Tribute to Agus Amri

SEORANG sahabat bukanlah seseorang yang hanya datang menemani Anda ketika sedang senang, tapi juga seseorang yang bersedia meluangkan waktu demi Anda ketika sedang susah. Seorang sahabat adalah sosok yang menjadi embun bagi duka, sumber air bagi rasa haus, dan tempat mengadu ketika hati sedang gundah-gulana dan meriang. Seorang sahabat adalah sosok yang meredam duka, menelan sedih, dan menguatkan diri kita untuk kokoh dalam menghadapi banyak hal..

Saya menemukan tipikal sahabat seperti ini pada diri seseorang bernama Agus Amri. Saya memang lama tak bersua dengannya. Saya juga lama tak bertemu dengannya. Namun, ketika saya sedang dirundung masalah, Agus adalah orang pertama yang menyapa, meredam semua sedih dan lara, menumbuhkan sikap optimisme serta keyakinan bahwa semuanya akan baik-baik saja.

Bagi saya, Agus lebih dari seorang sahabat. Ia seperti saudara yang mustahil akan meninggalkanmu. Ia punya sekuntum asa, sesuatu yang paling saya butuhkan pada saat-saat seperti ini. Dan ia tak pernah lelah membagikan sekuntum asa itu pada semua sahabat terdekatnya. Dan betapa beruntungnya saya yang menjadi salah satu sahabat dekat dari alumnus terbaik yang dilahirkan di rahim Fakultas Hukum Unhas.

Persahabatan saya dengannya sudah berusia lebih 10 tahun. Saya mengenalnya tahun 1997, ketika saya menjadi peserta LK 2 Himpunan Mahasiswa Islam (HMI). Saat itu, Agus menjadi salah seorang panitia. Pada masa itu, rambutnya gondrong dan kotor bagai seorang pemuda pengangguran yang saban hari hanya bermalas-malasan. Saat itu, ia selalu membawa seruling. Dan ketika banyak mahasiswi melintas, ia akan segera meniup seruling itu, dan mengalunlah soundtrack film Titanic, yang segera buat para mahasiswi histeris dan tiba-tiba melemparinya. Hehehehe….

Suatu hari, saya bertemu di Ramsis Unhas. Ia menyapa saya dengan panggilan ‘Abang’, sebuah panggilan kehormatan bagi seorang anak HMI. Padahal, ia jelas lebih tua dari saya. Namun rupanya, kalimat ini adalah mantra yang cukup efektif agar kami menjadi sahabat. Dan sejak saat itu pula, saya sering bersama dengannya, bertualang dari satu basic training (bastra) HMI ke bastra yang lain. Bersama sahabat-sahabat yang lain, kami juga berpetualang sebagai demonstran yang sering berpanas-panas ria di jalan raya. Kami menjalani takdir sebagai musuh aparat, berkejaran dengan waktu, dan meniti takdir mulia sebagai mahasiswa pembela kebenaran, sesuatu yang dicibir saat ini.

Kami juga berkelana ke rimba-rimba gagasan, mendialogkan berbagai pahaman dan kebenaran, hingga akhirnya kembali berpijak ke bumi demi mencari jalan nasib masing-masing. Dan dimulailah petualangan di lajur kehidupan. Ibarat sebuah persimpangan, saya dan dirinya terpisah jauh sebab masing-masing mencari jalannya sendiri-sendiri.

Kini, ia datang menyapa. Ia mengetuk sanubariku yang sedang resah. Ia menawarkan nectar, minuman sejuk para dewa yang dibawanya dari petualangan menyusuri belantara kehidupan. Ia menjadi tempat bertanya yang menguatkan kaki dan tangan ini agar kembali kekar demi menerabas semua onak dan duri. Ah… betapa beruntungnya saya punya sahabat seperti dia.(*)


5 komentar:

Chimz mengatakan...

hehehhh,,elok nian ini kalimat: ketika banyak mahasiswi melintas, ia akan segera meniup seruling itu, dan mengalunlah soundtrack film Titanic, yang segera buat para mahasiswi histeris dan tiba-tiba melemparinya.

dwi mengatakan...

saya juga suka bagian situ kk chimz. paling suka bagian mahasiswi histeris dan tiba-tiba melemparinya ...

Melemparinya adalah kata yang paling saya suka.....

Menyenagkan bisa mengenal k Agus

Unknown mengatakan...

iyyo kodong, sya kuga bgitu sma agus...
cuman itu mami.....
olehnya itu mari kiya sejenak membacakan Al-Fatihah bagi beliau....smoga.............................................................................................................

bisotisme.com mengatakan...

Saya juga mengenalnya dan akan membuat web site khusus untuk beliau :)

Anonim mengatakan...

Semua orang juga tahu integritas moral dan intelektual beliau tetap terjaga hingga kini, seorang Pengacara yang terus berkomitmen untuk membela mereka yang lemah.....
Sejarah akan menuliskan namanya dengan tinta emas
Bravo Kanda Agus Amri

Posting Komentar