Iko Uwais (pemeran The Raid) sedang memegang kerambit |
DI antara banyak adegan pertarungan yang
brutal dan menegangkan dalam film The Raid 2: Berandal, yang paling menegangkan
adalah pertarungan klimaks antara dua tokoh sama-sama menggunakan kerambit,
senjata khas orang Minangkabau. Tak banyak yang tahu kalau senjata ini disebut
sebagai senjata pisau paling mematikan, dan menjadi senjata wajib beberapa
pasukan Amerika. What?
***
DUA lelaki itu sama-sama berbaju hitam.
Mereka lalu saling tatap, kemudian mendekat. Keduanya lalu memasang kuda-kuda
sambil menyentuhkan tangan. Tiba-tiba ada suara gendang ditabuh. Tanpa komando,
keduanya lalu saling hantam dengan berbagai jurus mematikan. Keduanya laksana
dua harimau yang saling cakar lalu sama menggaum.
Dua sosok itu adalah Rama (diperankan Iko
Uwais) dan The Assasin (diperankan Cecep). Dalam film The Raid 2: Berandal,
keduanya sama-sama bertarung dengan kemampuan seorang master silat tak
terkalahkan. Ketika The Assasin mulai terkena beberapa pukulan, ia lalu
mengeluarkan senjata berupa pisau bengkok yang lalu dijepit dengan jarinya. Ia
mulai menebas. Crash..! Crash..!!!
Adegan pertarungan ini menjadi klimaks
dalam film The Raid 2. Ketika menyaksikan perkelahian ini, aku beberapa kali
berdecak kagum dengan koreografi perkelahian yang amat apik. Ternyata, pencak
silat tak hanya beladiri yang menampilkan kelembutan dan gerak serupa tari.
Pada titik tertentu, silat bisa menjadi sangat mematikan dengan jurus-jurus
yang lebih dahsyat dari beladiri manapun.
Terlepas dari pro kontra atas film ini. Namun
seusai menyaksikannya, aku bergumam bahwa ini film dahsyat. Bagiku, inilah film
dengan koreografi hebat yang lebih dahsyat dari film kungfu atau film karate
manapun.
poster film The Raid 2 |
Film ini memang bukan jenis film
dokumenter tentang silat. Banyak yang mengira bahwa film ini serupa film-film
yang dibintangi Barry Prima dan Advent Bangun yang kerap menampilkan adegan
laga dunia persilatan. Ini murni film tentang seorang polisi yang menyusup ke
sarang para gangster demi sebuah investigasi. Ternyata, ia malah terlibat dalam
banyak konflik sehingga memaksanya bertarung dengan para jagoan yang tak segan
menghilangkan nyawa.
Bagi yang tak siap menyaksikan adegan
brutal dan penuh darah, sebaiknya tak menyaksikan film ini. Demikian pula bagi
mereka yang tak suka melihat adegan perkelahian yang berujung pada kekerasan.
Film ini serupa Kill Bill besutan Quentin Tarantino yang menyajikan kekerasan
dengan demikian vulgar.
Namun berbeda dengan Kill Bill,
perkelahian dalam film ini dibuat dengan sangat realistis. Duelnya dibuat
sangat matang. Mereka yang menyaksikannya pasti paham bahwa paa pemain film ini
adalah para juara silat yang lama malang melintang di banyak kejuaraan.
Berbeda dengan film pertamanya, alur film
ini dibuat pelan, lalu klimaks. Banyak scene yang memperkenalkan para petarung,
misalnya The Hammer Girl atau gadis cantik yang bertarung dengan senjata dua
buah palu, lalu The Baseball Bat Man yakni lelaki yang bersenjatakan tongkat
baseball, hingga sosok paling hebat The Assasin, seorang pendekar petarung.
Puncaknya adalah ketika Iko harus berhadapan dengan semua petarung tersebut.
Senjata Kerambit
Adegan klimaks ketika Rama (Iko Uwais)
melawan The Assasin (Cecep) adalah bagian yang paling kusukai. Keduanya
bertarung dengan gaya yang hampir mirip. Sama-sama cepat dan bertenaga.
Pertarungan itu semakin menegangkan ketika The Assasin mengeluarkan senjatanya
yakni karambit berupa pisau yang melengkung serupa sabit. Senjata ini dipegang
dengan cara memasukkan telunjuk ke dalam lubang di gagangnya, lalu dijepit.
Pegangan jelas akan lebih kokoh karena susah terlepas.
aktor The Raid 2 dengan senjata kerambit |
Setahuku, kerambit adalah senjata khas
Sumatera yang kemudian menyebar ke banyak tempat di Asia Tenggara. Di
Minangkabau, pisau ini disebut kurambiak
atau karambiak. Senjata ini sangat
berbahaya sebab bisa menyayat dan merobek anggota tubuh lawan secara cepat dan
tidak terdeteksi. Dalam The Raid 2, pertarungan Rama dan The Assasin semakin
mencekam ketika kerambit dikeluarkan. Beberapa kali, kerambit merobek tubuh
sehingga darah muncrat. Adegan pertarungan ini adalah adegan yang paling
kusukai sebab demikian mencekam.
Konon, para pesilat Minangkabau
terinspirasi dari cakar harimau sumatera yang digunakan ketika merobek
mangsanya. Sesuai filosofi alam takambang jadi guru, mereka lalu membuat senjata
yang terinspirasi dari cakar harimau itu. Ada pula yang mengatakan bahwa
kerambit terinspirasi dari sabit yang digunakan untuk mengirik padi. Pernah
pula kubaca literatur bahwa orang Malaysia menyebut kerambit sebagai lawi ayam (chicken spur). Yang pasti, senjata ini
lalu tersebar di Laos, Thailand, Kamboja, Filipina, hingga Myanmar.
Dalam buku Exotic Weapon of the Indonesian Archipelago, yang terbit tahun
2002, Steve Tarani menjelaskan bahwa kerambit juga terinspirasi dari kisah
Mahabharata dan Ramayana. Dalam kisah itu, ada cerita tentang kuku pancanaka
milik Bima, seoang ksatria Pandawa. Ada pula kisah tentang Kuku Hanuman yang
juga serupa kuku Bima yang bisa merobek lawannya.
buku yang mengulas kerambit |
Mengapa kerambit sedemikian populer di
Asia Tenggara dan dunia? Ernest Emerson dalam Black Belt Magazine (edisi 25 Maret 2013) menjelaskan bahwa
kerambit memiliki efisiensi serta efektivitas dalam mengalahkan lawan. Ia
menyejajarkan kerambit dengan pedang samurai dan pisau kukri yang dipakai prajurit Gurkha di Nepal. Katanya, kekuatan
kerambit adalah bisa menghadirkan tiga efek dalam stau pukulan, yakni hantaman
tangan, luka robek karambit, hingga racun yang menyebar melalui karambit.
Emerson benar. Dalam khasanah silat,
kerambit digunakan sebagai upaya terakhir ketika senjata lain telah digunakan.
Kerambit juga identik dengan macho sebab digunakan dalam pertarungan jarak
pendek yang sangat dipengaruhi oleh kelihaian dan kemampuan bela diri. Para
pesilat harimau di Minang, serta para pesilat Bugis dikenal lihai dalam memainkan
kerambit.
Negeri kita memang menyimpan khasanah
budaya yang amat hebat hingga menyebar ke mancanegara. Wikipedia mencatat bahwa sejak tahun 2005. Beberapa perusahaan
besar AS seperti
Emerson Knives dan Strider Knives membuat pisau kerambit dalam jumlah banyak.
Anehnya, meskipun kerambit adalah senjata wajib personel US Marshal, tetapi di Indonesia sendiri
kurang begitu populer. Malah, belum pernah ada informasi kalau prajurit tentara
kita melestarikan khasanah tradisi kerambit yang justru telah lama kondang di
luar negeri.
Sehari seusai menonton film The Raid 2,
aku masih saja terkenang dengan adegan perkelahian dalam film itu. Tak
kusangka, pisau kerambit yang juga muncul dalam beberapa film Hollywood itu
justru berasal dari Indonesia, tanah air yang demikian kaya dengan beragam
khasanah dan tradisi. Sayang, tak banyak generasi muda yang paham betapa
kayanya bangsa ini.
0 komentar:
Posting Komentar