Cerita Agam (1): Kisah Nazaruddin




Dia disapa Pak Wali. Mulanya saya pikir Wali Kota. Ternyata di Agam, panggilan Pak Wali ditujukan untuk Wali Nagari, setara dengan posisi Kepala Desa di daerah lain. Lelaki itu bernama Nazaruddin.

Saya menemuinya di Lubuk Basung, Agam, Sumatera Barat. Dia tampak sangat bersahaja. Seorang kawan memberi tahu kalau dia bukan pria sembarangan. Dia adalah kepala desa yang menerima Kalpataru dan penghargaan Wahana Lestari dari Pemerintah Pusat. Apa yang dia lakukan?

Di tahun 2011 dia dilantik sebagai Wali Nagari. Dia diberi amanah memimpin Nagari Koto Malintang di dekat Danau Maninjau. Nagarinya indah permai, namun letaknya ibarat di cekungan dari bukit-bukit. Ibaratnya di tengah kuali. Setiap saat bencana longsor bisa terjadi.

Baru pertama dilantik, dia bertemu Bupati Agam, Indra Catri, yang memberinya bibit tanaman sebanyak satu truk. Saat itu, Agam sedang giat-giatnya menjalankan Gerakan Agam Menyemai, yang salah satu programnya adalah menyemai bibit sebanyak mungkin demi mengatasi bencana, sekaligus menjaga ketahanan pangan.

Dia lalu menyemai bibit itu bersama warga Nagari. Dia menanam berbagai bibit, mulai dari pala, nangka, cengkeh, hingga berbagai tanaman lain. Hanya dalam tempo dua tahun, tanaman itu tumbuh menjadi pohon yang kokoh. Lembah Koto Malintang jauh lebih hijau.

"Bagi saya, menyemai bibit bukan sekadar arahan bupati. Tapi ini adalah arahan dari nenek moyang kami untuk terus menanam," katanya dalam dialek Minang yang kental.

Dia menjelmakan semua arahan itu ke dalam satu gerakan yang dampaknya menyebar luas. Warga tidak hanya menanam bibit tanaman, tetapi juga menyemai bibit ikan di kolam-kolam, embung, serta selokan. Juga membuat minapadi, kolam ikan di tengah sawah-sawah.

Gerakannya bersinergi dengan Pemkab Agam yang sedang berkampanye Save Maninjau agar kondisi ekologis danau itu tetap lestari. Dia juga berkolaborasi dengan nagari lain untuk sama-sama menyemai. Berkat pasokan bibit yang merata dari Pemkab Agam, gerakan itu terus membesar hingga nagari-nagari lain, menjadi gelombang positif yang terus merambah ke mana-mana.

"Saya tersentuh apa kata Bupati Indra Catri. Bahwa Agam Menyemai itu bukan hanya menebar bibit, tetapi juga menebar kebaikan ke mana-mana. Sebab semua yang disemai, kelak akan tumbuh dan menjadi sesuatu yang mengakar di hati," katanya.

Di Koto Malintang, dia menorehkan jejak keteladanan yang membuahkan penghargaan dan apresiasi dari mana-mana. Tapi dia tetap rendah hati dan menyebut kerja-kerjanya belum selesai.

"Kebaikan bukan sesuatu yang sekali ditebar, kenudian berhenti. Kebaikan harus menjadi gerakan yang tak henti. Terus-menerus. Selagi napas dikandung badan," katanya.

Pada Wali Nagari ini, saya temukan embun keteladanan yang lama hilang di kalangan politisi dan mereka yang sering hadir di layar kaca kita. Anda tak perlu sibuk mengklaim diri sebagai orang baik. Tapi tindakan dan perilaku Andalah yang akan memberitahu sebarapa baik diri Anda.

Pada lelaki ini, saya merasakan sejuknya embun kebaikan


0 komentar:

Posting Komentar