Saya menghabiskan malam bersama dua pemuda timur Indonesia. Tapi saya ingin cerita tentang lelaki berbaju merah dan berkalung salib.
Namanya Ricardus Keiya. Di medsos, namanya adalah Rigo Detto. Dia berasal dari Paniai, Papua. Datang ke Bogor untuk kuliah di kampus IPB bersama 40 rekannya sesama Papua. Mereka sesama penerima beasiswa dari pemerintah Papua.
Riki, demikian ia disapa, tadinya ingin gabung di Persipura. Dia pesepakbola handal yang sudah lulus seleksi. Sayang, orangtuanya ingin dia lanjut kuliah. Datanglah dia ke Bogor. Tapi, kenyataan tidak seindah yang dibayangkannya.
Dia mesti betadaptasi dengan materi kuliah yang belum pernah didapatnya di Papua. "Taputar saya dikasi soal kalkulus."
Dia tak mau patah arang. Dia pun beradaptasi dengan perkuliahan yang tidak mudah. Dia mencari aktivitas lain. Dia bergabung dengan tim sepakbola IPB. Dia menjadi bintang yang dielu-elukan dalam banyak turnamen.
Alam memang melakukan seleksi. Demikian pula 40 orang dari Papua itu. Dia akhir perkuliahan, hanya 2 orang yang berhasil meraih gelar sarjana. Riki adalah salah satunya.
Sisanya rata2 putus di tengah jalan, dengan berbagai alasan. Kebanyakan tidak bisa beradaptasi dengan materi2 yang belum pernah dipelajari semasa SMA di Papua. Apa boleh buat, pendidikan di barat dan timur memang sangat timpang.
Riki memang mengejutkan. Tak hanya lulus S1, dia pun lanjut program magister bidang Sosiologi Pedesaan. Dia pun sering ikut kegiatan riset di satu lembaga.Bahkan dia pernah jadi pemateri pada diskusi tentang Papua di satu universitas di Jakarta.
Kini dia tak lama lagi akan lulus magister. Dia menulis tesis tentang landgrabbing atau perampasan lahan di Merauke, Papua.
Saat saya tanya pendapatnya tentang lahan luas hingga ratusan ribu hektar yang dimiliki seorang capres, Riki langsung bersemangat. Dia menjelaskan banyak sisi tentang lahan itu, serta beberapa analisis.
Sayang, dia tidak ingin pernyataannya dipublish di sini. Mengapa? "Biar banyak orang yang cari saya untuk diskusi mengenai landgrabbing. Biar saya ikut terkenal seperti kaka," katanya sembari terkekeh.
Iya deh. Ntar bocorin yaa
0 komentar:
Posting Komentar