IBUKU
sedang sakit. Hari ini ia akan menjalani operasi. Hatiku teriris-iris kala
mengingat dirinya yang jauh. Mungkin saat ini ia membutuhkan anak-anaknya. Ia
membutuhkan motivasi serta darah segar dari anak-anak yang dahulu telah
dibesarkannya.
Setiap
kali mengingat ibu, ada sesuatu yang mengetuk-ngetuk batinku. Aku membayangkan
betapa banyaknya masa yang telah lewat. Dahulu ia pernah mempertaruhkan
nyawanya saat melahirkanku. Dahulu ia meluangkan seluruh waktunya hanya untuk
menggendong, menjagai, dan memastikan diriku baik-baik saja. Dahulu, aku pernah
menjalani masa kecil yang seegois anakku sekarang. Semua keinginanku mesti
dituruti.
Ibu
adalah sosok pertama yang selalu memenuhi segala yang kuinginkan. Bahkan ketika
diriku terbangun tengah malam dalam keadaan haus dan lapar, ibulah sosok
pertama dan terakhir sebagai pahlawan untukku. Ibu adalah matahari yang terus
menjadi tempatku mendapatkan kehidupan. Ibu adalah embun yang terus-menerus
membasahi hatiku dengan segala cintanya.
Aku
tak akan pernah sanggup menghitung segala yang diberikannya padaku. Sungguh
benar pepatah Arab yang mengatakan, andaikan seluruh samudera bisa jadi tinta,
maka tak akan sanggup untuk menuliskan betapa dahsyatnya kasih sayang seorang
ibu. Sosoknya ibarat oksigen yang mengisi seluruh paru-paruku. Tanpanya, diriku
tak akan pernah seperti hari ini, tak pernah eksis dalam sejarah, tak pernah
mengada.
Seorang
ibu adalah sosok yang ikhlas mengorbankan dirinya demi kebahagiaan anaknya. Ia
tak pernah meminta apapun, kecuali saat-saat bahagia ketika anaknya tersenyum.
Ia telah meleburkan segala keinginannya menjadi kupu-kupu bahagia yang hinggap
dan beterbangan di hati anaknya. Malah, ia kehilangan keinginan pribadi sebab
telah menyerahkan semua keinginan itu demi sang anak.
Kini,
sosok yang telah menyerahkan segala-galanya untukku itu terbaring sakit. Aku
hanya bisa menitip rindu dan peluk cium dari jauh. Andaikan bisa menanggung
sakitnya, maka sudah kupinta sejak dahulu. Namun aku juga yakin kalau dirinya
yang jauh lebih siap untuk melakukan apapun demi anaknya. Garis-garis keriput
wajahnya adalah prasasti abadi yang hendak berkisah tentang dedikasi dan
pengorbanan tertingginya sebagai seorang ibu.
Tinggallah diriku yang tak akan pernah sanggup menggantikan segala energi dan ketulusannya. Dalam setiap tarikan napasku terselip kisah tentang ibu, terdapat cerita tentang manusia paling luar biasa yang membesarkanku, manusia yang melakukan segala pengorbanan, tanpa pernah meminta balas atas apapun. Ia hanya meminta seulas senyum yang abadi terpancar di wajah anak-anaknya.
Athens, 21 September 2012
1 komentar:
subhanallah. semoga menjadi anak yang sholeh. yang berbakti pada Ibunya
Posting Komentar