Indahnya Kebaikan di Kota Athens


jalan kota Athens yang tertutup salju

KEBAIKAN adalah sesuatu yang bisa ditemukan di mana-mana. Kebaikan adalah berlian yang bisa dimiliki siapapun yang memiki hasrat untuk menggali di bebatuan kehidupan. Kebaikan tak mengenal ruang. Ia bisa bertebaran di mana saja, dan hadir dalam tindakan yang sederhana dan bermakna. Setidaknya, demikianlah pengalaman saya hari ini saat bertemu seorang yang baik hatinya.

Siang tadi, di tengah rasa haus yang mendera, saya menyempatkan diri untuk singgah ke Subway, satu restoran cepat saji, yang terletak di dalam kompleks Walmart di Athens, Ohio, Amerika Serikat. Saya lalu memesan segelas es teh demi mengatasi haus. Penjaga restoran itu lalu menyebut biaya 1.40 dollar. Saya lalu merogoh dompet dan mengeluarkan kartu debit. Tiba-tiba ia menjawab kalau batas minum penggunaan kartu adalah tiga dollar. Artinya, saya tak bisa menggunakan kartu. Saya juga tak punya uang cash. Pelayan itu lalu berkata, “I’m sorry.”

Saya lalu memutuskan untuk duduk di situ sembari menunggu bis. Ketika sedang melamun, pelayan itu mendatangi saya sambil membawa segelas teh. Ia lalu berkata, “Wanita berbaju merah sana telah memesan teh untukmu,” katanya. Saya lalu memandang ke arah yang ditunjuk pelayan itu. Di sudut restoran itu, ada seorang perempuan cantik berambut pirang yang sedang memberi makan bayi kecil. Saya lalu berinisiatif untuk menemuinya.

“Apakah kamu yang membayarkan saya minuman ini?” tanyaku sopan.
“Iya. Saya tadi sempat melihat pelayan itu yang tak mau memproses kartumu,” katanya sambil tersenyum.
“I’m really appreciating. Saya sangat berterimakasih,”
“Tak perlu. Saya juga sering menemui masalah itu. Saya malah takut kalau-kalau kamu tersinggung dengan apa yang saya lakukan,”

Saya mengucap terimakasih. Ia tersenyum dengan senyuman yang termanis. Saya kembali ke tempat duduk. Saya sungguh terkesan dengan kebaikan perempuan itu. Saya tak mengenalnya. Ia pun tak mengenalku. Tapi ia telah memberikan kebaikan pada seseorang yang tak dikenalnya. Ia tahu bahwa warna kulitku berbeda dengannya.

desa kecil di dekat Athens
 Mungkin ia tahu kalau saya hanya seorang pendatang di negara ini. Tapi ia tak peduli dengan segala perbedaan itu. Ia melihat saya sebagai bagian dari dirinya yang tiba-tiba batal memesan teh hanya karena tidak bawa uang cash. Ketika ia tiba-tiba memberikan perhatian kepada saya yang tidak dikenalnya, ia telah menunjukkan bahwa kesadaran kemanusiaan adalah sesuatu yang universal dan bisa ditemukan di mana-mana.

Perkara ini mungkin kecil bagi sebagian orang. Tapi ini bukan pertama kalinya buat saya. Pernah, dalam cuaca dingin, saya bersama istri dan si kecil Ara menunggu bis di tepi jalan. Tiba-tiba, seorang wanita tua menepikan mobilnya, lalu menawarkan bantuan untuk mengantar ke rumah. Meskipun saya berkata bahwa bis akan segera datang, ia tetap ngotot, sambil berkata, “Saya tak ingin melihat kalian kedinginan.”

Wanita ini tak mengenal kami. Mungkin, ia bisa saja khawatir kalau-kalau kami nisa saja mencelakakannya saat di mobil. Tapi ia mengedepankan pandangan positif untuk membantu seorang yang tak dikenalnya.

Pengalaman di Athens membantu saya untuk melihat ulang terang kebaikan pada diri semua orang. Dulu, saat di tanah air, saya beranggapan bahwa masyarakat Amerika adalah masyarakat yang angkuh, sombong, serta telah kehilangan nilai-nilai kemanusiaan. Tapi di sini, saya mempertanyakan ulang berbagai anggapan tentang satu masyarakat.

Saat ini, saya tinggal di salah satu desa kecil di Amerika. Saya merasa aman dan dibantu banyak orang. Sementara banyak orang Amerika yang merasa tak aman saat berada di Indonesia. Seorang professor pernah bercerita bahwa saat di Indonesia, ia sering merasa khawatir jika ada demonstrasi. Ia takut di-sweeping, dirazia, atau tiba-tiba dihakimi hanya karena ia seorang Amerika.

bersama keluarga kecilku

Pengalaman bertemu banyak orang, termasuk wanita di restoran hari ini, telah mengubah persepsi. Saya belajar untuk tidak melihat sesuatu dari apa yang tampak, bahasa yang digunakan, serta klaim tentang kebenaran.

Saya mulai mengamini pendapat seorang cendekiawan bahwa seringkali kita mengklaim diri sebagai bangsa religius, dan bangsa lain dianggap sebagai bangsa sesat. Tapi kita sering gagal menampilkan religiusitas itu dalam tindakan-tindakan sederhana yang menghormati sesama manusia. Kita lebih sering menampilkan sikap tak peduli, sikap yang justru bertentangan dengan nurani kemanusiaan.

Sementara mereka yang tinggal di barat, yang sering kita anggap sesat, justru menampilkan nilai-nilai kebaikan kepada siapapun, tak peduli apa latar agama dan suku bangsanya. Dan orang-orang di Athens ini telah menunjukkan kepada saya tentang makna berlian indah bernama kebaikan, yang kemilau cahayanya dirasakan banyak orang di sekitarnya.


Athens, Ohio, 16 Januari 2013


BACA JUGA:









1 komentar:

Unknown mengatakan...

Pengalaman yang luar biasa.... Ikut merasakan kebaikanya...

Posting Komentar