Padahal esensi pendidikan bukan itu. Tempat sekolah dan fasilitas bukan tolok ukur dari kualitas dan masa depan seorang anak. Malah anak bisa jadi generasi strawberry yang mudah rapuh ketika menghadapi tantangan
Yang terpenting dari sekolah adalah anak menemukan motivasi dan daya juang. Ketika dia punya itu, maka tidak penting bersekolah di mana. Dia akan menemukan jalannya untuk menggapai apa yang jadi mimpi dan passion-nya.
Justru ketidaknyamanan dan keterbatasan adalah bagian dari latihan untuk menjadikan seorang anak sebagai petarung yang berjiwa Spartan.
Tentu saja, ada juga faktor lain. Di antaranya adalah dukungan orang tua yang serupa sungai mengalir, juga harapan-harapan baik dari lingkungan. Dukungan itu juga berupa menyediakan waktu untuk menemani anak dalam berbagai aktivitas.
Bagi orang kota, waktu bersama anak adalah hal paling mewah sekaligus paling mahal sebab semua orang terjebak dalam berbagai kesibukan. Padahal, itu jauh lebih penting daripada memberinya berbagai fasilitas mewah dan sekolah mahal.
Di acara reuni sekolah kampung di kota besar ini, saya tersenyum melihat teman2 yang sudah sukses. Ada yang sudah jadi kepala cabang dari bank swasta. Ada yang jadi pelaut dan sudah keliling tujuh samudera. Ada juga yang menekuni karier sebagai petinggi di badan SAR Nasional.
"Kamu sendiri sudah jadi apa Yos" tanya seorang kawan.
"Saya sudah menemukan dunia saya. Yakni menjadi pelatih kucing. Sesekali saya jadi penjual obat di berbagai lokasi" kataku dengan gembira.
Semua orang melongo. Namun sejurus kemudian, semua tertawa terbahak-bahak.
0 komentar:
Posting Komentar