Di Balik Rencana TESLA


Setelah lama menunggu, berita itu akhirnya datang juga. Raksasa mobil Tesla, yang dimiliki pengusaha Elon Musk, akan menanamkan uang senilai 5 miliar dollar atau 74 triliun rupiah di Indonesia. Saya pertama menemukan informasi itu dari postingan Prof Trinh Nguyen di Twitter.

Pengajar makro-ekonomi di John Hopkins University ini menjelaskan tentang dunia bipolar, serta dampak peperangan. Menurutnya, semua negara akan berusaha mengamankan rantai pasok, utamanya logam yang diyakini sebagai kunci masa kini dan masa depan.

Dia menilai Indonesia adalah hotspot penting di Asia yang berada dalam posisi sangat strategis untuk menarik investasi dari Amerika Serikat dan Cina, serta kekuatan-kekuatan lain yang berkonflik.

Lihat saja, Tesla, perusahaan Amerika Serikat yang rencananya akan membeli nikel Indonesia pada dua perusahaan Cina yang sukses membangun smelter di Morowali, Sulawesi Tengah.

Belum lama setelah membaca postingan itu, di layar kaca, Menteri Luhut mengumumkan rencana Tesla yang hendak membeli nikel dari dua perusahaan pemasok baterai asal Cina di Morowali yakni Zhejiang Huayou Cobalt Co dan CNGR Advanced Material Co.

Dari sisi Indonesia, investasi ini jelas menguntungkan. Meskipun perusahaan Cina, keduanya berdiri di Indonesia, memiliki tenaga kerja orang Indonesia, serta membayar pajak ke pemerintah Indonesia.

Kata Menteri Luhut, itu baru tahap pertama. Pihaknya masih bernegosiasi tentang investasi dan pembangunan pabrik di Batang, Jawa Tengah.

Beberapa jam setelah membaca berita itu, saya jumpa dengan beberapa ahli tambang di SCBD, Jakarta. Menurut mereka, berita itu bagus untuk jaman sekarang tapi tidak bagus untuk masa depan.

“Bisnis Tesla di masa depan adalah recycling atau daur ulang. Pihak Tesla punya teknologi untuk mendaur ulang semua baterai lithium hingga bisa terus berfungsi. Nantinya, semua baterai bekas akan dikumpulkan di Nevada, kemudian dijual lagi,” kata salah seorang.

Kawan lain memperkirakan, pada tahun 2045 situasinya akan berubah. Saat semua tambang nikel sudah habis, dunia akan sangat tergantung pada baterai daur ulang dari Tesla. “Kita berjaya di masa kini, sebab hanya andalkan sumber daya alam. Tapi Tesla adalah pemilik masa depan, sebab punya teknologi.”

Kawan lain terkekeh. Menurutnya, kita nikmati saja masa sekarang, sebab kita tengah di puncak ekosistem investasi. Namun di masa depan, bisa jadi kita hanya jadi penonton.

Saya teringat buku biografi pendiri Tesla, Elon Musk, yang ditulis Ashlee Vance. Dalam buku itu, saya menemukan sosok Elon Musk sebagai sosok imajinatif yang menggemari fiksi dan sains.

Fiksi ibarat kompas yang menentukan ke mana Elon Musk bergerak. Berkat fiksi dan fantasi itu, dia melakukan revolusi pada tiga bidang industri, yakni teknologi, transportasi, dan ruang angkasa. Dia membangun PayPal, Tesla, Zip2, SpaceX dan Solar City sebagai perusahaan yang mengubah dunia.

Bahkan, dia berambisi mengirim koloni manusia untuk tinggal di Mars pada 2025. Mungkin Anda akan menganggapnya gila, tapi dia perlahan mewujudkannya. Perusahaannya SpaceX saat ini jadi perusahaan terdepan dalam peluncuran roket dan satelit untuk NASA dan berbagai lembaga lain.

Dia selalu memandang masa depan, dan bergerak mewujudkan visinya setapak demi setapak. Dia percaya manusia harus merawat alam, dengan cara mewujudkan teknologi dengan energi bersih, serta membangun pesawat antariksa untuk memperluas capaian manusia.

Elon adalah penduduk masa depan yang hidup di masa kini. Perusahaannya pun dibangun dengan visi untuk memenangkan masa kini, sekaligus masa depan. Masa kini adalah milik mereka yang gigih dan bekerja dengan tekun. Tapi masa depan adalah milik mereka yang penuh imajinasi. Masa depan adalah sesuatu yang diciptakan.

Apakah kita akan memenangkan masa depan? Seorang kawan berbisik agar jangan terlalu khawatir. Sebab kita berpikir melampaui apa yang dibayangkan Elon Musk.

“Dia hanya memikirkan dunia masa depan. Banyak di antara kita yang melampaui masa depan. Makanya sibuk mengurusi keyakinan orang lain, serta sibuk mempersoalkan pakaian. Ada pula yang memastikan kamu akan masuk neraka.”



1 komentar:

Muhammad Haitami mengatakan...

Saya setuju dg Elon Musk. Allah mencipta alam semesta yg luas dan milyaran tahun. Mosok manusia hny ada di bumi dan umurnya hny 70 tahun. Lantas sisanya dipakai apa?

Posting Komentar