Saat Daun-Daun Berguguran

daun-daun merah yang berguguran (foto: Yuyun)

MUSIM gugur akan segera berakhir. Setiap kali keluar apartemen, aku menyaksikan pohon-pohon dengan daun berwarna merah dan kuning yang kemudian berguguran. Ini siklus alam, pada negeri yang sinar mataharinya tak selalu memadai. Di sini orang-orang menganggapnya sebagai hal biasa. Namun tidak denganku. Di Tanah Air, semua daun berwarna hijau. Di sini, daun-daun bisa berganti warna hingga berguguran satu per satu. Aku sering takjub memandangnya.

Seringkali, apa yang menakjubkan selalu bergantung pada preferensi kebudayaan. Aku mengagumi daun-daun merah. Tapi warga Amerika justru mengagumi daun-daun hijau dan basah, sebagaimana yang mereka saksikan di negeri dengan iklim tropis. Mereka justru merindukan perjalanan ke negeri tropis, pantai-pantai berpasir putih dengan laut biru, hingga gunung-gunung yang misterius.

dari kampus menuju apartemen (foto: Rashmi Sharma)

Sementara kita yang berumah di iklim tropis, seringkali tidak sadar betapa kita sebenarnya hidup dan tumbuh di atas tanah yang ajaib, yang menumbuhkan semua tanaman, mengalirkan air-air, dan menghadirkan sinar matahari yang tak berkesudahan. Mungkin inilah dinamika zaman. Kita berkelimpahan dan menginginkan pemandangan sebagaimana di sana, sementara mereka yang di sana justru bosan dengan alamnya, dan merindukan alam kita yang lebih semerbak.

Di sini, aku masih harus banyak adaptasi, khususnya dengan cuaca dingin. Setiap hari, cuaca menjadi dingin menyengat. Kata teman-teman, mungkin akhir bulan ini salju akan segera turun. Aku sudah mesti bersiap-siap. Saat ini, aku mesti mengenakan baju longjohn demi menahan dingin. Aku wajib memiliki kaos tangan yang bisa menghangatkan tangan sehingga tidak ikut membeku. Untungnya, aku sudah memiliki kupluk untuk menutup kepala, sekaligus menutup telinga. Pakaian-pakaian itu menjadi tameng bagi diriku untuk menghadapi hawa dingin serta cuaca buruk di luaran sana.

Tempat terhangat bagiku adalah saat berada dalam ruangan. Satu yang unik di Amerika karena semua gedung memiliki AC yang bekerja secara otomatis. Mereka bisa mendeteksi suhu, kemudian mengeluarkan panas sesuai dengan suhu tersebut. Dikarenakan saat ini cuaca sedang dingin-dinginnya, maka AC mengeluarkan hawa panas. Dengan cara inilah aku betah di apartemen.

Aku serupa beruang kutub yang tinggal dalam gua demi menjaga hawa tubuhnya, kemudian berhibernasi selama dingin. Namun, tak mungkin aku berhibernasi. Tugas-tugas semakin bertumpuk. Aku mesti bergegas dan menyelesaikannya satu per satu sebelum quarter ini berakhir. Semoga semuanya berjalan lancar. Amin!


Athens, OHIO, 5 November 2011

foto: Rashmi Sharma


1 komentar:

Patta Hindi Asis mengatakan...

daunnya cantik-cantik...

Posting Komentar