Setelah Rahasia Meede, Lantas Apa?



Setiap kali membaca novel bagus, saya tak pernah bosan untuk membacanya berulang-ulang. Di antara novel bagus yang pernah saya baca adalah Rahasia Meede: Misteri Harta Karun VOC. Inilah jenis novel sejarah paling nikmat yang saya baca. Ditambah lagi, novel ini direkomendasikan oleh banyak orang, termasuk peneliti Indra J Piliang, sejarawan Harry A Poeze, filsuf Donny Gahral Adian, dan ekonom Chatib Basri.

Kisah dalam novel ini meramu pencarian harta karun yang diduga ditinggalkan VOC. Penulisnya, anak muda alumnus Fakultas Ekonomi UI bernama ES Ito, sukses mengutak-atik data sejarah. Penulisnya serupa sejarawan yang meletakkan fakta demi fakta dengan ketelitian setingkat dewa. Pada setiap patahan, ia menyisipkan misteri dan tanda tanya.

Dimulai dari dilema delegasi indonesia di Konferensi Meja Bundar yang dipimpin Hatta, lanjut ke misteri kota tua Batavia, kisah tiga ksatria Arung Palakka bersama Kapiten Jonker dan Cornelis Speelman, Jan Pieterszoon Coen yang ternyata belajar pada bapak akuntansi Luca Pacioli lalu mengubah ilmu itu menjadi horor di negeri jajahan, hingga perjalanan mahasiswa doktor bidang sejarah ekonomi dari Leiden.

Semua peristiwa itu berkelindan pada peristiwa kematian beberapa sosok di Jakarta, yang selalu saja ditemukan guratan tulisan tujuh dosa sosial dari Gandhi. Aparat dan mahasiswa Leiden itu berpacu mengungkap data sejarah drmi menebak siapa yang akan terbunuh, dan dosa sosial apa lagi yang akan tergurat di dekat mayat.

Dua sosok idola saya di sini adalah seorang prajurit Kopassus yang mengundurkan diri setelah menghayati Gandhi dan nasionalisme Indonesia. Ia menetap di kampung miskin, sekitar Bojonggede sembari mengajar sejarah. Satu lagi adalah aktivis muda pencinta Hatta dan Tan Malaka, yang mencintai Indonesia sepenuh hati hingga sumsum tulangnya. Keduanya menunjukkan kecintaan dahsyat pada Ibu Pertiwi dengan caranya masing2.

Sejak novel ini terbit tahun 2007, saya setia menunggu novel berikutnya dari anak muda ini. Novel ini menjadi perbincangan di mana-mana. Harusnya ia tetap produktif dalam melahirkan bacaan sekelas novel Dan Brown ini. Terakhir, saya mendengar ia ingin menulis novel perjuangan menuju Indonesia merdeka yang awalnya justru dibiayai dari perdagangan ganja. Sayang, hingga kini, novel baru itu tak juga keluar. Penulis novel ini terlampau lama membiarkan para fansnya menanti-nanti misteri apa yang akan kembali dibawanya.


Ah, saya masih menanti karya anak muda ini.

0 komentar:

Posting Komentar