Seusai Menonton "Finding Dory"

poster Finding Dorry

TAK terhitung berapa kali saya menonton film Finding Nemo. Saya menyukai pesan-pesan indah yang disampaikan dalam film ini. Ketika mendengar sekuelnya yang berjudul Finding Dory akan tayang di bioskop, saya merencanakan untuk menontonya pada hari pertama bersama keluarga. Seusai menontonnya, ada banyak rasa yang campur aduk dalam benak saya.

***

DI satu taman laut yang indah, Dory, seekor kecil berwarna biru, senantiasa terbangun di tengah malam. Pikirannya beberapa kali diganggu oleh ingatan tentang masa lalunya. Saat tengah menemani anak-anak ikan berpetualang bersama ikan pari, ia ditanya tentang masa lalunya, siapa orang tuanya. Kembali, beberapa keping ingatan tentang orang tuanya melintas di kepalanya.

Dory memutuskan untuk meninggalkan taman laut itu. Ia lalu meyakinkan Marlin dan Nemo untuk menemaninya. Ia khawatir kalau sifat pelupanya akan kambuh sehingga dirinya akan hilang fokus dan kembali tersesat. Mulanya menolak keras, akhirnya Marlin dan Nemo bersedia menemani Dory untuk menemukan masa lalunya. Pencarian itu berbekal nama lokasi di California yang tiba-tiba saja muncul di kepala Dory.

Saya tak ingin mengupas tuntas jalan cerita dalam film ini. Saya khawatir akan merusak imaji kalian yang ingin menyaksikannya. Bagi saya, kisah Finding Dory ini sungguh menarik untuk disaksikan. Saya bernostalgia dengan sosok-sosok dalam kisah Finding Nemo. Saya kembali bertemu keluarga kura-kura yang kocak, dan selalu melintasi arus sungai bawah laut. Saya juga menyaksikan taman laut yang indah, ikan pari yang menjadi guru, serta beragam ikan hias yang hidup dalam satu komunitas. Sayangnya, karakter tiga hiu vegetarian yang merupakan favorit saya di film sebelumnya justru tak tampil. Padahal, saya ingin tahu apakah hiu-hiu itu masih tetap setia dengan motto “Fish are friends, not food!”

Namun, kekecewaan saya terobati dengan munculnya karakter-karakter baru dalam film ini. Mulai dari gurita yang serupa bunglon bisa menyamar, paus perempuan bernama Destiny yang menjadi sahabat dekat Dory di masa kecil (dalam versi bahasa Indonesia, suaranya diisi oleh artis Syahrini), hingga paus beluga yang disapa Bailey yang memiliki kemampuan eco-location serupa sonar yang bisa memberinya penglihatan di kejauhan. Tak ketinggalan, kedua orang tua Dory yakni Charlie dan Jenny.

Di mata saya, film ini agak dewasa dibanding film sebelumnya, Tapi tetap saja menarik. Saya mengategorikan film ini sebagai film yang menginspirasi. Dalam film sebelumnya, saya suka mengamati dinamika antara Marlin dan Dory. Jika Marlin selalu khawatir, serba takut, dan sering kehilangan akal, karakter Dory justru berbeda. Dory memang pelupa, tapi ia selalu optimis, pintar melihat celah, serta selalu menemukan jalan keluar. Kombinasi karakter ini menjadi kekuatan dalam kisah petualngan menyusuri samudera.

Dalam kisah Finding Dory, saya menemukan kembali kombinasi dua karakter itu. Rupanya, Marlin belajar banyak pada karakter Dory, sehingga di saat Dory ingin kembali mengarungi lautan, Marlin tak punya pilihan lain selain membantu Dory. Dia mengakui kalau Dory punya sisi positif yang sangat menguatkan. Relasi keduanya sebagai sahabat dekat sangat kuat sehingga mereka salng menjaga dan melindungi. Di saat satu pihak dalam masalah, pihak lain berusaha untuk menyelamatkannya dengan segala cara.

dua sahabat baru Dory

Film ini banyak menggunakan teknik flashback atau kilas balik dalam beberapa adegan. Adegan peling mengharukan adalah saat Dory kecil hidup dalam asuhan kedua orang tua yang amat mengasihinya. Orang tua Dory mengajarkan banyak hal kepada aaknya agar kelak anaknya mandiri. Mereka tahu bahwa anaknya berkebutuhan khusus sehingga perlu dorongan dan bimbingan berlebih. Mereka mengajari Dory melalui nyanyian serta beberapa petunjuk kalau anaknya tersesat. Sayang, akibat sifat lupa, Dory terseret arus hingga akhirnya terpental ke laut lepas dan terpisah dari orang tuanya.

Adegan pertemuan Dory dan orang tuanya menjadi adegan yang membuat air mata saya menetes. Sewaktu Dory kecil, orang tuanya mengajarinya agar mengikuti kerang demi menemukan rumah. Di saat mencari orang tuanya, Dory menyaksikan kerang-kerang yang berbaris rapi menuju satu titik dalam berbagai formasi, serupa sarang laba-laba. Di situlah ia bertemu orang tuanya. Adegan ini mengharukan. Sebab ternyata orang tua Dory punya keyakinan kalau anaknya kelak akan kembali sehingga mereka lalu menyiapkan temali atau jalan agar anaknya menemukan rumah.

Bagian paling penting dalam kisah ini adalah persahabatan. Semua hewan dalam film ini adalah sosok yang bersedia melakukan apapun demi sahabatnya. Hampir semua hewan yang dikenal Dory punya sisi baik dan rela berkorban untuk sahabatnya. Dalam keadaan kritis, mereka tampil sebagai pahlawan yang menunjukkan betapa indahnya membantu sahabat. Mulai dari gurita yang menjalankan beberapa misi berbahaya untuk membantu Dory, dua paus yang rela meninggalkan habitatnya demi menolong sahabatnya, hingga Marln dan Nemo yang berani meninggalkan zona nyaman demi mengarungi samudera bersama Dory.

Tentu saja, ada banyak sisi konyol yang ditampilkan. Hal-hal semacam ini menghadirkan gelak tawa dan membuat kisah bergulir seru. Daya tariknya terletak pada karakter hewan yang selalu berpikir positif, membantu sahabatnya, serta bersedia untuk belajar dari segala kesalahan. Hewan-hewan laut ini seakan mengetuk kesadaran saya tentang keberanian untuk menerabas semua tantangan, ketulusan untuk membantu yang lain, sikap positif terhadap semua orang, dan selalu menemukan jalan keluar di saat krisis sedang menghadang.

Semua hal baik itu saya temukan dalam persahabatan Dory dengan Marlin, Nemo, dan hewan-hewan laut lainnya.


BACA JUGA:








0 komentar:

Posting Komentar