Sekuntum Reputasi, Secerah Masa Depan



PELAJARAN berharga dari ajang pemilihan presiden (pilpres) adalah pentingnya menjaga reputasi. Anda bisa memiliki pangkat dan kekayaan setinggi langit, namun jika tak punya reputasi dan trackrecord yang baik, maka pastilah anda tak akan mendapat simpati publik. Yang disukai publik adalah mereka yang punya catatan pernah membela banyak orang, meskipun catatan itu masih secuil.

Setiap orang membutuhkan reputasi. Lembaga survei sekalipun membutuhkan reputasi. Bahkan lembaga konsultan politik pun membutuhkan reputasi. Logikanya, jika anda pernah punya catatan berbohong, maka itu sama dengan memberi alasan kuat bagi orang lain untuk tak percaya Anda. Kejujuran, kebaikan, dan prestasi adalah unsur-unsur yang menjelaskan siapa diri Anda. Suatu saat, kita mesti siap-siap untuk dinilai berdasarkan kriteria itu. Mereka yang tak memilikinya akan menggunakan jasa lembaga konsultan demi mendongkraknya. Namun apakah bisa bertahan? Apakah efektif?

Tentunya tidak. Segala sesuatu yang instan, pasti akan berakhir dengan cara instan pula. Sebaliknya, sesuatu yang ditanam sejak jauh hari, pastilah akan jauh lebih kokoh dan bertahan. Alam semesta telah mengajarkan hal itu. Tanaman yang dicangkok memiliki dahan yang rapuh dan mudah patah. Sementara tanaman yang dipelihara sejak kecil memiliki akar yang menghujam bumi, dengan dahan serta ranting yang menjangkau mega-mega.

Tak perlu menunggu waktu yang tepat untuk membangun reputasi. Detik ini juga Anda harus membangunnya.  Lakukan hal-hal sederhana, namun penuh makna bagi orang lain. Belajarlah pada pohon yang ramping, namun memberikan oksigen dan kekuatan bagi alam, serta bisa memberikan buah yang lezat bagi sekitarnya. Jadilah seperti tanaman bunga yang tenang, akarnya tumbuh bersahabat dengan bumi, dan kuntumnya mempersembahkan keindahan kepada langit. Ia tak berharap sesuatu. Ia hanya ingin berbagi keindahan bagi sekelilingnya.

Membangun reputasi memang sulit. Namun sekali tumbuh, ia akan jadi sesuatu yang mendefinisikan siapa diri Anda sesungguhnya. 



0 komentar:

Posting Komentar