Sepenggal Kisah Xanana dan Habibie



Di media sosial beredar video tentang Xanana Gusmao yang menciumi Habibie. Video ini membuat saya tersentuh. Dua orang yang dahulu berdiri di garis berseberangan. Satu adalah mantan panglima tertinggi dari satu negara dengan penduduk 240 juta orang. Satunya adalah mantan pemimpin dari satu bangsa yang ingin merdeka dari negeri itu.

Saya sepakat dengan liputan media2 asing. Bahwa warisan terbesar Habibie bukanlah kisah cinta yang mendayu-dayu. Bukan pula teknologi dirgantara. Warisan terbesarnya adalah meletakkan kemanusiaan sebagai sesuatu yang lintas bangsa dan lintas negara, pada satu periode yang sedemikian kritis.

Dia tahu bahwa keputusannya akan membikin murka para jenderal yang mendapatkan pangkat bintang karena operasi militer di wilayah itu. Tapi dia kukuh membebaskan Indonesia dari virus2 kolonialisme yang dulu pernah mencengkeram negeri ini. Dia tak ingin mengulangi beban sejarah sebagai negeri yang pernah bebas dari kolonialisme, kemudian berperilaku kolonial sebagaimana penjajahnya.

Habibie memberikan jalan bebas bagi negeri itu untuk lepas dan menentukan nasibnya. Dia membebaskan Indonesia dari beban sejarah itu, sekaligus memberikan titik terang bagi negeri itu untuk menentukan nasibnya.

Beberapa pekan lalu, saya berkesempatan singgah di perbatasan Indonesia dan Timor Leste. Secara ekonomi, negeri itu jauh tertinggal dari negeri kita. Desa2 di sana tampak miskin dan tidak terawat. Air mata saya tumpah saat bertemu tokoh adat yang bajunya compang-camping.

Tapi saya melihat ada banyak senyum bahagia yang mekar dan bersemi. Saya melihat ada kegembiraan dan wajah-wajah tanpa rasa takut di sana.

Saya teringat Prof Amartya Sen, ekonom peraih nobel, yang menyebut esensi pembangunan sebagai sesuatu yang membebaskan manusia. Saya pun ingat Soedjatmoko yang berkata, pembangunan harus bertujuan untuk emansipasi manusia.

Pada titik ini, kita melihat Habibie sebagai sosok humanis, yang melihat manusia sebagai tujuan dari semua kebijakan politiknya. Dalam hati Habibie terdapat esensi kisah Bumi Manusia yang menempatkan perjuangan manusia sebagai embun bening yang membasahi seluruh jiwa.

Melihat video Habibie yang berpelukan dan berciuman dengan Xanana Gusmao ini, saya bayangkan betapa indahnya hubungan dua manusia yang dipisahkan tapal batas negara, tapi keduanya bersatu dalam harmoni dan nada kemanusiaan yang sama.




0 komentar:

Posting Komentar