senja di Kupang |
TIGA hari di Kupang memberikan banyak pencerahan.
Saya diundang ke sana untuk memberikan pelatihan tentang cara-cara mudah
menulis dan berekspresi di blog. Warga
biasa yang hadir terkesima menyaksikan begitu luasnya rimba raya kepenulisan
yang bisa dijelajahi. Namun ketika warga mulai menulis, giliran saya yang
terkesima. Sungguh, saya amat ingin seperti mereka.
***
PEREMPUAN itu menyaksikan materi dengan
penuh keseriusan. Sebut saja namanya Etha. Ia mencatat segala hal menarik
tentang blog, bagaimana memulai kegiatan menulis, serta bagaimana menggali
ide-ide dalam menulis. Ketika saya tanya mengapa tertarik pada dunia blog,
jawabannya mengejutkan. “Saya ingin mengubah dunia melalui tulisan. Saya ingin
menginspirasi orang lain untuk bergerak,” katanya.
Semangatnya mengingatkan saya pada pemuda
Mesir bernama Whael Ghonim. Siapa sangka, postingan Ghonim di blog pribadinya
bisa menggerakkan ribuan orang Mesir ke jalan-jalan, lalu menyemut di Tahrir
Square, lalu menumbangkan rezim otoriter.
Tapi perempuan yang amat tertarik pada
dunia penulisan blog ini tidak berumah di Mesir. Ia warga Flores yang punya
imajinasi dan daya ledak dalam setiap baris harapannya. Ia ingin menggemakan
isu-isu sosial di daerahnya hingga mengubah kebijakan. Ia seorang pejuang
kehidupan yang melihat kegiatan menulis sebagai senjata perubahan.
Perempuan ini mengaku belum pernah
mengikuti pelatihan menulis. Hari-harinya adalah sebagai aktivis gender dan
pemberdayaan masyarakat. Saya membatin, jika seandainya ia menuliskan
pengalamannya, pastilah akan lahir catatan yang dahsyat tentang dunia perempuan
di Flores. Pastilah, ia bisa menghadirkan gagasan yang jauh lebih brilian dari
para profesor bidang gender yang hanya bisa menghafal buku-buku teori berbahasa
asing, lalu mengira semua kenyataan seperti yang ada di buku itu.
Di acara pelatihan menulis yang diadakan
Bursa Pengetahuan Kawasan Timur Indonesia (Bakti), saya juga bertemu seorang bapak yang
menjadi pegawai negeri di perbatasan Indonesia dan Timor Leste. Usianya tidak
muda lagi. Tapi vitalitas dan semangatnya bikin saya merinding. Ia ingin sekali
memperdalam pengalaman menulisnya. Ia terinspirasi pada sastrawan Ernest Hemingway
yang pertama menulis pada usia 40 tahun, lalu menjadi legenda dunia. Ia ingin
berkisah banyak tentang hari-harinya sebagai warga perbatasan, pengalaman
melihat batasan politik dua negara, serta dinamika manusia di dalamnya.
Sebagaimana Etha, bapak ini membuat saya terkesima.
Tanah Kupang menautkan saya dan
mereka. Menjadi trainer satu pelatihan menulis blog telah mempertemukan saya
dengan banyak karakter hebat. Sejak dulu saya berpandangan bahwa setiap orang
punya pengalaman dan kisah hebat untuk dituliskan. Hanya saja, tak semua orang
mengenali peta jalan dunia menulis. Tak semua orang tahu bagaimana menorehkan
jejak kaki di dunia kepenulisan, lalu mengasah kemampuan membidik masalah
secara lebih terarah.
seusai pelatihan menulis blog |
Maka, pelatihan menulis seyogyanya menjadi
arena untuk menemukan potensi diri, lalu menyalakannya sebagai lilin yang bisa menghadirkan
cahaya terang untuk mengusir kegelapan dan ketakutan untuk memulai. Pelatihan
menulis harusnya lebih partisipatif, berpangkal pada keunikan setiap orang,
serta menjadi kanal-kanal untuk mengalirkan energi dan jati diri melalui
tulisan. Bukankah setiap orang itu unik?
Sebagai trainer menulis, saya tak
ingin mengajarkan mereka berbagai teori-teori menulis yang amat kaku, namun
anehnya masih dipelajari di kampus-kampus. Saya juga tak ingin mengarahkan
mereka dengan berbagai teknik menulis berita ala para jurnalis. Gaya menulis
seperti itu biarlah menjadi dunianya para jurnalis dan pewarta.
Sementara dunia menulis blog justru memiliki
karakteristik sendiri yang berbeda dengan menulis akademik ataupun jurnalis.
Dunia menulis blog menekankan pada kreativitas, imajinasi, serta kebebasan
berekspresi untuk menemukan style dan
gaya sendiri dalam menulis. Mengapa? Sebab blog ibarat dunia yang diciptakan,
dipenuhi rerimbunan semak belukar dan pelangi serta warna-warna yang
menggambarkan pembuatnya. Tulisan di dalamnya ibarat etalase yang menghadirkan
pengalaman, baik itu menggembirakan maupun menyedihkan, yang bisa dikemas
secara bebas dan mengikuti aliran jiwa pemilik blog.
Bukan berarti saya anti-teori menulis.
Teori memang penting. Namun yang jauh lebih penting adalah kemampuan menggali
dan mengalirkan segala perasaan, pikiran, serta kegelisahan menjadi baris-baris
kalimat yang merangkum energi sang pengarang. Nah, saya memandang bahwa setiap
orang ibarat tangki air yang penuh dengan pengalaman, hasrat, imajinasi, hikmah
dan pembelajaran.
Menulis adalah cara untuk mengalirkan
semua hikmah-hikmah itu sehingga bisa menggerakkan orang lain, menginspirasi,
sekaligus menghadirkan kupu-kuu harapan tentang dunia yang lebih baik. Mereka
yang menulis adalah mereka yang meniti di garis harapan itu demi kehidupan yang
lebih baik, demi memperkaya zaman dengan kebaikan dan pembelajaran.
***
TIGA hari di Kupang adalah tiga hari yang
penuh keajaiban. Sungguh membahagiakan bisa menemui semangat dan keinginan besar
untuk merambah dunia kepenulisan. Sungguh menyenangkan bisa berbagi ilmu,
sekaligus belajar lagi pada semua orang yang penuh kisah-kisah menarik dan
mndebarkan. Di akhir pelatihan itu, saya sadar bahwa sesungguhnya sayalah yang
belajar banyak dari mereka. Sayalah yang telah menyerap hasrat kuat itu.
Beberapa hari ini, ketika membaca tulisan dan
sapaan mereka melalui email, saya mengucap syukur yang tak henti sebab diberi
kesempatan untuk merasakan energi menulis yang sedemikian besar. Sungguh
bahagia bisa ikut mengalir bersama energi dan idealisme mereka. Sungguh
menyenangkan bisa bersama menuju sungai kehidupan yang amat luas, bertemu
sesama pencari inspirasi, serta berguru pada mereka yang terus belajar dan
mengasah diri.
Bogor, 8 Oktober 2014
1 komentar:
Sebahagia penulis, sebahagia saya berjumpa dengan penulisnya. Sayapun menikmati perjalanan keilmuan itu. Membaca tulisannya seperti saya berada di dekatnya, namun mendengarkan langsung penulisnya berbagi, bercanda dan berskusi, saya bagaikan berada di samudera hikmah pengetahuan.
Saya menyelaminya dgn begitu dalam, hingga energi itu mengalir menjadi spirit luar biasa.
Terima kasih utk pengalaman luar biasa ini
Posting Komentar