Vivian saat hendak memasuki Bumblebee |
FILM Transformers:
The Last Knight adalah jenis film yang mewah, penuh adegan ledakan serta
pertarungan antar robot, tetapi miskin kisah. Nyaris tak ada yang baru dalam
film ini. Plot kisahnya mengingatkan saya pada film Independence Day. Ada cerita tentang invasi robot yang hendak
menghancurkan bumi, lalu muncul para ksatria yang bertarung hingga akhir.
Kisahnya agak garing sebab kita sudah
pernah menyaksikannya di film sebelumnya. Di bagian awal film, saya sempat
tertidur di bioskop. Tapi menjelang pertengahan, saya langsung tertarik. Ada
sejumlah hal yang membuat film ini memiliki magnet yang membuat saya penasaran,
dan menyaksikannya hingga tuntas.
***
BAPAK berusia lanjut itu Sir Edmund
Burton. Ia adalah astronom dan sejarawan, sekaligus aristokrat Inggris. Ia juga
seseorang yang superkaya sampai-sampai memiliki kastil sendiri. Pelayannya
adalah robot, sejenis 3PO dalam kisah Star
Wars, yang telah melayani dinastinya selama ratusan tahun.
Sir Edmund Burton memiliki pengetahuan
yang diwariskan dari generasi ke generasi tentang masa kiamat yakni hancurnya
bumi akibat invasi para robot alien. Ia menjaga rahasia kuno tentang legenda
King Arthur dan penyihir Merlin, yang ternyata pernah berinteraksi dengan para
robot. Ia tahu bahwa pihak yang mengalahkan alien adalah ksatria terakhir yang
akan dibantu oleh keturunan Merlin si penyihir.
Dalam film Transformers: The Last Knight, sosok Sir Edmund Burton ini
diperankan oleh aktor legendaris Anthony Hopkins. Ia menjadi sosok kunci dari
film ini, menghubungkan banyak karakter, lalu menunjukkan cara mengatasi
permasalahan. Ia mempertemukan Cade Yeager (diperankan Mark Wahlberg) dengan
perempuan cantik bernama Vivian, yang diperankan aktris Inggris, Laura Haddock.
Saya menyukai chemistry antara Cade dan Vivian. Cade, seorang penemu gagal yang
terlibat dalam pertarungan para robot, sementara Vivian adalah profesor sejarah
dari Oxford University yang berpikir terlampau rasional. Abad pertengahan
dianggapnya penuh mitos yang tak rasional. Sementara Cage masih berpikir penuh
mitos, apalagi ia mendapat warisan jimat ksatria yang melekat di badannya.
Dialog-dialog mereka menjadi bumbu yang membuat film ini makin menarik,
khususnya pada bagian pertengahan hingga akhir.
Jika saja tak ada sosok Vivian dan juga Sir
Edmund Burton, kisah ini akan menjemukan. Bagian awal film ini, megisahkan
kejar-kejaran antara manusia dan para robot. Kisahnya mulai membosankan. Tapi
untunglah, kehadiran Sir Edmund Burton yang membawa teka-teki kehadiran robot
pada abad pertengahan, pada masa King Arthur, menjadikan film semakin membuat
penasaran. Ditambah lagi, sosok Vivian, yang kecantikannya setara Megan Fox ataupun Angelina Jolie bikin penonton film ini menahan napas.
Saya pun penasaran mengikuti kisah ini.
Dikisahkan, King Arthur dan Sir Lancelot hampir saja kalah dalam peperangan
yang tidak seimbang. Merlin mendatangi satu situs pesawat alien yang jatuh. Ia
berdialog dengan robot alien dan meyakinkannya untuk segera membantu pasukan
King Arthur. Merlin dititipi tongkat sihir yang hanya bisa digunakan oleh
dirinya dan semua keturunannya. Ia juga dititipi jimat yang akan dimiliki oleh
ksatria terakhir yang akan mewarisi gen kepemimpinan King Arthur. Kelak, dunia
akan ditimpa kiamat, ksatria terakhir dan keturunan Merlin yang akan
menyelamatkannya.
Beberapa karakter robot muncul dalam film.
Di antaranya adalah robot vespa yang kikuk, mengingatkan saya pada sosok
Wall-E. Juga muncul robot pelayan yang mirip 3PO yang sering bertingkah aneh
dan mengubah suasana jadi lucu. Robot lain yang juga keren adalah robot yang
bisa berubah jadi mobil Lamborghini. Transformasinya keren.
Bumblebee |
Seperti biasa, alur film ini mudah
ditebak. Dalam banyak adegan, saya malah tidak fokus karena sudah bisa menebak
apa ending-nya. Palingan adegan tembak-tembakan, dan ledak-ledakan. Saya
menyukai bagian pertarungan antara Optimus Prime dan Bumblebee. Keduanya selalu
hadir sejak film pertama Transformers. Hubungannya sudah serupa kakak-adik. Sedih
juga melihat Optimus menjadi jahat, yang berhadapan dnegan Bumblebee.
Dalam film ini, peran Bumblebee menjadi
penting. Ia tak lagi sekadar pelengkap, melainkan menentukan bangunan cerita.
Terungkap masa lalu Bee yang pernah ikut perang melawan Nazi. Dalam pertarungan
melawan Optimus, dia tiba-tiba mengeluarkan suara yang efektif meredakan amarah
robot berwarna biru itu. Dugaan saya, akan ada film yang khusus membahas
Bumblebee.
Sebagaimana film-film Transformers
lainnya, idola saya adalah Optimus Prime. Saya menyukai vokalnya yang sangat
berwibawa. Saya suka kalimat-kalimat bijaknya saat memberi pesan kepada manusia
dan robot. Dengan warna vokal dan retorika seperti itu, dia menampilkan dirinya
sebagai pemimpin berwibawa yang suaranya akan didengarkan siapapun. Ditambah
lagi kemampuan berkelahinya yang hebat, Optimus Prime selalu jadi pemimpin
hebat yang suaranya menggetarkan.
Biasanya, sehabis nonton film
Transformers, saya akan menjelajah di kanal Youtube, hanya untuk mendengarkan
suara Optimus Prime yang berwibawa, khususnya saat dia berteriak, “I’m Optimus Prime. Calling the autobots!”
Bogor, 23 Juni 2017
0 komentar:
Posting Komentar