Rahasia Terbesar Jose Mourinho

Lionel Messi

DI lapangan hijau itu, si pria boncel yang memukau dunia beberapa kali berteriak tertahan. Dewi Fortuna seakan tak mau bersamanya. Pria Argentina bernama Lionel Messi itu senantiasa gagal menceploskan si kulit bundar ke gawang yang dijaga musuh bebuyutannya Iker Cassilas. Ia lalu menatap ke arah penonton yang sedang gemuruh. Ia ingin menunjukan siapa dirinya. Tapi serangan derasnya seakan menabrak tembok kukuh yang memotong segenap aliran bola dari kakinya. 

Hari itu, Sabtu (21/4), tim Barcelona bermain dengan penuh seni menyerang. Bola mengalir dari kaki ke kaki, lalu melesat menuju gawang. Mereka laksana sepasukan dewa-dewa yang kemilau dengan segala kedigdayaannya. Namun, kali ini semuanya tidak seindah dalam kisah Perseus, dongeng Yunani kuno yang mengalahkan si jahat Medusa, dan memaksa penguasa kegelapan Hades ke neraka Tartarus. 

Kali ini, kisah yang muncul adalah sebuah tragedi, yang memosisikan semua dewa ke dalam drama sebagai pihak yang kalah. Dewa-dewa itu seakan takluk ditangan sepasukan titan yang baru saja keluar dari lembah tartarus. Para titan itu sukses memorakpondakan formasi malaikat yang diperagakan Barcelona. Mereka sukses memainkan pola bendungan air bah tartarus sambil sesekali mengirimkan gelombang yang merobek-robek petir dewa bola Lionel Messi. 

Hari itu, bel kemenangan tidak berdentang di Gereja La Segrada Familia di jantung kota Barcelona, melainkan berdentang bertalu-talu di Gereja Catedral de Santa Maria di tengah-tengah kota Madrid. Hari itu, Real Madrid sukses menunjukkan supremasinya di jagad sepakbola Spanyol atas satu tim yang pernah disebut-sebut sebagai sepasukan malaikat. 

Jose Mourinho

Lionel Messi menatap ke tepi lapangan. Di situ, duduk pelatih Real Madrid yang menatap dingin, Jose Mourinho. Messi tahu kalau Mourinho bukan menyepelekan kemampuannya. Tapi Mourinho punya kemampuan memahami skema permainan sebaik sekor elang yang melihat mangsa. Jika di lapangan itu Mourinho menatap sinis, nalarnya sedang mengangkasa dan melihat celah-celah yang tidak dilihat para penonton yang gemuruh di stadion dan terbawa emosi. 

Messi seakan mati langkah. Sang pelatih tim lawan, Jose Mourinho, seakan memahami dengan baik bahwa energi gerak tim Barcelona berasal dari pergerakan pemain yang menyokong Messi yakni Xavi dan Iniesta. Dengan cara menginstruksikan pemainnya untuk mematikan Xavi dan Iniesta, maka Mourinho telah menikam jantung permainan yang sekaligus menjadi nyawa Barcelona. Sungguh sedih melihat Messi yang menjadi pemain tanpa visi, tanpa kelihaian, tanpa kedigdayaan. Mourinho paham bagaimana memutus aliran bola untuk Messi sekaligus mematikan langkahnya. 

Rahasia Mourinho 

“Kami bertahan dengan amat sempurna,” demikian kata Mourinho jelang pertandingan tersebut. Ia tidak omong kosong. Sebab hari itu, pemain seperti Pepe telah menjalankan semua instruksinya dengan sedetail-detailnya. “Mourinho meminta saya untuk tidak meninggalkan areal saya. Saya tidak boleh menonjolkan individualitas. Saya harus menjelma sebagai nyawa tim,” kata pemain yang pernah menginjak jemari Messi ini. 

saat menyemburkan air

Ini bukan sekali Mourinho bertemu Barcelona. Ia malah pernah menjadi asistem pelatih Louis Van Gaal selama lebih tiga tahun di tim itu. Jika ia memahami filosofi permainan Pep Guardiola, pelatih Barcelona, itu dikarenakan dirinya memahami filsafat di balik serangan bak air bah tim catalan itu. Pribadi Mourinho ibarat teka-teki yang susah ditebak. Rahasia permainannya susah ditebak. Jika Guardiola memahami segala inchi tentang permainan ofensif atau serang, maka Mourinho adalah seorang master permainan defensif atau bertahan. Ia tak peduli teori dan buku filsafat. Ia sendiri yang menentukan seperti apa dan seperti bagaimana pola permainan timnya. 

Wajahnya seperti sosok pemain poker dengan ekspresi yang tak bisa ditebak. Kadang ia bisa marah, namun kadang bisa tertawa terpingkal-pingkal. Banyak media yang membencinya. Banyak pula publik yang muak dengannya. Namun, semua tahu, bahwa di manapun ia menangani tim, baik Porto, Chelsea, Inter Milan dan Real Madrid, maka seluruh pemain akan amat mencintainya dan setia mendukungnya. 

Ia juga juga bisa menyalahkan banyak pihak. Wasit pun sering ditudingnya. Sering ia memaki pemain lawan. Namun, semua pihak tahu bahwa apa yang dilakukannya adalah dem membangun soliditas internal di tim yang sedang dibangunnya. Dengan cara menyerang lawan lewat kata, ia sedang membangun solidaritas dan merapatkan formasi serang timnya. 

murka di lapangan

Ia menganut filosofi perang. Bahwa di lapangan bola, apapun harus dilakukan demi memaksimalkan energi dan hasrat bertarung. Maka di lapangan manapun, timnya akan menjadi banteng terluka yang sedang mempertahankan harga dirinya. Salah seorang mantan anak asuhnya Frank Lampard, pernah berkata, “Bagaimanapun, ia bisa menggali hasrat dan naluri perlawanan seorang pemain. Ia sukses menggali nafsu serang dan ‘daya bunuh’ pemainnya.” 

Di lapangan, ia tak takut apapun. Apalagi cuma dewa-dewa dan malaikat Barcelona. Ia hanya takut satu hal yakni Tuhan. “Saya takut akan kuasa Tuhan. Dia memutuskan segalanya, dan tak satupun yang bisa menahan-Nya. Saya berusaha menjadi manusia baik agar diri-Nya tetap disisiku,” katanya. Ketakutan akan Tuhan inilah rahasia terbesar yang kemudian menempanya menjadi manusia religius. 

Kini, Tuhan yang ditakutnya itu sedang di sisinya. Rekor pelatih yang meraih Piala Champion dengan dua klub berbeda yakni Ernst Happel dan Ottmar Hitzfield telah disamainya dengan FC Porto (2004) dan Inter Milan (2010). Tampaknya ia akan melampaui semua rekor itu bersama Real Madrid di tahun ini. Akankah Tuhan akan kembali bersamamu Mourinho? 



1 komentar:

cara mengobati kanker darah mengatakan...

wah...nice info nih...

iin share juga ya,,

Posting Komentar